Sektor Pertanian Kelapa Sawit Dilanda Krisis SDM
![Sektor Pertanian Kelapa Sawit Dilanda Krisis SDM](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/12/360a260d2baa61e5aaef60de899f793b.jpg)
KOMPETENSI Sumber Daya Manusia (SDM) perkebunan kelapa sawit Indonesia masih sangat memprihatinkan. Saat ini petani kelapa sawit terancam krisis regenerasi lantaran minat petani milenial di bidang kelapa sawit semakin rendah.
Menurut Ketua Umum DPP Asosiasi Sawit Masa Depanku (Samade) Tolen Ketaren, memberikan pengetahuan dan perspektif positif kepada tani sawit, seyogyanya sudah dimulai dari bangku sekolah dasar. Sehingga, nilai-nilai positif tersebut bisa sampai ke lapisan masyarakat.
“Pemerintah bisa memberikan apresiasi kepada petani-petani yang berhasil, sehingga Masyarakat sendiri bisa melihat bagaimana pentingnya sawit terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ungkap Tolen dalam keterangan resmi yang diterima, Senin (4/12).
Baca juga: Industri Kelapa Sawit Berkelanjutan Buka 16 Juta Tenaga Kerja
Tolen menjelaskan, kebun kelapa sawit juga masih dianggap negatif oleh sebagian aparat hukum. Tak sedikit mereka mendekati kebun sawit dengan alasan akan menjadi masalah bagi kawasan hutan.
“Kami berharap agar mereka juga diarahkan, artinya bukan harus dihukum. Sehingga orang melihat sawit adalah positif bagi bangsa Indonesia,” kata dia.
Baca juga: Serikat Petani Dorong Hilirisasi Sawit Lewat Kelembagaan BUMDes
Seperti yang diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, luas perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 14,99 juta hektar pada 2022. Jumlah ini meningkat 2,49% dari tahun sebelumnya.
Dari luasan lahan dan besarnya Industri kelapa sawit, sektor ini mampu menyediakan lapangan pekerjaan 16 juta tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung.
Guna memastikan keberlangsungan sektor sawit di tanah air, dibutuhkan SDM Unggul yang terlibat berperan besar dalam mencapai sasaran-sasaran strategis terutama untuk peningkatan kompetensi dan kapasitas pekebun.
Ia mengatakan, stakeholder sawit harus memiliki segalanya. Mereka memiliki teknologi budaya mulai dari sektor hulu sampai hilir, mereka memiliki SDM, mereka memiliki modal bahkan mereka memiliki pasar.
“Jadi kami disini dari asosiasi berharap agar stakeholder serta dinas lain dapat memberikan pengetahuan agronomi dan pemahaman terhadap pentingnya kualitas dan keberlangsungan produk sawit itu sendiri,” kata dia.
Misalnya, contoh Tolen bibit, banyak sekali para petani sebelumnya memilih bibit asal-asalan. Tetapi, dengan adanya seperti asosiasi ataupun adanya imbauan dari pemerintah melalui dinas-dinas terkait banyak petani akhirnya memiliki generasi kedua.
“Seperti kami sudah mulai memiliki pengetahuan tentang bibit kecambah yang bagus. Jadi kami harap berikutnya juga petani-petani yang lain yang belakang itu mereka bisa mengenali produk ini sendiri, jadi tidak asal sekadar menanam,” tambah dia.
Saat ini, selain memberikan pelatihan pemerintah juga telah memberikan banyak beasiswa kepada mahasiswa D3 sampai S2 bidan pertanian. Dengan program ini, paling tidak mereka sudah bisa mengenal sawit.
Sekarang di kebun itu kebanyakan dari lulusan D3, paling tidak mereka lulusan dari beasiswa-beasiswa yang diberikan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
“Saya kira ini sangat baik karena banyak di antara mereka memang walau tidak Kembali ke kebunnya, ke kebun orang tuanya terutama. Tapi ada beberapa dari mereka bekerja di sektor perkebunan sawit, baik itu di kebun maupun di pabrik dan ada juga yang mulai mengurus kebun orang tua mereka dengan secara lebih baik, mereka tidak lagi saya kira lihat beberapa tempat itu mereka sudah tidak lagi menyemprot chemical untuk blanketing jadi saya kira ini dengan adanya beasiswa seperti ini lebih bagus. Jadi kita berharap keberlangsungan sawit ini bisa menjadi lebih bagus, bisa kita katakan nanti bisa rata-rata kita bisa mendapat sertifikat ISPO minimal,” jelas dia.
Untuk itu, Tolen berharap, pemerintah lebih memperhatikan sektor kelapa sawit khususnya sumber daya SD dengan memperbanyak lagi pelatihan, beasiswa kepada mahasiswa tidak hanya untuk anak petani sawit.
“Saya kira diberikan kepada Masyarakat luas gitu supaya bukan hanya sekadar petani tapi Masyarakat seperti pulau jawa mereka benar-benar bisa mengenal sawit, bisa mereka terjun langsung walaupun tidak berkebun sawit di jawa tapi mereka bisa datang ke Sumatra, ke Kalimantan dan sebagainya. Itu yang harapan kami,” tutup dia. (RO/Z-10)
Terkini Lainnya
Jangan Sampai Gaji Dokter Asing Lebih Tinggi dari Lokal
Sekjen Kemnaker Terinspirasi oleh Pengelolaan SDM Tiongkok
Peningkatan Kualitas SDM Cermin Pembangunan Berkelanjutan
Kemenkop UKM Terus Tingkatkan Kapasitas Pelaku Usaha Mikro
Transformasi Human Capital Pacu Kinerja Perusahaan
Tingkatkan Daya Saing lewat Uji Kompetensi
Koperasi Petani Bantu Program Regenerasi Petani
Kementan Dorong Cetak Petani Muda Handal Demi Regenerasi Pertanian
Regenerasi Petani, Kementan Kerja Sama dengan Pemkab Tanah Bumbu
PSSI Tunjuk Nova Arianto sebagai Pelatih Kepala Timnas Indonesia U-16
Kementan Dorong Petani Milenial Jatim Kolaborasi dengan Koperasi
PP Perbasi Lakukan Regenerasi Timnas Basket 5x5 Putra
Setelah Menang Presiden, Pezeshkian Kini Menghadapi Jalan Terjal
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap