visitaaponce.com

Mayoritas Indikator Kinerja Pasar Saham Bertumbuh di 2023

Mayoritas Indikator Kinerja Pasar Saham Bertumbuh di 2023
Papan perdagangan saham.(MI/Adam Dwi)

OTORITAS Jasa Keuangan (OJK) melihat dari berbagai laporan data statistik, kondisi perekonomian Indonesia dan pasar modal masih dinilai cukup stabil dan resilien.

Pertumbuhan ekonomi antara kuartal IV-2023 sampai dengan kuartal III-2023 masih tumbuh secara rata-rata di atas 5 persen, di tengah berbagai macam isu global dan domestik.

Kepala Departemen Perizinan Pasar Modal OJK Luthfy Zain Fuady menjelaskan pada kinerja pasar saham, beberapa indikator yang masih tumbuh positif.

Baca juga : Pasar Modal Indonesia Masih Kompetitif. Ini Alasannya

Ia menyebutkan mulai dari indeks harga saham gabungan, kapitalisasi pasar, efek bersifat utang dan/atau Sukuk Tanpa Penawaran Umum (EBUS), obligasi, total dana yang dihimpun dalam IPO, perkembangan Securities Crowd Funding (SFC), jumlah Single Investor Identification (SID), hingga perdagangan karbon.

"Meski ada juga yang mengalami penurunan seperti nilai aktiva bersih reksa dana dan total dana kelolaan atau Assets Under Management (AUM)," kata Luthfy, pada Konferensi Pers Penutupan Perdagangan BEI 2023, di Jakarta, Jumat (29/12).

Baca juga : OJK Tak Lagi Jadi Penyidik Tunggal di Sektor Jasa Keuangan r:

Terkait dana yang dihimpun dari pasar modal, lebih lanjut Luthfy menjelaskan bahwa OJK per 28 Desember 2023, telah memproses sebanyak 211 penawaran umum, turun dari 233 penawaran umum di 30 Desember 2022.

Dari sebanyak 211 penawaran umum tersebut, sebanyak 71 merupakan emiten saham, dan 23 dari right issue, EBUS 117 emiten. Total keseluruhan emisinya tercatat Rp247,06 triliun. Angka ini masih sedikit di bawah perolehan tahun lalu yang sebesar Rp266 triliun.

"Tapi masih ada satu hari, karena OJK hari ini juga masih punga rencana untuk memberikan pernyataan efektif ke beberapa IPO. Sehingga nanti total angka di akhir tahun 2023 akan di atas Rp247 triliun," kata Luthfy.

Dari 211 penawaran umum di 2023, ada 74 emiten baru, dimana sebanyak 71 emiten saham, dan 3 emiten EBUS.

Sedangkan untuk penghimpunan dana melalui SCF, sudah dimanfaatkan oleh sekitar 493 UMKM, dengan jumlah total nominal Rp1,42 triliun, dengan 167 ribu pemodal yang membantu pendanaan UMKM melalui SCF.

Untuk SID, tercatat masih tumbuh menjadi 12.154.870, naik 17,16% dibandingkan 2022 yang sebanyak 10.311.152.

"Investor individual berusia di bawah 40 tahun mendominasi yaitu 79,16%. Meski memang nilai aset masih kecil di Rp165 triliun, tapi ini menunjukkan ada optimisme generasi penerus di industri pasar modal," kata Luthfy.

Indeks saham syariah terkoreksi menjadi -2,02%. Begitu juga dengan nilai aktiva bersih (NAB) yang terkoreksi -2,04% menjadi Rp494,56 triliun dibandingkan akhir tahun 2022, yang sebesar Rp504,86 triliun.

Begitu juga dengan total dana kelolaan (AUM) tahun 2023, yang tercatat terkoreksi 2,30% menjadi Rp807,75 triliun, dari akhir tahun lalu yang sebesar Rp827,54 triliun.

"Penurunan NAB dan AUM terjadi karena beberapa hal, seperti jumlah produk yang sudah maturity, pengaruh dari perlakunya UU Cipta Kerja karena ada treatmen perpajakan, sehingga ada beberapa jenis investor yang memperoleh treatmen khusus di dalam UU Cipta Kerja, juga dalam konteks ada beberapa pembatasan oleh OJK kepada beberapa manajer investasi untuk membuat produk baru," kata Luthfy. (Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat