Sri Lanka Pangkas Suku Bunga Jelang Kesepakatan Utang Luar Negeri
![Sri Lanka Pangkas Suku Bunga Jelang Kesepakatan Utang Luar Negeri](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/11/2e35723b51e1900f40207846a707c9e9.jpg)
SRI Lanka memangkas suku bunga utama pada Jumat (24/11) untuk kedua kali dalam beberapa bulan menjelang kesepakatan restrukturisasi utang penting dengan pemberi pinjaman asing. Negara yang kekurangan uang ini gagal membayar utangnya sebesar US$46 miliar pada April tahun lalu setelah kehabisan devisa untuk membiayai impor bahkan komoditas yang paling penting.
Itu membuat hidup menjadi kesengsaraan bagi 22 juta penduduk pulau tersebut. Pada puncak krisis tahun lalu, kerusuhan sipil selama berbulan-bulan memaksa presiden Gotabaya Rajapaksa digulingkan ketika para pengunjuk rasa menyerbu kediamannya.
Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan perekonomian Sri Lanka menunjukkan tanda-tanda awal stabilisasi namun pemulihannya belum terjamin. Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) pada Jumat memangkas suku bunga pinjaman acuan sebesar satu poin persentase menjadi 10% karena inflasi tahunan mencapai 1,5% dibandingkan dengan puncaknya yang mencapai hampir 70% pada tahun sebelumnya.
Baca juga : Bank Sentral Rusia Naikkan Suku Bunga Utama ke 16%
Suku bunga deposito diturunkan dengan jumlah yang sama menjadi 9,0%. "Dewan kebijakan moneter menggarisbawahi perlu tindakan pelonggaran moneter yang cepat dan menyeluruh terhadap suku bunga pasar, khususnya suku bunga pinjaman," kata bank tersebut dalam satu pernyataan.
Pemotongan terbaru terjadi setelah pemerintah gagal mendapatkan tahap kedua sebesar US$330 juta dari dana talangan empat tahun senilai US$2,9 miliar yang disetujui IMF pada Maret. Namun, bank sentral menyatakan harapan tercapai kesepakatan utang dengan pemberi pinjaman bilateral dan pemegang obligasi swasta pada awal bulan depan untuk membuka dana tunai.
Kolombo ingin mendapatkan dana talangan kedua pada akhir September, setelah peninjauan pertama program IMF yang dimulai pada Maret. Namun, IMF mencatat bahwa Sri Lanka, antara lain, belum mencapai target pendapatan yang disepakati dan perlu meningkatkan pengumpulan pajak.
Baca juga : Inflasi Brasil kembali Melambat pada November
CBSL mengatakan mereka berharap penurunan suku bunga terbaru--yang dilakukan tiga kali pada Juni, Juli, dan Oktober--akan membantu menghidupkan kembali perekonomian. (AFP/Z-2)
Terkini Lainnya
Buat Malu Keluarga Cendana, Alasan Soedrajad Djiwandono Dipecat Jadi Gubernur BI
BI: Proyek Nexus Lancarkan Sistem Pembayaran Antarnegara
Rupiah Diprediksi Tidak Stabil Hingga Akhir Tahun
Kembali Jabat Dewan Gubernur Senior, Destry Diharapkan Dukung Kinerja BI Tetap Optimal
IHSG Ditutup Melemah saat Bursa Asia Menguat
Kerja Sama Penggunaan Mata Uang Lokal Kurangi Ketergantungan pada Dolar AS
Proton Tawarkan VPN Gratis untuk Warga Negara Hobi Sensor
Sri Lanka Sambut Kedatangan 50 Kapal Pesiar dengan Antusias
Mali, Gajah Satu-Satunya di Kebun Binatang Filipina Mati
Indonesia-Sri Langka akan Tingkatkan Kerja Sama Perdagangan
Senada Airlangga, Pengamat Ekonomi: Indonesia Tidak Seperti Sri Lanka
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap