visitaaponce.com

Tol Langit untuk Pemerataan Internet di Tanah Air

Tol Langit untuk Pemerataan Internet di Tanah Air
(DOK)

DI zaman yang serba digital, internet merupakan kebutuhan yang mutlak. Namun, keterbatasan dan kesenjangan akses internet masih didalami di Indonesia. Untuk mengatasi itu, pemerintah membangun infrastruktur tol langit.

Tol langit menggambarkan sambungan jaringan internet yang bebas hambatan untuk pemerataan internet di Indonesia, didukung oleh jaringan tulang punggung (backbone) nasional atau Palapa Ring. Saat ini, jaringan backbone serat optik Palapa Ring sudah terbangun sepanjang 12.229 kilometer yang menghubungkan 57 kabupaten di Indonesia.

Jaringan Palapa Ring terbagi dalam tiga wilayah. Pertama adalah Palapa Ring Barat, meliputi wilayah Riau dan Kepulauan Riau sampai Natuna. Kedua Palapa Ring Tengah, mencakup wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara. Terakhir ialah Palapa Ring Timur yang menjangkau wilayah NTT, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Baca Juga: Perkuat Pengembangan Smart City, Menkominfo Ajak Kepala Daerah Aktif Kembangkan Digital Leadership 

Proyek Strategis Nasional Palapa Ring yang dibarengi pembangunan base transceiver station (BTS) 4G di wilayah 3T diharapkan dapat mewujudkan kemerdekaan internet di Indonesia.

Palapa Ring dimonitor dari sebuah ruang kendali atau control room. Yang dimonitor antara lain CCTV dan backbone utama yang terbagi dari dua teknologi yakni optical dan radio.

Manager NOC Palapa Timur Telematika Pramudya Datu W menuturkan, pihaknya memonitor 35 kota SLA (service level agreement) dengan 16 kota interkoneksi. “Kita memonitoring empat provinsi, dari NTT, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Dari Waingapu sampai ke Merauke, Jayapura, dan Sorong,” ujar Pramudya dalam program 15 Minutes yang tayang di Metro TV, Rabu (15/12).

Kadiv Infrastruktur Backbone BAKTI Kominfo Harris Sangidun menjelaskan, Palapa Ring didesain untuk melengkapi jaringan tulang punggung serat optik yang dibangun oleh industri. Daerah yang tidak komersil dibangun oleh pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI).

Baca Juga: Wujudkan Layanan Publik Andal, Kemenkominfo Konsolidasikan Aplikasi dan Integrasi Data 

“Sekarang yang sudah beroperasi di paket barat, tengah, dan timur telah memenuhi marwahnya dengan melengkapi daerah-daerah yang belum ada infrastuktur jaringan tulang punggung serat optik,” katanya.

Di sisi lain, data terbaru Bappenas menyebut bahwa utilisasi bandwidth Palapa Ring di bawah 50%. Harris mengatakan bahwa tidak mudah memberikan layanan kepada masyarakat yang ada di 3T.

“Daerah-daerah yang kami bangun memang non-komersil, tapi dengan adanya Palapa Ring, contohnya di Palapa Ring Barat sudah ada tujuh perusahaan telekomunikasi yang mau berinvestasi di daerah-daerah Palapa Ring Barat,” ujarnya.

Di Palapa Ring Tengah sendiri telah ada 14 perusahaan telekomunikasi yang membuka layanan telekomunikasi dan 7 perusahaan di Palapa Ring Timur. “Jadi ketika berbicara utilisasi itu akan terus naik seiring dengan penggunaan yang terus meningkat,” kata Harris.

Ke depan sebagai lanjutan dari program Palapa Ring, BAKTI akan membangun jaringan Palapa Ring integrasi. Ini untuk memenuhi kebutuhan internet cepat ataupun telekomunikasi dengan kualitas bagus di Indonesia.

“Yaitu dengan cara kami ingin menghubungkan antara Palapa Ring Barat sampai Timur menjadi satu dan menciptakan satu jaringan netral yang bisa digunakan oleh seluruh penyelenggara telekomunikasi dan internet di Indonesia. Silakan pakai. Kami BLU BAKTI tidak berorientasi pada profit, tapi lebih kepada layanan masyarakat,” jelas Harris.

Setelah terwujud, masyarakat di wilayah 3T diharapkan mempunyai banyak pilihan terhadap layanan internet dan telekomunikasi karena ada persaingan harga dan kualitas. BAKTI pun berharap penyelenggara telekomunikasi dan internet ikut mendukung apa yang dilakukan pemerintah untuk kemajuan masyarakat.

Dengan adanya internet yang murah dan cepat hingga ke pelosok, harapannya perekonomian di daerah dapat semakin berkembang dengan digitalisasi. Digitalisasi ekonomi misalnya sudah dirasakan salah satu pegiat UMKM di Kupang, NTT, Esther Abolla Henuk.

Dia telah menjalankan bisnis bernama Kampung Tenun Alor dari tahun 2014. Meskipun telah memilki toko fisik yang bisa dikunjungi, Esther juga memanfaatkan berbagai jenis platform e-commerce dalam menjual produk tenunnya.

“Internet saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan dulu ketika saya memulai usaha. Sekarang saya sudah bisa memasarkan produk-produk saya lewat e-commerce,” ungkapnya.

Dia berharap ke depannya pemerintah terus memperhatikan pelaku-pelaku bisnis UMKM di daerah dengan meningkatkan fasilitas atau infrastruktur internet agar terdigitalisasi dan berdaya saing. (Ifa/S2-25)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat