visitaaponce.com

Obrog-Obrog dan Tarling Pantura Lair di Pestapora 2023

Obrog-Obrog dan Tarling Pantura Lair di Pestapora 2023
Pentas Lair di festival musik Pestapora 2023(MI/Fathurrozak)

SEBUAH gerobak dengan hiasan bendera-bendera dengan pengeras suara telah terparkir di tengah kerumunan orang. Sementara, ada dua orang mencangklong gitar dan bas yang terbuat dari genting berbentuk persegi. Di bagian belakang gerobak, ada seorang yang dandanannya seperti ninja yang menyisakan matanya berkacamata hitam.

Dua biduan dengan selendang merah, heboh mengajak penonton untuk merapat dan berjoget. Sesaat perkusi ditabuh, melodi gitar dipetik, spontan para penonton yang telah berkerumun ikut berjingkrak. Kiser Kenamaan, musik yang khas dengan aransemen ala tarling itu membuka pentas Lair di festival musik Pestapora 2023 di Gambir Expo Kemayoran, Jakarta Pusat.

Karyssa Matindas bersama Monica Hapsari memegang kendali mikrofon sembari membuka ruang untuk penonton yang telah melingkar joged asyik.

Baca juga: Perjalanan Grrrl Gang Menemukan Harapan di Album Spunky!

Musik Lair memang terdengar cair. Dengan segera bisa membuat pendengarnya berdendang, tanpa harus tahu lirik lagu mereka. Band asal Jatiwangi art Factory (JaF) Majalengka, Jawa Barat ini memang mengusung musik ala tarling pantura sebagai salah satu suguhan alternatif musik populer.

“Sebenarnya terbentuknya bermula dari ketika kami nonton salah satu konser pemain tarling klasik. Dari situ, kami terinspirasi, sepertinya bermain musik tarling oke juga buat dibawakan. Tapi kan kami enggak bisa pure bawakan musik tarling. Cuma karena kami hafal melodinya seperti apa, ya jadilah kami bikin band Lair pada 2018,” kata Tedi Nurmanto, gitaris Lair kepada Media Indonesia saat dijumpai seusai manggung di panggung Alternative Stage di Pestapora 2023, Gambir Expo Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat, (22/9).

Baca juga: Beeswax Lakukan Comeback dengan Single Chew It All

Genting, jadi pilihan bunyi dan visual. Selain itu, toa yang tersemat di gerobak mereka juga menambah utuh konsep yang mereka bawakan. Konsep tersebut diadaptasi dari musik ala obrog-obrog, tradisi orang membangunkan sahur saat puasa.

“Kenapa alat kami dari tanah liat, karena kami berasal dari Jatiwangi. Dan semuanya ngobrolin soal tanah,” ungkap basis Lair Anzar Agung Fauzan.

Wujud Keresahan

Vokalis Karyssa Martindas menambahkan, tema-tema dalam lagu yang diciptakan bersumber dari apa yang mereka saksikan dalam keseharian. Misalnya lagu Nalar tercipta dari keresahan polusi visual saat masa pemilihan Presiden pada 2018. Ditambah, ketika itu teman mereka mencalonkan kepala desa dan kalah, itu pun jadi sumber inspirasi lirik. Atau, seorang penjaga tungku pembakaran genting di pabrik yang jago mengatur suhu, juga mereka jadikan lagu.

“Kami melihat musik pantura juga sebagai bagian dari budaya populer. Jadi ya terima juga dong sebagai musik populer, kan sama. Beruntungnya kami bisa bermain di festival musik ‘pop culture’ seperti ini dan bisa diterima musiknya,” kata Tedi.

“Kami sebenarnya tidak menyangka musik Lair, yang notabene dekat dengan tarling bisa juga diterima dan dinikmati oleh kuping sekarang,” tambah Karyssa.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat