visitaaponce.com

Kemenkes Sunat Perempuan Berikan Dampak Buruk Bagi Kesehatan dan Psikologis

Kemenkes : Sunat Perempuan Berikan Dampak Buruk Bagi Kesehatan dan Psikologis
Sejumlah anak perempuan menunggangi kuda saat mengikuti tradisi kirab "Manten Sunat" di Desa Tegowanu Kulon, Grobogan, Jawa Tengah.(Antara)

KEMENTERIAN Kesehatan menegaskan bahwa sunat atau praktik pemotongan dan pelukaan genitalia perempuan (P2GP) pada perempuan tidak memiliki manfaat apapun. Untuk itu, praktik tersebut harus segera dihentikan.

"Kementerian kesehatan tidak merekomendasikan perempuan untuk disunat. Karena kalau di bidang kesehatan itu harus berbasis pada indikasi medis dan memberikan manfaat. Tapi kita tahu, bahwa sunat perempuan tidak ada manfaatnya dan dilarang oleh agama," kata Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan, Senin (20/12).

Berdasarkan data Riset Dasar Kesehatan Nasional (Riskesdas) 2013, sebanyak 51,2% perempuan di Indonesia pernah disunat. Adapun, wilayah-wilayah tertinggi yang melakukan praktik sunat perempuan diantaranya Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Tengah dan Jambi.

Berdasarkan data tersebut, diketahui juga bahwa sebanyak 72,4% sunat perempuan dilakukan saat mereka masih berusia 1-5 bulan. Adapun, 81,3% praktik tersebut dilakukan atas permintaan dari orang tua.

Erna melanjutkan, sunat perempuan akan memberikan banyak negatif. Dalam jangka pendek efek yang timbul ialah nyeri yang berlebihan pada organ vital, terjadi shock, pembengkakan dan pendarahan.

"Selain itu dalam jangka panjang bisa terjadi infeksi saluran kencing. Kalau tidak ditangani dengan baik sifatnya bisa jadi kronis dan memberikan dampak yang signifikan," beber Erna.

Selain menimbulkan berbagai dampak negatif pada kesehatan organ vital, Erna menyebut bahwa perempuan yang dipotong genital luarnya tidak bisa mendapatkan kenikmatan saat berhubungan seksual.

"Jadi kita semua sudah tahu bahwa ini gak ada manfaatnya, bahkan merugikan perempuan, baik dari sisi kesehatan maupun psikologis," ucap dia. (H-2)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat