visitaaponce.com

OECD Pangkas Perkiraan Pertumbuhan Global dan Risiko Perang Gaza

OECD Pangkas Perkiraan Pertumbuhan Global dan Risiko Perang Gaza
Foto 18 November 2023 menunjukkan orang-orang berolahraga dan berjalan di sepanjang pantai Patong di pulau Phuket, Thailand selatan.(AFP/Lillian Suwanrumpha.)

PEREKONOMIAN dunia kemungkinan mengalami penurunan pada tahun depan. Ini disampaikan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada Rabu (29/11) ketika mereka mengurangi perkiraannya tentang pertumbuhan ekonomi dunia. Organisasi itu memperingatkan bahwa konflik Israel-Hamas dapat menghambat upaya tersebut.

Dalam proyeksi ekonomi terbarunya, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memangkas perkiraan pertumbuhan global tahun ini menjadi 2,9%. Angkanya turun dari perkiraan pada September sebesar 3,0%.

Kelompok negara-negara industri maju mengatakan mereka melihat pertumbuhan global melambat menjadi 2,7% pada tahun depan alias tidak berubah dari perkiraan sebelumnya. Menurut OECD, itu akan menjadi tingkat tahunan terendah sejak krisis keuangan global, selain tahun pertama pandemi covid-19. pandemi.

Baca juga: Tiongkok, Penghasil Emisi Gas Rumah Kaca Terbesar

Pemulihan ke pertumbuhan sebesar 3,0% pada tahun 2025 bergantung pada perlambatan inflasi lebih lanjut dan perekonomian Asia yang mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat. "Gambaran umum perekonomian dunia dalam dua tahun ke depan ialah perlambatan moderat yang kemudian diikuti dengan normalisasi, pertumbuhan kembali mendekati tingkat tren, dan inflasi kembali ke target bank sentral pada 2025," kata OECD.

Kepala ekonom OECD, Clare Lombardelli, mengatakan dalam pengantar laporannya bahwa mereka, "Memproyeksikan soft landing bagi negara-negara maju. Namun hal ini masih jauh dari jaminan."

Baca juga: Vietnam Tetapkan Pajak Minimum Global ke Perusahaan Multinasional

OECD masih melihat risiko jangka pendek terhadap perkiraannya cenderung ke sisi negatifnya. Laporan ini menyebutkan meningkatnya ketegangan geopolitik akibat konflik Israel-Hamas sebagai sumber utama ketidakpastian jangka pendek bagi perekonomian global.

"Jika konflik semakin intensif dan meluas di wilayah yang lebih luas, terdapat risiko lebih besar yang dapat memperlambat pertumbuhan, dan meningkatkan inflasi," kata OECD yang memberikan nasihat kepada 38 negara anggotanya mengenai kebijakan ekonomi.

Meskipun OECD telah memproyeksikan perlambatan yang bersifat sementara tetapi nyata bagi Israel, mereka mengatakan bahwa dampak langsung yang lebih luas dari konflik tersebut terhadap perekonomian dunia sejauh ini relatif terbatas. Perlambatan pertumbuhan global didorong penaikan suku bunga yang dilakukan bank sentral untuk memperlambat inflasi. Namun pertumbuhan akan pulih ketika suku bunga mulai turun seiring dengan inflasi yang dimulai tahun depan.

OECD menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi AS sebesar dua persepuluh poin persentase untuk tahun ini dan 2024, masing-masing menjadi 2,4% dan 1,5%. Pertumbuhannya diperkirakan sedikit meningkat menjadi 1,7% pada 2025.

Meskipun pertumbuhan zona euro hampir terhenti pada kuartal terakhir, OECD mempertahankan perkiraan pertumbuhan 0,6% tahun ini. Namun ia memangkas perkiraan pada 2024 menjadi 0,9%. Hal ini menunjukkan perekonomian Inggris secara perlahan meningkat dengan pertumbuhan yang meningkat menjadi 0,5% pada tahun ini, 0,7% pada 2024, dan 1,2% pada 2025 seiring dengan pemulihan negara tersebut secara bertahap dari krisis biaya hidup.

Jepang juga diperkirakan mengalami perlambatan tahun depan. Pertumbuhannya melambat dari 1,7% menjadi 1,0% sebelum naik tipis menjadi 1,2% pada 2025.

OECD sedikit menaikkan perkiraan pertumbuhan di Tiongkok menjadi 5,2% tahun ini. Namun negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini diperkirakan masih mengalami pertumbuhan yang lambat menjadi 4,7% pada 2024 dan 4,2% pada 2025 karena suramnya konsumen yang menabung dibandingkan membelanjakan uangnya di tengah lemahnya penciptaan lapangan kerja dan tekanan keuangan yang disebabkan oleh krisis realestat. (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat