visitaaponce.com

Perlu Komitmen Bersama Untuk Gerakan Selamatkan Tanah

Perlu Komitmen Bersama Untuk Gerakan Selamatkan Tanah
Sadhguru bersama motornya yang akan dikendarai sejauh 30 ribu KM dalam kampanye gerakan selamatkan tanah(Dok. Pribadi)

KONFERENSI Tingkat Tinggi (KTT) COP15 Perserikatan Bangsa-Bangsa Untuk Melawan Desertifikasi (UNCCD) di Abidjan, Pantai Gading, 9-20 Mei menjadi kesempatan kunci untuk melipatgandakan upaya kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk membalikkan degradasi lahan pertanian di seluruh dunia, dan dengan demikian membawa umat manusia kembali dari ambang kepunahan Tanah.

Aktivis lingkungan, Sadhguru dalam pidatonya di KTT tersebut mengatakan, untuk menyelamatkan tanah dalam skala besar, perlu membentuk gerakan Rakyat yang mengakar. Terlepas dari sifat kompleks masalah ekologi yang saat ini dihadapi, gerakan Rakyat yang sukses hanya dapat tercipta jika dapat menyaring tindakan perbaikan menjadi satu fokus dengan satu tujuan yang diartikulasikan secara ringkas dan sederhana. 

"Sejarah upaya ekologis kita menunjukkan sangat sedikit keberhasilan yang nyata,sebagian besar karena kita gagal mengubah argumen ilmiah yang kompleks menjadi tindakan sederhana yang mudah dipahami. Protokol Montreal tahun 1987 sering dipuji sebagai satu-satunya perjanjian internasional yang paling sukses hingga saat ini, dan itu terjadi karena ada fokus tunggal untuk melakukan hanya satu hal, yaitumenghentikan penipisan lapisan ozon," kata Sadhguru yang kini sedang mengemban misi mengendarai sepeda motor sendirian selama 100 hari sejauh 30.000 km untuk kampanye #JourneyForSoil

Sadhguru menambahkan, ada banyak nuansa ilmiah tentang bagaimana menangani masalah degradasi lahan di berbagai jenis kondisi tanah, di berbagai zona agroklimat, dan dalam konteks tradisi budaya dan ekonomi yang berbeda. Namun demikian, dimungkinkan untuk menyaring satu tujuan menyeluruh, yaitu untuk memastikan bahwa ada kandungan organik minimal 3-6% di Tanah pertanian. 

"Ini akan membuat Tanah kita hidup subur, dan berkembang secara berkelanjutan di semua lahan pertanian," tegasnya. 

Tujuan menyeluruh untuk memastikan minimal 3-6% kandungan organik di tanah pertanian ini pada gilirannya dapat dicapai dengan tiga-rangkaian strategi yang pragmatis. Pertama, perlu membuat petani bertekad untuk mencapai ambang batas minimum 3-6% kandungan organik dengan memberikan insentif menarik untuk mencapai ambang batas tersebut. 

"Insentif semacam itu akan menciptakan perlombaan aspirasional di antara para petani. Perlu dicatat bahwa harus ada program implementasi bertahap selama beberapa tahun dengan fase pertama adalah memberikan inspirasi, diikuti oleh fase kedua memberikan insentif, dan akhirnya fase ketiga dengan beberapa disinsentif yang tepat," kata Sadhguru.

Kedua,  perlu memfasilitasi insentif kredit karbon bagi petani. Proses saat ini bagi petani untuk mendapatkan manfaat kredit karbon terlalu rumit, karena itu perlu penyederhanaan yang signifikan.

Baca juga : Menko PMK: Secara De Facto, Indonesia Sudah Menuju Endemi

Ketiga, perlu menciptakan tanda kualitas unggul untuk makanan yang dihasilkan dari Tanah yang memiliki target tingkat kandungan organik 3-6%. Bersamaan dengan itu, juga harus dengan jelas menjabarkan berbagai manfaat kesehatan, gizi, dan kesehatan pencegahan dari mengkonsumsi makanan tersebut. 

Sebagai hasil dari inisiatif ini, orang-orang akan menjadi lebih sehat, lebih produktif, dan lebih tangguh. sehingga memperpanjang waktu produktif dan mengurangi tekanan pada sistem perawatan kesehatan kita. Sangat jelas bahwa adanya tanda makanan berkualitas tinggi semacam itu akan memiliki makna yang jauh lebih besar daripada sistem saat ini yang hanya mencoba membedakan antara apa yang disebut produk 'organik' dari produk 'non-organik'," ujar Sadhguru.

Sadhguru menegaskan, dengan membuat kebijakan Pemerintah yang tepat, dapat mencegah kepunahan tanah di masa depan. Untuk memfasilitasi tugas evolusi kebijakan Pemerintah yang cepat ini di seluruh dunia, Gerakan Selamatkan Tanah membuat buku pedoman rekomendasi untuk setiap negara dari 195 negara. 

“Yang paling penting adalah mengenali tanah sebagai makhluk hidup & menjaganya tetap hidup. Lebih dari 85% negara di planet ini masih memandang tanah sebagai benda mati. Pendekatan ini harus segera diubah jika kita ingin #SaveSoil. -Sg” #UNited4Land #UNCCDCOP15 #SaveSoilAtCOP15," tulis Sadhguru dalam laman media sosialnya.

Sekretaris Eksekutif UNCCD Ibrahim Thiaw berterima kasih kepada Sadhguru atas komitmennya untuk menyelamatkan tanah. Dia berbagi, 

“Masalah kita adalah bahwa 70% tanah dibajak dan 4,2% diaspal... Perbaikan nyata yang kita butuhkan adalah di lahan pertanian. Jaga agar tanah tetap hidup: #UNCCDCOP15 harus diakhiri dengan tindakan yang dapat diterapkan.” @SadhguruJV kami berterima kasih atas komitmen Anda.” #SaveSoil #LandLifeLegacy," tulisnya dalam balasan komentar Sadhguru di media sosial.

Sadhguru akan kembali ke Timur Tengah setelah sesi COP15 untuk melanjutkan perjalanannya yang dimulai pada 21 Maret dari London. Dia mencapai Timur Tengah pada Mei melalui Eropa dan Asia Tengah di mana Gerakan Selamatkan Tanah mengumpulkan niat baik dan dukungan yang luar biasa dari pemerintah dan warga negara. (RO/OL-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat