Studi Long Covid-19 Lebih Banyak Dialami Laki-laki
![Studi : Long Covid-19 Lebih Banyak Dialami Laki-laki](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2021/06/53ca710e874e9c6156001c55a61451d1.jpg)
HASIL penelitian dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyebutkan setelah empat pekan sejak mulai merasakan gejala covid-19 sampai dinyatakan negatif, masih timbul gejala sisa yang disebut long covid. Pasien perlu mewaspadai hal ini, meski gejala long covid bisa diatasi secara medis.
Dari studi itu, diketahui sebanyak 53,7% pasien merasakan gejala Long Covid selama satu bulan, 43,6% selama 1-6 bulan, dan 2,7% lebih dari 6 bulan.
"Secara demografi, pasien laki-laki juga lebih besar peluangnya terkena efek long covid. Salah satu alasannya adalah karena gaya hidup merokok yang dilakukan," ungkap Yahya SpP, Kombespol & dokter spesialis paru Kabag Pembinaan Fungsi RS Bhayangkara R Said Sukanto, dilansir dari laman Satgas Penanganan Covid-19.
Faktor lain, sambungnya, juga karena pasien covid-19 yang bergejala berat atau mungkin yang berhasil sembuh setelah dibantu ventilator memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menderita long covid ini.
Menurutnya, gejala long covid dimulai dari pelemahan fisik secara umum, sesak napas, nyeri sendi, nyeri otot, batuk, diare, kehilangan penciuman, dan pengecapan. Yahya menekankan salah satu faktor penting dari gejala long covid dipicu juga oleh kondisi psikologis pasien.
“Memang ada kelemahan seseorang gampang cemas, gampang depresi, ini juga faktor yang membuat seseorang long covid,” terangnya.
Pada saat perawatan maupun saat isolasi mandiri, apabila pasien merasakan gejala-gejala long covid setelah dinyatakan sembuh, imbuhnya, diharapkan pasien terus berkonsultasi kepada dokter.
Prof Dr drh I Gusti Ngurah Kade Mahardika, ahli Virologi dari Universitas Udayana ikut menjelaskan lebih lanjut, mengapa long covid-19 terjadi.
“Semua jaringan tubuh manusia bisa terinfeksi virus COVID-19 ini. Jadi Long Covid ini membuat pasien berisiko kerusakan jaringan tubuh dalam jangka panjang hingga menyebabkan gangguan respon imun dan gangguan saraf. Karena itu mohon jangan lagi menganggap remeh penyakit covid-19 ini,” pesannya. (H-2)
Terkini Lainnya
Ini Gejala Stroke di Usia Muda dan Cara Pencegahannya
Kenali Jenis Batuk, Waspada Jika Kerap Terjadi pada Malam Hari
Mumpung belum Telat, Penyakit Jantung Koroner Bisa Dicegah sejak Usia 35-40 Tahun
Rokok dan Kanker Paru
Perokok Tiga Kali Lebih Tinggi Terancam Masalah Kesehatan Ketimbang Orang yang tidak Merokok
Konsumen Beralih ke Rokok yang Lebih Murah, Instrumen Cukai belum Berhasil
Polusi Udara Bisa Picu Depresi dan Rusak Kesehatan Mental
Ini Dampak Judi Online terhadap Kesehatan Mental
Komunikasi Bisa Cegah Lansia Alami Depresi
Diduga Depresi, Bule Asal Amerika Sayat Lehernya dengan Pisau
5 Fakta Terkait Pembunuhan Balita oleh Ayah Kandung di Serang
Ini Bahaya Terlalu Sering Mendengarkan Lagu Galau Bagi Kesehatan Mental
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap