visitaaponce.com

Floating Points Rilis Single dan Video Problems

SAM Shepherd, musisi yang dikenal dengan nama panggung Floating Points, akhir pekan lalu, merilis single terbarunya berjudul Problems, yang sudah tersedia di seluruh platform streaming musik lewat label musik Ninja Tune.

Single terbaru Floating Points merupakan kelanjutan dari dua single sebelumnya yang dirilis tahun ini yaitu Vocoder dan Grammar, serta menjadi titik penting di kariernya yang semakin bersinar setelah perilisan Promises, album 2021 miliknya yang ditulis oleh Sam dan direkam bersama pemain saksofon legendaris Pharoah Sanders dan London Symphony Orchestra.

Berbeda dengan Promises, Problems mengambil pendekatan yang terbilang kontras dibanding single-single yang Floating Points rilis tahun ini dan menunjukkan sisi berbeda yang penuh gairah dan belum pernah didengar dari musisi yang disebut sang jenius oleh Whiteboard Journal tersebut.

Baca juga: Grammar, Single Terbaru Floating Points

Studio visual ternama, Hamill Industries, melanjutkan kolaborasi mereka dengan Floating Points di video klip Problems. Berangkat dari ide akan gerakan dan interaksi antar getaran listrik yang pertama digagas lewat visual lagu Vocoder dan Grammar, video klip Problems memuaskan semua mata yang melihatnya. 

Menggunakan teknik bernama Vector Rescanning, mereka mengubah format video ke bentuk suara dan mengubahnya menjadi gambar vektor secara real-time. 

Mereka merekam kedua penari di video tersebut, yaitu Hannah Ekholm dan Jal Joshua, dan mengubah gerakan mereka berdua menjadi bunyi-bunyian yang dapat mereka satukan dengan berbagai elemen di musik Floating Points. 

Dari suara yang dihasilkan, sebuah gambar akhir diproyeksikan ke system Vectrex custom, sebuah konsol video game dari tahun 1980-an yang memproyeksikan gambar-gambar vektor ke sebuah layar.

"Problems dibuat untuk mengusik semua ruang yang dapat ia capai," ucap Hamill Industries. "Kami ingin merayakannya lewat gerakan dan tarian dan membentuk ulang semuanya lewat suara, menggunakan teknik di mana kami dapat mensonifikasi gambar-gambar. Kami menggunakan laser yang dapat berputar dan bergerak dengan musik yang menunjukkan bentuk-bentuk mereka yang berbagai macam. Sangat penting bagi kami untuk menunjukkan perasaan elektrik yang kita rasakan saat kita berada di lantai dansa dan keinginan untuk berdansa yang hadir saat suara mencapai telinga kita." 

Dikenal dengan komposisi musik elektroniknya yang kompleks dan progresif, Floating Points menyajikan sebuah perpaduan sound yang brilian lewat berbagai genre termasuk house, techno, jazz, soul dan musik klasik yang akan membangkitkan gairah para penghuni lantai dansa. 

Album Promises berhasil duduk di posisi #1 berbagai list Best of 2021 beragam publikasi ternama seperti TIME Magazine (#1 Best Album of 2021), The New York Times (Jazz), The Guardian (Contemporary), Mojo, The Vinyl Factory, dan sebagainya. 

Single Grammar dan Vocoder dihujani pujian dari banyak publikasi ternama dunia termasuk Pitchfork yang mendaulatnya sebagai Best New Track. 

Sementara itu, Resident Advisor turut menyebut Sam sebagai "salah satu nama di musik elektronik yang tak terkalahkan." 

Di Indonesia, publikasi Whiteboard Journal mendeskripsikan Floating Points sebagai "sang jenius" yang "kembali dengan materi lantai dansa terbaiknya". 

Dengan setumpuk pengakuan global dan lebih dari 100 juta stream dari berbagai platform streaming musik, nama Floating Points telah masuk ke jajaran Pitchfork Best New Music dan Resident Advisors Album of the Year yang kemudian membawanya dari lantai dansa ke panggung festival-festival musik ternama dunia termasuk Laneway Festival Singapore, Wonderfruit (Thailand), Sónar Hong Kong Festival, dan Boiler Room Bali yang digelar bulan Juli lalu di Potato Head Beach Club Bali. (RO/OL-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat