Prospek Stabilitas Keuangan Zona Euro masih Rapuh
![Prospek Stabilitas Keuangan Zona Euro masih Rapuh](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/11/dedec74c7e5c5903e757d19c1ec07310.jpg)
PROSPEK stabilitas keuangan zona euro masih rapuh karena kondisi pembiayaan lebih ketat, inflasi tinggi, dan ketegangan geopolitik membebani kawasan mata uang tunggal. Bank Sentral Eropa (ECB) memperingatkan itu pada Rabu (22/11).
ECB telah menaikkan suku bunga dengan kecepatan tinggi untuk meredam lonjakan inflasi selama setahun terakhir. Namun kenaikan harga konsumen masih di atas target bank sebesar dua persen.
Sementara itu, biaya pinjaman yang lebih tinggi berdampak buruk pada 20 negara pengguna euro. Komisi Eropa pada pekan lalu menurunkan perkiraan pertumbuhannya untuk tahun ini dan tahun depan.
Baca juga: Tiongkok Kemungkinan Bantu Kembangkan Pelabuhan Fiji
"Prospek perekonomian yang lemah serta konsekuensi dari inflasi yang tinggi membebani kemampuan masyarakat, perusahaan, dan pemerintah untuk membayar utang mereka," kata wakil presiden ECB Luis de Guindos dalam Tinjauan Stabilitas Keuangan terbaru bank sentral tersebut.
"Sangat penting bagi kita untuk tetap waspada ketika perekonomian sedang bertransisi ke lingkungan dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi ditambah dengan meningkatnya ketidakpastian dan ketegangan geopolitik."
Baca juga: Uni Eropa: Prancis dan Belgia Berisiko Langgar Aturan Anggaran
Tinjauan tersebut memperingatkan bahwa resesi ialah skenario yang mungkin terjadi karena prospek yang memburuk. "Dampak penuh dari biaya pinjaman yang lebih tinggi terhadap aktivitas perekonomian belum terasa dan banyak sektor mungkin menghadapi tantangan karena meningkatnya biaya pembayaran utang," katanya.
Laporan tersebut merujuk pada pasar realestat yang dikatakan mengalami penurunan. Bank-bank--yang sejauh ini mendapat manfaat dari suku bunga yang lebih tinggi--dapat menghadapi masalah karena biaya pinjaman yang lebih tinggi menyebabkan turunnya permintaan pinjaman.
Kekhawatiran terhadap stabilitas kawasan euro meningkat karena pecahnya perang Israel-Hamas. Selain potensi dampaknya terhadap pasar energi, terdapat juga, "Potensi memicu penghindaran risiko di pasar keuangan dan melemahkan kepercayaan terhadap perekonomian riil," katanya. (AFP/Z-2)
Terkini Lainnya
UMKM Perajin Blangkon di Yogyakarta Diberikan Pembiayaan dan Pendampingan
BNI Dorong Pertumbuhan Bisnis Milik Diaspora di Jepang
Bank DKI Beri Pembiayaan untuk Pengadaan Bus Transjakarta
Kepastian Kuota FLPP 2024 Jadi Tantangan Pemerintahan Prabowo-Gibran
MPX Logistik Terima Pembiayaan Usaha Rp75 Miliar dari Bank Mandiri
Menkeu: Perkuat Sinergi Tingkatkan Investasi Hijau
Pemerintah Tekan Inflasi Komponen Harga Bergejolak sejak Tengah 2022
Inflasi Turun, Langkah Mitigasi tetap Dilakukan
Kemenkeu: Penurunan Kemiskinan Beri Harapan pada Ekonomi Indonesia
Rupiah Dibuka Melemah di level Rp16.370 per Dolar AS pada Selasa 2 Juli 2024
IHSG Ditutup makin Menguat di Atas 7.000
Rupiah Menguat Dipengaruhi Inflasi Turun
Arti Kemenangan Prabowo Subianto dan Vladimir Putin
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap