visitaaponce.com

Inflasi masih Kaku akan Pertahankan Suku Bunga Zona Euro

Inflasi masih Kaku akan Pertahankan Suku Bunga Zona Euro
Uang kertas Euro dikeluarkan dari dompet di Dortmund, Jerman bagian barat, pada 27 Januari 2020.(AFP/Ina Fassbender)

INFLASI yang kaku diperkirakan mendorong penentu kebijakan di zona euro untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil pada Kamis (7/3). Ini karena mereka menunggu tanda-tanda yang lebih jelas mengenai pelonggaran harga konsumen yang berkelanjutan sebelum melakukan pemotongan.

Harga barang sehari-hari melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina dan kesengsaraan rantai pasokan terkait pandemi. Ini mendorong Bank Sentral Eropa (ECB) untuk meluncurkan siklus penaikan suku bunga yang bersejarah.

Inflasi, yang mencapai puncaknya lebih dari 10% pada akhir 2022, terus menurun hingga 2,6% pada Februari. Arahnya menuju target dua persen ECB.

Baca juga : Inflasi Zona Euro Terus Turun pada Februari

Pada saat yang sama--prospeknya suram--zona euro berhasil menghindari resesi teknis pada paruh kedua 2023 yang terbebani oleh kinerja buruk ekonomi terbesarnya, Jerman. Melambatnya inflasi dan memburuknya perekonomian seharusnya memperkuat argumen penurunan suku bunga. Namun kenaikan harga konsumen tidak melambat secepat yang diharapkan dan ECB khawatir akan menyelesaikan langkahnya untuk mencapai target.

Dewan pengurus lembaga yang berbasis di Frankfurt itu diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan deposito stabil pada rekor empat persen untuk pertemuan keempat berturut-turut pada Kamis. "Kami tidak berpikir ECB akan cukup percaya diri bahwa zona euro telah melangkah cukup jauh sepanjang proses disinflasi bahkan untuk membahas penurunan suku bunga, apalagi memberi sinyal bahwa hal itu akan segera terjadi," kata HSBC dalam suatu catatan.

Namun, pertemuan tersebut akan diawasi dengan ketat untuk mendapatkan perkiraan waktu ECB akan mulai memotong biaya pinjaman. Sebagian besar investor sekarang bertaruh pada langkah pertama di Juni.

Baca juga : Mesir Kantongi Tambahan Pinjaman IMF Seiring Anjloknya Pound

Langkah selanjutnya 

Para analis yakin pendorong inflasi telah bergeser dari biaya energi yang melonjak setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 2022 ke sektor jasa dan pertumbuhan upah pekerja. "Pertumbuhan upah masih tinggi dan belum ada tanda-tanda perubahan yang cepat, sehingga memicu kakunya inflasi jasa," kata Frederik Ducrozet, kepala ekonom di Pictet Wealth Management.

Meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga menambah kekhawatiran bahwa inflasi akan kembali pulih. Serangan pemberontak Yaman terhadap pelayaran di Laut Merah telah mendorong perusahaan pelayaran menghindari jalur perdagangan penting tersebut. Dampak perang Israel-Hamas dapat berdampak pada harga minyak.

Bank Sentral AS (Federal Reserve), yang akan mengadakan pertemuan penetapan suku bunga berikutnya pada 19-20 Maret, juga sedang kesulitan menentukan waktu tepat untuk mulai menurunkan suku bunganya. Soalnya, serangkaian data ekonomi yang kuat meredupkan prospek penurunan suku bunga lebih awal.

Baca juga : Venezuela Catat Penurunan Inflasi Bulanan Pertama dalam 17 Tahun

Bagi ECB, tidak ada keraguan bahwa langkah selanjutnya ialah pemotongan suku bunga. "Mungkin akan terjadi penurunan, penurunan, dan penurunan," kata Presiden ECB Christine Lagarde pada akhir Januari.

Spekulasi meningkat pada akhir tahun lalu bahwa pemotongan akan dilakukan segera pada Maret, karena inflasi mulai turun drastis. Namun ekspektasi tersebut menguap karena kenaikan harga terbukti sulit diatasi. Apalagi, inflasi yang mendasarinya--penyebab fluktuasi harga energi dan pangan--tidak turun secepat yang diharapkan.

Meskipun para pengamat sekarang memperkirakan pemotongan pertama akan dilakukan pada Juni, mereka memperkirakan prosesnya akan berjalan lambat. "Kami memperkirakan ECB akan melonggarkan kebijakan moneter secara bertahap, memangkas suku bunga secara kumulatif sebesar 100 (basis poin) pada 2024," kata Ducrozet. (AFP/Z-2)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat