visitaaponce.com

Saudi Perpanjang Pemangkasan Pasokan Minyak Sejuta Barel Sehari

Saudi Perpanjang Pemangkasan Pasokan Minyak Sejuta Barel Sehari
Kilang minyak di gurun antara Shubaytah dan Shubaytah, pada reli Dakar 2024, di Arab Saudi, pada 12 Januari 2024.(AFP/Patrick Hertzog)

ARAB Saudi mengumumkan pada Minggu (4/3) bahwa mereka akan memperpanjang pengurangan pasokan minyak hingga Juni sebagai bagian dari upaya untuk menopang harga. Sumber kementerian energi mengumumkan Riyadh akan memperpanjang pemotongan sukarela sebesar satu juta barel per hari--yang diterapkan sejak Juli 2023--hingga akhir kuartal kedua 2024. 

Itu dilaporkan kantor berita resmi Saudi (SPA). "Selanjutnya, untuk mendukung stabilitas pasar, tambahan volume pemotongan ini akan dikembalikan secara bertahap tergantung pada kondisi pasar. Itu diambil melalui koordinasi dengan beberapa negara peserta OPEC+," kata laporan SPA. 

OPEC+ ialah blok beranggotakan 23 orang yang dipimpin bersama oleh Riyadh dan Moskow. Perpanjangan tersebut diumumkan pada hari yang sama ketika Rusia mengatakan akan memangkas produksinya hampir setengah juta barel pada kuartal kedua 2024.

Baca juga : Arab Saudi-AS Silang Pendapat Soal Pemangkasan Produksi Minyak OPEC+

Riyadh pertama kali mengumumkan pemotongan sukarela setelah pertemuan OPEC+ pada Juni 2023. Hal ini menyusul keputusan pada April 2023 oleh beberapa anggota OPEC+ untuk memangkas produksi secara sukarela sebesar lebih dari satu juta barel per hari (bpd). Ini langkah mengejutkan yang sempat menopang harga tetapi gagal menghasilkan pemulihan jangka panjang.

Pada Oktober 2022, OPEC+ setuju mengurangi produksi sebesar dua juta barel per hari. Tindakan ini memicu ketegangan dengan pemerintahan Presiden AS Joe Biden yang mengatakan bahwa mereka sama saja berpihak pada Rusia dalam perang di Ukraina.

Pengumuman pada Minggu itu berarti produksi Arab Saudi akan tetap pada sekitar sembilan juta barel per hari. Angka ini jauh di bawah kapasitasnya yang sebesar 12 juta barel per hari.

Putra Mahkota Mohammed bin Salman, penguasa de facto Arab Saudi, bergantung pada pendapatan minyak untuk membiayai agenda reformasi ekonomi dan sosial yang ambisius yang dikenal sebagai Visi 2030 yang dimaksudkan untuk memosisikan kerajaan Teluk tersebut menuju masa depan yang sejahtera pascaminyak. Saudi telah berjanji mencapai emisi karbon pada 2060 tetapi menimbulkan skeptisisme yang kuat dari para aktivis lingkungan. (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat