visitaaponce.com

Human Error Diduga Jadi Biang Kerok Tabrakan Kereta di Cicalengka

Human Error Diduga Jadi Biang Kerok Tabrakan Kereta di Cicalengka
proses evakuasi gerbong kereta pascakecelakaan di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat(MI/Bilal Nugraha Ginanjar)

DIREKTUR eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang menduga penyebab tabrakan maut antara kereta api lokal Bandung Raya dengan kereta api Turangga di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Jumat (5/1), akibat kelalaian manusia (human error). 

Kecelakaan adu banteng itu terjadi di KM 181+700 petak jalan antara Stasiun Haurpugur dan Stasiun Cicalengka. 

Deddy menuturkan human error bisa terjadi dari faktor kelalaian petugas pengatur perjalanan kereta api (PPKA) yang mengatur sinyal keberangkatan atau penghentian kereta, atau karena ada kelalaian dari masinis yang melanggar ketentuan sinyal.

Baca juga : Jasa Raharja-KAI Beri Santunan untuk Korban Tabrakan KA Turangga

"Insiden ini bisa saja karena ada kelalaian PPAK yang tidak bisa mengatur kereta, sehingga kereta tabrakan, atau karena masinis yang melanggar sinyal," ujar Deddy saat dihubungi Media Indonesia, Sabtu (6/1).

Deddy menuturkan di Stasiun Cicalengka masih menggunakan perangkat sinyal secara mekanik alias pengaturan sinyal dilakukan secara manual oleh petugas. Sementara, sejak November 2022, persinyalan di Stasiun Haurpugur diganti dari sebelumnya mekani menjadi persinyalan elektrik. 

Baca juga : Haurpugur - Cicalengka Mulai Dapat Dilalui, Kereta Api dari Daop 6 tidak  Lewati Jalur Memutar

Dengan perbedaan sistem persinyalan tersebut, plus jalur yang dilewati merupakan jalur tunggal (single track), lebih rawan terjadi kecelakaan.

"Yang saya tahu ada permasalahan persinyalan. Di Stasiun Cicalengka itu masih mekanik alias sistem lama, sedangkan di Haurpugur itu lebih modern. Dengan perbedaan itu, petugas kereta tidak bisa melihat arah aman kereta,"

Pengamat transportasi itu menjelaskan sebenarnya di beberapa jalur kereta di Jawa masih banyak menggunakan single track. Namun, hal itu dianggap tidak menjadi masalah besar jika pengaturan persinyalan dijalankan dengan benar.

"Di Pulau Jawa ini yang pakai single track masih banyak tersebar. Sebenarnya kalau sistemnya berjalan bagus itu tak masalah," ucapnya.

Kendati demikian, Deddy berharap ada percepatan pembangunan jalur ganda di Stasiun Haurpugur dan Stasiun Cicalengka untuk mengantisipasi kecelakaan tabrakan adu banteng. Ia kemudian menyerahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk hasil akhir investigasi penyebab tabrakan maut kereta di Cicalengka yang menewaskan empat orang.

'Kita tunggu saja kesimpulan penyebab kecelakaan tabrakan kereta tersebut dari KNKT. Namun, yang bertanggung jawab atas kecelakaan ini tetap operator yaitu PT Kereta Api Indonesia (KAI)," pungkasnya.

Tunggu Investigasi KNKT

Dihubungi terpisah, Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasional (Daop) 2 Bandung Ayep Hanapi membenarkan ada perbedaan sistem persinyalan di Stasiun Haurpugur dan Stasiun Cicalengka. Namun, pihaknya tidak ingin membuat asumsi atau menduga-duga penyebab tabrakan maut kereta tersebut.

"Kalau masalah persinyalan intinya kami di Daop 2 masih menunggu investigasi dari KAI dan KNKT," ucapnya.

Saat ini, lanjutnya, tim investigasi dari KAI dan KNKT masih melakukan pemeriksaan lebih dalam di lokasi kejadian KA Turangga dan KA Bandung Raya di Cicalengka.

Saat dikonfirmasi, Kepala Sub-Bagian Data, Informasi dan Humas KNKT Anggo Anurogo menerangkan baru dilakukan proses investigasi awal. Pihaknya masih mengumpulkan data dan keterangan saksi-saksi dari insiden adu benteng itu.

"Kami masih proses pengumpulan data dan fakta di lapangan. Kalau ada hal yang sekiranya penting untuk disampaikan, kami akan beritahukan," tutupnya. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat