visitaaponce.com

Sektor Pertanian Kelapa Sawit Dilanda Krisis SDM

Sektor Pertanian Kelapa Sawit Dilanda Krisis SDM
Sektor Kelapa Sawit dilanda krisis SDM(MI/Denny Susanto Ainan)

KOMPETENSI Sumber Daya Manusia (SDM) perkebunan kelapa sawit Indonesia masih sangat memprihatinkan. Saat ini petani kelapa sawit terancam krisis regenerasi lantaran minat petani milenial di bidang kelapa sawit semakin rendah. 

Menurut Ketua Umum DPP Asosiasi Sawit Masa Depanku (Samade) Tolen Ketaren, memberikan pengetahuan dan perspektif positif kepada tani sawit, seyogyanya sudah dimulai dari bangku sekolah dasar. Sehingga, nilai-nilai positif tersebut bisa sampai ke lapisan masyarakat. 

“Pemerintah bisa memberikan apresiasi kepada petani-petani yang berhasil, sehingga Masyarakat sendiri bisa melihat bagaimana pentingnya sawit terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ungkap Tolen dalam keterangan resmi yang diterima, Senin (4/12). 

Baca juga: Industri Kelapa Sawit Berkelanjutan Buka 16 Juta Tenaga Kerja

Tolen menjelaskan, kebun kelapa sawit juga masih dianggap negatif oleh sebagian aparat hukum. Tak sedikit mereka mendekati kebun sawit dengan alasan akan menjadi masalah bagi kawasan hutan. 

“Kami berharap agar mereka juga diarahkan, artinya bukan harus dihukum. Sehingga orang melihat sawit adalah positif bagi bangsa Indonesia,” kata dia. 

Baca juga: Serikat Petani Dorong Hilirisasi Sawit Lewat Kelembagaan BUMDes

Seperti yang diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, luas perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 14,99 juta hektar pada 2022. Jumlah ini meningkat 2,49% dari tahun sebelumnya. 

Dari luasan lahan dan besarnya Industri kelapa sawit, sektor ini mampu menyediakan lapangan pekerjaan 16 juta tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung. 

Guna memastikan keberlangsungan sektor sawit di tanah air, dibutuhkan SDM Unggul yang terlibat berperan besar dalam mencapai sasaran-sasaran strategis terutama untuk peningkatan kompetensi dan kapasitas pekebun.

Ia mengatakan, stakeholder sawit harus memiliki segalanya. Mereka memiliki teknologi budaya mulai dari sektor hulu sampai hilir, mereka memiliki SDM, mereka memiliki modal bahkan mereka memiliki pasar. 

“Jadi kami disini dari asosiasi berharap agar stakeholder serta dinas lain dapat memberikan pengetahuan agronomi dan pemahaman terhadap pentingnya kualitas dan keberlangsungan produk sawit itu sendiri,” kata dia. 

Misalnya, contoh Tolen bibit, banyak sekali para  petani sebelumnya memilih bibit asal-asalan. Tetapi, dengan adanya seperti asosiasi ataupun adanya imbauan dari pemerintah melalui dinas-dinas terkait banyak petani akhirnya memiliki generasi kedua.

“Seperti kami sudah mulai memiliki pengetahuan tentang bibit kecambah yang bagus. Jadi kami harap berikutnya juga petani-petani yang lain yang belakang itu mereka bisa mengenali produk ini sendiri, jadi tidak asal sekadar menanam,” tambah dia. 

Saat ini, selain memberikan pelatihan pemerintah juga telah memberikan banyak beasiswa kepada mahasiswa D3 sampai S2 bidan pertanian. Dengan program ini, paling tidak mereka sudah bisa mengenal sawit.

Sekarang di kebun itu kebanyakan dari lulusan D3, paling tidak mereka lulusan dari beasiswa-beasiswa yang diberikan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

“Saya kira ini sangat baik karena banyak di antara mereka memang walau tidak Kembali ke kebunnya, ke kebun orang tuanya terutama. Tapi ada beberapa dari mereka bekerja di sektor perkebunan sawit, baik itu di kebun maupun di pabrik dan ada juga yang mulai mengurus kebun orang tua mereka dengan secara lebih baik, mereka tidak lagi saya kira lihat beberapa tempat itu mereka sudah tidak lagi menyemprot chemical untuk blanketing jadi saya kira ini dengan adanya beasiswa seperti ini lebih bagus. Jadi kita berharap keberlangsungan sawit ini bisa menjadi lebih bagus, bisa kita katakan nanti bisa rata-rata kita bisa mendapat sertifikat ISPO minimal,” jelas dia.

Untuk itu, Tolen berharap, pemerintah lebih memperhatikan sektor kelapa sawit khususnya sumber daya SD dengan memperbanyak lagi pelatihan, beasiswa kepada mahasiswa tidak hanya untuk anak petani sawit. 

“Saya kira diberikan kepada Masyarakat luas gitu supaya bukan hanya sekadar petani tapi Masyarakat seperti pulau jawa mereka benar-benar bisa mengenal sawit, bisa mereka terjun langsung walaupun tidak berkebun sawit di jawa tapi mereka bisa datang ke Sumatra, ke Kalimantan dan sebagainya. Itu yang harapan kami,” tutup dia. (RO/Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat