visitaaponce.com

Pariwisata Holistik Menyejahterakan Warga

Pariwisata Holistik Menyejahterakan Warga
Kegiatan secara online ini juga dihadiri Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan, Menparkref Sandiaga Uno, dan Uskup Ruteng Mgr Sipri Hormat.(dok.pribadi)

KEUSKUPAN Ruteng, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Pemerintah Daerah Manggarai Barat, meneken nota kesepahaman (MoU) terkait pengembangan pariwisata.

Tujuan nota kesepahaman itu untuk mengembangkan pariwisata yang holistik dan optimal, bertumpu pada keunikan kultur lokal, menyejahterakan, berkeadilan, berkelanjutan (ekologis) dan bermartabat.

Nota kesepahaman itu diteken pada Senin (6/9). Masing-masing pihak diwakili oleh Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Ruteng Romo Alfons Segar, Sekretaris Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ni Wayan Giri Adnyani, dan Bupati Editasius Endi.

Kegiatan secara online ini juga dihadiri Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan, Menparkref Sandiaga Uno, dan Uskup Ruteng Mgr Sipri Hormat.

Dalam siaran pers yang diteken Sekjen Keuskupan Ruteng Manfred Habur disebutkan bahwa yang menjadi dasar utama penandatangan nota kesepahaman para pihak ini adalah simpul sama yang mempersatukan pemerintah dan gereja. Yakni dalam kekhasan peran masing-masing, kedua-duanya mengurus manusia yang sama dan memiliki tujuan yang sama untuk mewujudkan kesejahteraan umum, kebahagiaan serta keadilan sosial bagi seluruh masyarakat.

“Pariwisata terarah tidak hanya pada pengembangan ekonomi saja tetapi pengembangan diri manusia seutuhnya dan seluruhnya. Pariwisata mesti berciri ho1istik. Pembangunan pariwisata mengabdi dan meneguhkan martabat kemanusiaan,”katanya.

Karena itu, menurut Manfred, semua pihak bersepakat dan berkomitmen agar dalam derap pariwisata tidak hanya kemajuan ekonomi yang menjadi fokus perhatian tetapi juga penguatan sosial, kultur lokal, dan etis-spiritual masyarakat setempat.

“Di sinilah gereja dapat memberikan sumbangsih yang fundamental dalam mewarnai dan meresapi seluruh proses pembangunan pariwisata holistik dengan nilai-nilai etis universal yakni: harkat dan martabat kemanusiaan (HAM), kesejahteraan umum {bonum commune}, solidaritas (mengutamakan yang miskin, sengsara dan terpinggirkan), subsidiaritas (kemandirian dan partisipasi masyarakat lokal yang unik) dan ekologis (keutuhan ciptaan/keberlanjutan alam lingkungan),” tegas Manfred.

Selain itu, kata dia, gereja dan pemerintah juga memandang pentingnya pariwisata yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat lokal dan mendorong aktualisasi potensi-potensi khas sosial ekonominya. Oleh karena itu masyarakat setempat perlu diberdayakan dan bersama semua stake holder terlibat aktif dalam seluruh proses pariwisata.

Uskup Sipri Hormat dalam sambutannya menggarisbawahi pentingnya pengembangan pariwisata yang bertumpu pada kekayaan kearifan lokal, meneguhkan keunikan budaya dan tradisi lokal, memperhatikan dan mengakomodasi karakteristik khas dan aspirasi penduduk setempat.

Gereja Keuskupan Ruteng juga berkomitmen terhadap dimensi ekologis dari pariwisata. Sebab keutuhan ciptaan dan keberlanjutan lingkungan merupakan prasayarat dasar pariwisata sekaligus mutlak untuk menjamin kehidupan manusia dan eksistensi bumi, yang merupakan “rumah kita bersama”.

Ruang lingkup kerja sama meliputi pertukaran data dan informasi; penjalinan hubungan komunikasi, koordinasi, dan kajian holistik (perencanaan, pelaksanaan dan monitoring}; pengembangan, sosialisasi dan penguatan etis kultural spiritual masyarakat dalam pengembangan pariwisata yang holistik, bertumpu pada keunikan lokal, menyejahterakan, berkeadilan berkelanjutan dan bermartabat; dan kerja sama atau kegiatan lainnya sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing pihak. (OL-13)

Baca Juga: KPI Minta TV Jangan Glorifikasi dan Amplikasi terkait Bebasnya Saipul Jamil

 


Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat