visitaaponce.com

Tungku Buatan Unsoed dan BRIN Pangkas 50 Kayu Bakar

Tungku Buatan Unsoed dan BRIN Pangkas 50% Kayu Bakar
Peneliti Unsoed Karseno (batik kuning) dan hasil karyanya tungku untuk pembuatan nira.(dok.Unsoed)

UNIVERSITAS Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menciptakan tungku hemat energi untuk petani gula kelapa di Banyumas. Tungkunya mampu menghemat kayu bakar atau serbuk gergajian kayu hingga 50%. Selain itu, waktu pemasakan nira menjadi gula kelapa bisa lebih cepat satu jam.

Peneliti Unsoed Karseno mengatakan bahwa sebagain besar tungku yang digunakan oleh petani penderes masih boros kayu bakar atau serbuk gergajian kayu. "Hal ini disebabkan karena desain tungku yang kurang tepat. Sehingga banyak api yang keluar dari tungku pada saat proses pemasakan. Selain boros bahan bakar kayu, pemasakan nira menjadi gula kelapa membutuhkan waktu 4-5 jam," jelas Karseno pada Selasa (16/11).

Dijelaskan oleh Karseno, melalui program diseminasi teknologi kepada masyarakat, maka Unsoed bersama BRIN melakukan transfer teknologi dengan mengembangkan tungku hemat energi. "Ada dua kelompok sasaran yang kami dampingi yakni KUB Mandiri di Desa Gandatapa, Kecamatan Sumbang dan Kelompok Tani Kasturi Raya di Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok," katanya.

Dia mengatakan inovasi tungku hemat energi terletak pada bentuk dan lubang tempat masuk bahan dan material yang digunakan. "Dimensi tungku adalah 122 x 82 x 25 cm. Lubang tempat masuknya kayu bakar tidak berada di depan, namun ada di bagian atas sehingga memungkinkan kayu bakar turun dengan sendirinya. Tungku ini dilengkapi cerobong tempat membuang asap yang diletakkan ke arah luar ruangan, sehingga asap tidak berada dalam ruang produksi," ujar Karseno.

Material untuk membuat tungku dapat berasal dari tanah liat, campuran semen, pasir dan batu bata, dan ada juga yang dilengkapi dengan keramik di bagian permukaan atau lantainya.

Dia menambahkan, untuk tungku yang diintroduksikan menggunakan material abu sebagai pengganti pasir. Pemakaian abu memberikan daya tahan tungku lebih lama. "Kalau tungku yang selama ini dibuat dengan menggunakan campuran pasir, umumnya setelah pemakaian tiga tahun sudah mulai ada yang retak. Sementara tungku ini dapat tahan minimal lima tahun masih dalam kondisi baik. Untuk memperkokoh struktur tungku, pada bagian luar dilapisi dengan keramik," katanya.

Salah seorang petani anggota KUB Mandiri, Kirwan, mengatakan penggunaan tungku yang baru mampu menghemat kayu bakar dan proses pemasakan lebih cepat. "Sebelumnya, kalau kami memasak nira menjadi gula kelapa memerlukan kayu bakar atau serbuk gergajian kayu sebanyak satu kantong. Waktu masaknya selama 5 jam. Namun, kini saya hanya membutuhkan setengah kantong bahan bakar kayu atau serbuk gergajian kayu. Waktu untuk pemasakan juga terpangkas satu jam dari 5 jam, saat sekarang hanya 4 jam saja," ungkap Kirwan.

Para petani yang menggunakan tungku hemat energi mengaku puas dengan introduksi teknologi tersebut. (OL-13)

Baca Juga: ISHD Gelar Silaturahmi Pecinta Motor Klasik  

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat