visitaaponce.com

Kondisi Ekonomi Saat Ini Beratkan Masyarakat Menengah ke Bawah

Kondisi Ekonomi Saat Ini Beratkan Masyarakat Menengah ke Bawah
Warga di Tangerang mengantre untuk mendapatkan beras SPHP(MI/Ramdani)

KONDISI ekonomi Indonesia saat ini amat berat bagi masyarakat, terutama mereka yang berada dalam golongan menengah ke bawah. Sebabnya ialah kenaikan harga pangan, khususnya beras secara signifikan dalam beberapa waktu terakhir, sementara pendapatan cenderung tetap.

"Kondisi perekonomian Indonesia saat ini sangat memberatkan kehidupan masyarakat menengah ke bawah, terutama segmen masyarakat 50% kelas menengah ke bawah. Pasalnya sebagian besar diposal income mereka semakin tersedot untuk memenuhi kebutuhan pokok," kata Analis senior dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita saat dihubungi, Kamis (29/2).

Berdasarkan catatannya, kenaikan harga saat ini sudah mencapai 20% dari kondisi normal tahun lalu. Meski diakui ada fenomena El Nino, namun secara historis, kenaikan harga beras umumnya hanya terjadi di kisaran 5% setiap tahunnya.

Baca juga : Pengamat: Produksi Beras Jatuh, dan Kenaikan Harga dalam 1,5 Tahun Terakhir, Akibat Masalah Struktural

Karenanya, harga beras yang terus merangkak naik dinilai di luar nalar. Tingginya harga komoditas itu amat memengaruhi kemampuan daya beli masyarakat, terutama menengah ke bawah. Sebab, tanpa kenaikan harga beras pun, pendapatan mereka sudah tergerus hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Ronny berpandangan, semestinya harga beras dapat mengalami penurunan pada Maret 2024 lantaran terjadi panen raya. Namun di saat yang sama, itu bertepatan dengan momen Ramadan dan Lebaran. Karenanya, jika terjadi penurunan harga pun itu tidak akan signifikan layaknya kenaikan sekarang ini.

Belum lagi biaya produksi di level petani juga saat ini terbilang cukup tinggi karena kenaikan harga pupuk. Dus kemungkinan harga beras tetap tinggi masih terbuka lebar. Di saat yang sama, beras impor banyak dialokasikan untuk menggulirkan bansos, alih-alih ke pasar.

Baca juga : Jelang Ramadan, Pemprov DKI Diminta Waspadai Lonjakan Harga Pangan

"Inilah sebabnya mengapa harga sulit untuk turun lebih rendah lagi. Dan juga menjadi penyebab mengapa bertambah banyak masyarakat yang merasakan bahwa kondisi ekonomi tak baik-baik saja," kata Ronny.

Kelas menengah ke bawah menjadi kelompok yang paling terpukul dari kondisi tersebut. Kenaikan harga yang cukup tajam sama artinya dengan peningkatan pengeluaran. Padahal tingkat pendapatan cenderung tetap, sebagian justru berkurang.

Alhasil, kemampuan untuk melakukan konsumsi akan relatif melemah. Sebab, uang yang dimiliki masyarakat menengah bawah habis untuk mengimbangi kenaikan harga pangan. 

Baca juga : Harga Beras belum Terkendali

"Data-data ekonomi makro tidak terlalu mewakili kehidupan riil masyarakat, karena data tersebut hanya sebagai "big picture" atas perekonomian Indonesia sebagai sebuah negara atau sebuah entitas ekonomi," imbuh Ronny.

"Sebenarnya dari data pertumbuhan ekonomi beberapa triwulan ke belakang sudah terlihat pelemahan konsumsi rumah tangga akibat ketidakstabilan harga-harga barang kebutuhan pokok, mulai dari beras, bawang, cabai, minyak goreng, dan lainya," sambungnya.

Sejalan dengan itu, dalam beberapa waktu terakhir pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga selalu berada di bawah angka pertumbuhan ekonomi. Itu menurut Ronny, cukup mengindikasikan terjadinya pelemahan daya beli masyarakat.

Demikian halnya dengan data-data inflasi yang secara umum disebutkan terjaga dan terkendali. Jika dilihat lebih dalam, kata Ronny, inflasi pangan bergejolak mengalami kenaikan tajam, mengindikasikan harga-harga pangan juga mengalami kenaikan. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat