Inflasi masih Kaku akan Pertahankan Suku Bunga Zona Euro
![Inflasi masih Kaku akan Pertahankan Suku Bunga Zona Euro](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/03/11d1bce47ae77a9b96716484743bf78a.jpg)
INFLASI yang kaku diperkirakan mendorong penentu kebijakan di zona euro untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil pada Kamis (7/3). Ini karena mereka menunggu tanda-tanda yang lebih jelas mengenai pelonggaran harga konsumen yang berkelanjutan sebelum melakukan pemotongan.
Harga barang sehari-hari melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina dan kesengsaraan rantai pasokan terkait pandemi. Ini mendorong Bank Sentral Eropa (ECB) untuk meluncurkan siklus penaikan suku bunga yang bersejarah.
Inflasi, yang mencapai puncaknya lebih dari 10% pada akhir 2022, terus menurun hingga 2,6% pada Februari. Arahnya menuju target dua persen ECB.
Baca juga : Inflasi Zona Euro Terus Turun pada Februari
Pada saat yang sama--prospeknya suram--zona euro berhasil menghindari resesi teknis pada paruh kedua 2023 yang terbebani oleh kinerja buruk ekonomi terbesarnya, Jerman. Melambatnya inflasi dan memburuknya perekonomian seharusnya memperkuat argumen penurunan suku bunga. Namun kenaikan harga konsumen tidak melambat secepat yang diharapkan dan ECB khawatir akan menyelesaikan langkahnya untuk mencapai target.
Dewan pengurus lembaga yang berbasis di Frankfurt itu diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan deposito stabil pada rekor empat persen untuk pertemuan keempat berturut-turut pada Kamis. "Kami tidak berpikir ECB akan cukup percaya diri bahwa zona euro telah melangkah cukup jauh sepanjang proses disinflasi bahkan untuk membahas penurunan suku bunga, apalagi memberi sinyal bahwa hal itu akan segera terjadi," kata HSBC dalam suatu catatan.
Namun, pertemuan tersebut akan diawasi dengan ketat untuk mendapatkan perkiraan waktu ECB akan mulai memotong biaya pinjaman. Sebagian besar investor sekarang bertaruh pada langkah pertama di Juni.
Baca juga : Mesir Kantongi Tambahan Pinjaman IMF Seiring Anjloknya Pound
Langkah selanjutnya
Para analis yakin pendorong inflasi telah bergeser dari biaya energi yang melonjak setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 2022 ke sektor jasa dan pertumbuhan upah pekerja. "Pertumbuhan upah masih tinggi dan belum ada tanda-tanda perubahan yang cepat, sehingga memicu kakunya inflasi jasa," kata Frederik Ducrozet, kepala ekonom di Pictet Wealth Management.
Meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga menambah kekhawatiran bahwa inflasi akan kembali pulih. Serangan pemberontak Yaman terhadap pelayaran di Laut Merah telah mendorong perusahaan pelayaran menghindari jalur perdagangan penting tersebut. Dampak perang Israel-Hamas dapat berdampak pada harga minyak.
Bank Sentral AS (Federal Reserve), yang akan mengadakan pertemuan penetapan suku bunga berikutnya pada 19-20 Maret, juga sedang kesulitan menentukan waktu tepat untuk mulai menurunkan suku bunganya. Soalnya, serangkaian data ekonomi yang kuat meredupkan prospek penurunan suku bunga lebih awal.
Baca juga : Venezuela Catat Penurunan Inflasi Bulanan Pertama dalam 17 Tahun
Bagi ECB, tidak ada keraguan bahwa langkah selanjutnya ialah pemotongan suku bunga. "Mungkin akan terjadi penurunan, penurunan, dan penurunan," kata Presiden ECB Christine Lagarde pada akhir Januari.
Spekulasi meningkat pada akhir tahun lalu bahwa pemotongan akan dilakukan segera pada Maret, karena inflasi mulai turun drastis. Namun ekspektasi tersebut menguap karena kenaikan harga terbukti sulit diatasi. Apalagi, inflasi yang mendasarinya--penyebab fluktuasi harga energi dan pangan--tidak turun secepat yang diharapkan.
Meskipun para pengamat sekarang memperkirakan pemotongan pertama akan dilakukan pada Juni, mereka memperkirakan prosesnya akan berjalan lambat. "Kami memperkirakan ECB akan melonggarkan kebijakan moneter secara bertahap, memangkas suku bunga secara kumulatif sebesar 100 (basis poin) pada 2024," kata Ducrozet. (AFP/Z-2)
Terkini Lainnya
Langkah selanjutnya
Rupiah Diprediksi Tidak Stabil Hingga Akhir Tahun
Kembali Jabat Dewan Gubernur Senior, Destry Diharapkan Dukung Kinerja BI Tetap Optimal
IHSG Ditutup Melemah saat Bursa Asia Menguat
Kerja Sama Penggunaan Mata Uang Lokal Kurangi Ketergantungan pada Dolar AS
Sebagian Besar Pasar Keuangan di Asia Menguat
3 Alasan di Balik Menguatnya Rupiah Hari Ini
Industri FMCG Punya Potensi Pasar Besar di Tengah Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Ini 5 Tren Utama Perilaku Belanja Konsumen Indonesia
Ruko Masih Menarik untuk Investasi Properti Jangka Panjang
Shopee Raih Peringkat Tertinggi dalam Kepuasan Konsumen E-Commerce versi IPSOS
Shopee Dominasi Kepuasan Belanja Online
Kolaborasi Teknologi Cloud Perluas Pasar Asuransi
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Manajemen Haji dan Penguatan Kelembagaan
Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap