visitaaponce.com

Lapar bukan Alasan untuk Berhenti Belajar

Lapar bukan Alasan untuk Berhenti Belajar
Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Gracia Billy Yosaphat Y Mambrasar.(MI/Sumaryanto Bronto)

GRACIA Billy Yosaphat Y Mambrasar, atau kerap disapa Billy Mambrasar, 33, merupakan anak Papua pertama yang mampu menempuh pendidikan di Harvard University, Amerika Serikat, salah satu kampus terbaik dunia.

Sederetan nama presiden Amerika merupakan lulusan dari universitas bergengsi ini, seperti Barack Obama, John F Kennedy, FD Roosevelt, dan George Bush.

Billy dengan kegigihannya menempuh pendidikan mampu bersanding dengan namanama presiden Amerika sebagai orang yang pernah menempuh pendidikan di Harvard. Selain Harvard, Billy juga juga berhasil menempuh pendidikan di The Australian National University (ANU) dan Oxford University.

“Kita boleh lapar, tetapi tidak boleh berhenti belajar,” ucap pemuda yang kini menjadi Staf Khusus Presiden Joko Widodo itu dalam acara Diksi yang ditayangkan di kanal Youtube Media Indonesia, Selasa (15/3).

Prinsip itu ditanamkan oleh orangtuanya dan masih konsisten dipegang Billy. Baginya, pendidikan ialah jembatan yang mampu menyeberangkannya dari masa lalu yang gelap dan penuh kekurangan menuju masa depan yang terang dan penuh harapan.

Orangtua saya sangat mengerti dan memahami bahwa pendidikan ialah jembatan yang menjembatani masa lalu yang kekurangan menuju masa depan yang penuh harapan, terutama ayah saya. Dia selalu mengingatkan pendidikan dan pendidikan,” tutur Billy.

One way ticket

Datang dari keluarga yang miskin dari Pulau Yapen, Papua, bagaimana cara Billy menuntaskan pendidikan hingga ke negeri asing?

Billy bersama ayahnya bekerja keras mengumpulkan uang dari pintu ke pintu demi bisa memasuki kampus pertamanya di Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun, uang hasil sumbangan dari para tetangganya itu hanya cukup untuk biaya perjalanan menuju Bandung.

“Uang yang terkumpul itu, waktu itu Bapak bilang, ini hanya untuk satu jalan. One way ticket. Jadi tidak ada uang kembali. Cari sendiri nanti. Kalau gagal, kau tinggal saja di situ bertahan,” tutur sarjana Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB itu.

Omongan sang bapak tidak menyurutkan langkahnya. Billy tidak gentar dan berjuang sendiri menghidupi dirinya selama di Bandung. Dengan pengalamannya membantu sang ibu berjualan kue sejak SMP, Billy berusaha survive.

oleh ibu. Insting itu yang memberi saya 1.001 ide untuk bisa bertahan selama di Bandung. Melakukan berbagai macam pekerjaan untuk menyokong finansial saya. Saya berjualan kue sambil terus menjalankan karier akademis saya di kampus. Saya juga bernyanyi, ngamen, nyanyi di kafe, nyanyi di pernikahan,” ungkap Billy.

Selesai di ITB, Billy mendapatkan gelar Master dalam Bidang Administrasi Bisnis dari ANU dan lulus dengan dinobatkan sebagai Student of the Year pada 2015.

Ia melanjutkan studi di Said Business School, Universitas Oxford. Dengan beasiswa LPDP dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia, si anak Papua melangkahkan kakinya ke Harvard University.

Kini di usianya yang masih sangat muda, Billy telah meraih banyak pencapaian. Ia merupakan wirausahawan sosial di bawah Yayasan Kitong Bisa bentukannya. Yayasan ini memberi perhatian penuh pada pendidikan untuk anak kurang mampu di Papua. Selain menjadi Staf Khusus Presiden, ia kini juga menjadi Duta SDG’s periode 2021-2024. (H-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat