Airlangga Akui Investasi di Indonesia belum Inklusif
![Airlangga Akui Investasi di Indonesia belum Inklusif](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/06/c87047d43f07eaaf9228e8d4b684a4d0.jpg)
MARAKNYA investasi di sektor penghiliran sumber daya alam (SDA) diakui belum berhasil mengerek tingkat kesejahteraan masyarakat. Alih-alih membuat masyarakat naik kelas, penanaman modal yang deras di wilayah Tengah dan Timur Indonesia itu justru menimbulkan ketimpangan dan melahirkan penduduk miskin dalam jumlah tinggi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui hal itu masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan hingga saat ini. Menurutnya, penanganan masalah itu akan dikerjakan dari dua aspek, yakni investasi dan penurunan tingkat kemiskinan.
“Itu PR (kita) ada dua, satu bicara investasi, satu bicara kemiskinan yang ditargetkan near zero yang absolut di akhir tahun ini. (Upaya yang dilakukan) salah satunya kegiatan UMKM, KUR, kemudian juga terkait bansos,” terang dia kepada pewarta saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (14/6).
Baca juga : Airlangga: Pemerintah Tetap Andalkan Modal Asing untuk Ekonomi Indonesia
Sebelumnya, Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono mengatakan, tingginya angka kemiskinan di sejumlah daerah menandakan kegagalan pemerintah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Pasalnya, perekonomian yang tumbuh di kisaran 5% dalam satu dekade terakhir tak serta-merta membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Pertumbuhan yang tak inklusif itu secara nyata terlihat di wilayah yang menjadi destinasi investasi penghiliran produk sumber daya alam (SDA).
Di wilayah-wilayah tersebut, pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena penanaman modal tak diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. “Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi era Presiden Jokowi cenderung tidak inklusif,” ujarnya.
Baca juga : Pertumbuhan Ekonomi Era Jokowi Cenderung tidak Inklusif
Morowali, Sulawesi Tengah, misalnya, mengalami penurunan kemiskinan yang lamban dan menyebabkan masih banyak jumlah penduduk miskin di wilayah tersebut. Pada 2015, angka kemiskinan Morowali mencapai 15,8%, dan pada 2023 masih di kisaran 12,3%, jauh di atas rerata nasional yang hanya di kisaran 9,4%.
Padahal, Morowali merupakan contoh terdepan adopsi hilirisasi berbasis ekstraktivisme. Hilirisasi di sana dimulai pada 2015 yang membuat PDRB melonjak dari 12% pada 2014 menjadi 30% pada 2015. Pengalaman serupa terjadi di Konawe, Sulawesi Tenggara, dan Halmahera Tengah, Maluku Utara. Angka kemiskinan di Konawe tidak banyak berubah, dari 13,5% pada 2018 menjadi 13,0% pada 2023.
Padahal rerata pertumbuhan ekonomi Konawe sepanjang 2018-2022 mencapai 9,4% per tahun. “Pengalaman lebih buruk terjadi di Halmahera Selatan. Angka kemiskinan Halmahera Selatan meningkat dari 4,1% pada 2017 menjadi 5,7% pada 2023. Padahal hilirisasi nikel sejak 2017 telah mengubah wajah Halmahera Selatan yang pangsa sektor industri pengolahan melonjak drastis dari hanya 9% pada 2016 menjadi 48% pada 2022,” terang Yusuf.
Angka kemiskinan yang tinggi itu sebelumnya diamini Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dalam rapat kerja bersama Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Selasa (11/6), dia mengatakan tingkat kemiskinan belum bisa sepenuhnya ditekan lantaran di beberapa wilayah masih memiliki angka penduduk miskin yang cukup tinggi.
Kemiskinan tinggi itu utamanya terdapat di wilayah tengah dan timur Indonesia yang dibanjiri investasi untuk penghiliran SDA. (Z-6)
Terkini Lainnya
Apindo Sebut PHK di Industri TPT Belum Berakhir
Golkar Optimis Berkoalisi dengan Gerindra dalam Pilkada DKI
Pemerintah Tegaskan Fiskal Indonesia Aman
Pemerintah Pastikan akan Berpihak ke Industri TPT
Pemerintah akan Perbaiki Data dan Penyaluran Bansos
Airlangga Tolak Isu Defisit Anggaran Lampaui 3%
CLIK Komitmen Perkuat Investasi untuk Dorong Produktivitas
Pusat Data Nasional Kedua akan Dibangun di KEK Nongsa Batam
KEK Nongsa Ditargetkan Tarik Investasi Sebesar Rp40 Triliun
Edukasi tentang Pentingnya Investasi Emas terus Dilakukan
Pengelola KEK Nongsa Digital Park Apresiasi Layanan Responsif Bea Cukai
2 Investor Eropa, BASF dan Eramet Hengkang dari Proyek Nikel di Maluku
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Manajemen Haji dan Penguatan Kelembagaan
Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap