Akhir Pekan, Investor Global Menantikan Pidato Beberapa Pejabat The Fed
INDEKS harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (15/2) naik 1,3%. Sektor Finansial dan Material Dasar menjadi pendorong. Investor asing masih melakukan pembelian bersih Rp1,2 triliun, pada saham Bank Mandiri (BMRI), Bank BCA (BBCA) dan Bank BRI (BBRI) di pasar reguler, serta BMRI di pasar nego senilai Rp 252 miliar sendiri.
Indeks saham AS pun bergerak positif. Indeks Dow Jones naik 0,9%, S&P 500 naik 0,6%, Nasdaq naik 0,3%. Data ekonomi cenderung bervariasi. Penjualan ritel AS untuk Januari tercatat turun secara bulanan (MoM), namun klaim pengangguran awal turun di bawah estimasi.
"Di akhir pekan ini, investor global masih akan menantikan pidato dari beberapa pimpinan bank sentral AS The Fed yang diperkirakan dapat memberi petunjuk mengenai arah kebijakan moneter ke depannya," kata analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy, Jumat (16/2).
Baca juga : Rekam Keuangan Bisnis Lebih Praktis dengan Cash Management QLola by BRI
Utang luar negeri Indonesia pada kuartal IV-2023 naik 2,7% YoY menjadi Rp6.359 triliun terutama dari sektor publik dan juga dipengaruhi oleh pelemahan Rupiah. Angka ini setara 29,7% dari Produk Domestik Bruto (GDP).
Analis makro Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan pasar global mengantisipasi pertumbuhan ekonomi yang moderat dengan potensi pelonggaran kebijakan moneter.
Perkembangan pasar di tahun 2024 akan sangat dipengaruhi oleh seberapa cepat dan seberapa besar The Fed menurunkan suku bunga. Langkah The Fed masih akan tetap dipengaruhi oleh perkembangan data ekonomi dalam beberapa bulan ke depan.
Baca juga : IHSG Awal Pekan Masuk Zona Hijau
"Kami memandang dengan tren saat ini, kemungkinan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan Juni, sebanyak 25 bps, dan secara total tahun ini the Fed akan menurunkan suku bunga sebanyak 100 bps ke level 4,50%," kata Rully.
Dia memperkirakan perekonomian dunia tahun 2024 dan 2025 akan tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan rata-rata 20 tahun terakhir sebelum pandemi disebabkan oleh suku bunga yang tinggi saat ini.
Risiko geopolitik yang masih ada dan perlambatan perekonomian Tiongkok masih terjadi. Dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global, proses disinflasi akan berjalan lebih cepat dan membuka ruang penurunan suku bunga di berbagai negara, termasuk AS.
Baca juga : IHSG dan Rupiah Kompak Melemah Pagi Ini
"Salah satu risiko yang perlu diwaspadai adalah kondisi geo politik, terutama di laut merah yang dapat menimbulkan gangguan pasokan dan menyebabkan inflasi bertahan tinggi," kata Rully.
Dia memandang perlunya pelonggaran moneter dari BI di tengah banyaknya ketidakpastian. Kinerja ekonomi Indonesia pada tahun 2023 mencerminkan pertumbuhan yang cukup baik sebesar 5,0%, meski menghadapi tantangan seperti tingginya suku bunga dan penurunan harga komoditas.
Mirae berpendapat suku bunga kebijakan BI sudah mencapai puncaknya dalam siklus pengetatan moneter saat ini. Mereka memandang BI akan melakukan pelonggaran moneter, mengingat kondisi inflasi yang stabil.
Baca juga : IHSG Pagi Ini Dibuka di Zona Merah
"Di sisi lain kondisi sektor finansial di Indonesia cenderung mengetat. Selain itu kami memandang bahwa risiko yang ditimbulkan oleh perlambatan ekonomi dunia, terutama Tiongkok masih sangat perlu untuk diwaspadai," kata Rully.
Perlambatan ekonomi global, terutama di Tiongkok, dapat memengaruhi kinerja ekspor, neraca perdagangan, dan pertumbuhan PDB Indonesia, karena Tiongkok telah menjadi tujuan ekspor utama Indonesia yang lebih besar selama dekade terakhir, meningkat dari 19,4% pada tahun 2012 menjadi 25,7% pada tahun 2023, sehingga meningkatkan sensitivitas ekonomi Indonesia terhadap kondisi di Tiongkok. (Z-3)
Terkini Lainnya
IHSG Ditutup Naik Ikuti Bursa Asia Menguat
DBS Perkirakan Rupiah masih Melemah di Kuartal III Tahun Ini
Rupiah Menguat Seiring Pasar Tunggu Data NFP AS
Mantan Gubernur BI Nilai Fluktuasi Rupiah Wajar
IHSG Ditutup Melemah di tengah Bursa Asia Menguat
Rupiah Merosot saat Pasar Tunggu Rilis Data Tenaga Kerja AS
Rupiah Melemah, Airlangga: Fundamen Ekonomi Indonesia Kuat
BI Putuskan Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25%
Pemerintah Pastikan Kesiapan APBN untuk Respons Kenaikan BI Rate
Sri Mulyani Soroti Mahalnya Biaya Pinjaman Bank Dunia
Inflasi AS di Atas Konsensus, Ekspektasi Penurunan Fed Fund Rate Mulai Bergeser
Saham AS Terpukul Data Inflasi Terbaru, Harga Emas Melonjak
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap