BIG Luncurkan Gazeter, Akta Lahir Rupabumi Indonesia
![BIG Luncurkan Gazeter, Akta Lahir Rupabumi Indonesia](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2021/12/771711e65e05c1bbf31c3c6a2167bab7.jpg)
BADAN Informasi Geospasial (BIG) menerbitkan Gazeter Republik Indonesia, berisi daftar nama-nama rupabumi yang telah dibakukan.
Kepala BIG Muh Aris Marfai mengakui istilah Gazeter belum familiar di masyarakat. Padahal fungsinya sangat vital dalam proses pembangunan nasional.
“Memang tidak semua paham Gazeter, terutama masyarakat umum. Gazeter itu adalah direktori nama geografis atau nama rupabumi, dimana kita perlu menetapkan nama-nama itu agar memberikan kemudahan dalam pembangunan dan berbagai keperluan lainnya,” kata Aris dalam Talkshow MNC Trijaya, “Gazeter Republik Indonesia sebagai Referensi Dokumen Pemerintahan” di Jakarta, Senin (13/12).
Menurut Aris, data yang dihimpun dalam Gazeter merupakan hasil kolaborasi dari kementerian, lembaga, stakeholder, akademisi, para pakar, dan pemerintahan daerah. Di dalamnya mencakup nama lokasi, nama bangunan, nama jalan, infrastruktur, dan sebagainya.
“Intinya adalah nama-nama yang muncul ketika peta rupabumi kita buat. Sehingga kita lihat memang bukunya tebal-tebal karena ada sekian puluh ribu, bahkan juta penamaan disitu. Jadi kita tidak perlu bingung lagi, ini menjadi semacam kamus,” jelasnya.
“Misalnya nama Rawa Buaya, Rawa Bokor, Kebun Sirih, Kebun Jeruk, nama-nama itu merefleksikan sesuatu, baik proses, kejadian maupun pengetahuan lain yang dihimpun menjadi satu dalam Gazeter,” sambung Aris.
Penamaan rupabumi, kata Aris, sudah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, tapi belum berupa direktori khusus. “Nah sekarang, Gazeter sudah bisa diakses melalui www.sinar.big.go.id,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar BIG M. Arief Syafi'i menambahkan, Gazeter sangat penting, karena rupabumi yang tak dinamai hanya akan menjadi peta buta.
"Nama yang sudah masuk di Gazeter itu sudah resmi dan dimasukkan ke peta. Kalau tanpa nama jadi peta buta, sehingga kita tidak bisa mengidentifikasi ini wilayah apa, gedung apa, dan segala macam," katanya.
“Jadi Gazeter ini sama dengan akta lahir kita, intinya untuk mengidentifikasi nama dari sebuah wilayah atau tempat,” imbuhnya.
Pengidentifikasian nama inilah, yang kemudian menjadi referensi dokumen pemerintahan, termasuk di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Direktur Toponimi dan Batas Daerah Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri Sugiarto mengatakan, informasi dalam Gazeter menjadi acuan kementerian dalam penamaan dan penetapan batas wilayah.
“Ketika kita mau tetapkan wilayah administrasi darat maupun laut, kami mengacu pada data-data Gazeter. Termasuk ketika kami akan menetapkan wilayah provinsi sampai desa/kelurahan,” ucapnya.
Sejarawan JJ Rizal mengapresiasi ikhtiar BIG menerbitkan Gazeter Republik Indonesia. Sebagai orang yang menggeluti ilmu sejarah, JJ sangat terbantu dengan pengarsipan nama tempat yang dilakukan BIG dalam bentuk Gazeter.
“Kita berbahagia ya, sekarang sudah ada BIG. Artinya benar-benar konsen memperhatikan rupabumi sebagai alat untuk mendeteksi wilayah kita,” kata JJ Rizal.
Penamaan rupabumi, lanjut JJ, merupakan informasi yang sangat penting untuk memulihkan kesalahan di masa lalu.
“Beberapa kali kita ramai tentang perbatasan, seperti Natuna dan Sipadan Ligitan. Dulu, anehnya disebut pulau terluar, padahal harusnya pulau terdepan karena itu halaman muka kita. Karena dia disebut pulau terluar, jadi gampang keluar karena dianggap bukan bagian dari kita,” ucap JJ.
Sementara itu, Asisten Pengamanan Kerjasama dan Perbatasan (Aspamkersamtas) Danpushidrosal, Kolonel Laut Yanuar Handwiono menambahkan, data di Gazeter juga merupakan salah satu cara untuk menjaga kedaulatan.
"Gazeter ini adalah suatu media penting, tidak hanya dari aspek inventaris nama pulau tapi juga aspek kedaulatan dan keamanan," tegas Yanuar.
Pushidrosal dengan BIG dan kementerian lain bekerja sama dalam mengelola nama unsur rupabumi di wilayah laut, yang kemudian menjadi bahan laporan ke International Hydrographic Organization (IHO).
Secara praktis nama tersebut menjadi acuan dunia internasional, salah satunya untuk keperluan navigasi. "Ada beberapa unsur rupabumi wilayah laut yang belum terakomodir dalam Gazeter 2021. Ini yang menjadi tantangan bagi tim Gazeter RI untuk melengkapinya," ujar Yanuar. (RO/E-1)
Terkini Lainnya
Publik Khawatirkan Dugaan Kebocoran Data BAIS oleh Hacker
Aplikasi IndSight Hadirkan Solusi Berbasis AI bagi Praktisi PR
Confluent Pimpin Teknologi Streaming Data dalam Dua Laporan IDC MarketScape
Data Center Dorong Pembentukan Lanskap Bisnis dan Kemajuan Teknologi
Dukung Pertumbuhan Ekonomi Digital dengan Perluas Platform Jaringan Pusat Data di Indonesia
Pengamat Bisnis IT: Data Science Dibutuhkan Semua Aspek
BNPB Luncurkan Peta Digital Siaga Bencana
Perguruan Tinggi Diharapkan Punya Peta Rawan Korupsi
Alasan Sopir Bajaj Masuk Tol Jakarta-Tangerang: Tersasar Google Maps
Ingin Alamat Anda Muncul di Google Maps? Ini Caranya
Mengenal Peta Terra Infinita yang Meyakini Bumi Datar, Mitos atau Fakta?
Tibet Kecam Peta Baru Tiongkok
Lingkungan Perempuan Pancasila
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap