visitaaponce.com

Restorasi Ekosistem Jadi Kunci untuk Tingkatkan Cadangan Karbon

Restorasi Ekosistem Jadi Kunci untuk Tingkatkan Cadangan Karbon
Ilustrasi tutupan hijau di TNKS Jambi(ANTARA FOTO/Wahdi S)

INDONESIA mengupayakan strategi jangka panjang pembangunan berkelanjutan yang tertuang dalam dokumen Indonesia FoLU Net Sink 2030. Dalam dokumen tersebut, Indonesia menargetkan untuk mencapai puncak emisi bersih 1,2 M CO2e sesuai dengan Perjanjian Paris yang telah diratifikasi.

Menanggapi hal itu, Dosen IPB University dari Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Tatang Taryana mengungkapkan, untuk mencapai target peningkatan cadangan karbon, diperlukan upaya konservasi dan restorasi ekosistem. Hal itu dilakukan dengan mempertahankan areal-areal hutan dengan cadangan karbon tinggi agar tidak sampai terjadi kebocoran atau deforestasi lagi.

Menurutnya, ukuran kinerja aksi reduksi emisi FoLu seyogyanya tidak hanya memperhatikan target luas areal melainkan juga peningkatan cadangan karbonnya.

“Restorasi ekosistem perlu diarahkan dan dikelola dengan baik untuk meningkatkan cadangan karbon dan serapan emisi," kata Tatang dikutip dari laman resmi IPB University, Senin (11/7).

Ia membeberkan, kalkulasi emisi FoLU pada dasarnya sederhana yaitu diambil dari data penutup lahan dikalikan dengan cadangan karbon. Sedangkan kalkulasi cadangan karbon atau emisi bersih didapat dari emisi kotor dikurangi serapan emisi.

“Di sini tidak hanya perlu data luasan, tapi bagaimana target emisi bersih bisa dicapai,” imbuhnya.

Baca juga: B20 Indonesia Perkuat Peran Komunitas Masyarakat dalam Perdagangan Kredit Karbon

Ilustrasi sederhananya, lanjutnya, adalah luasan hutan deforestasi yang semakin berkurang direstorasi menjadi hutan sekunder. Harapannya ada peningkatan stok karbon.

“Walau luasannya tetap 400 hektar, tapi kalau kita bisa meningkatkan stok karbonnya maka di sini potensi serapan emisinya meningkat. Jadi jangan hanya melihat luasannya tetapi bagaimana kita mengupayakan adanya peningkatan cadangan karbon dan ada serapan emisi yang lebih baik,” tukasnya.

Menurutnya, pendugaan cadangan karbon juga dapat diperhitungkan dengan menghitung biomassa pada penyimpan atau pool karbon. Penyimpan karbon ini di antaranya biomassa atas permukaan, biomassa bawah permukaan, kayu mati, serasah dan karbon tanah. Proporsi terbesar hingga saat ini adalah hutan lahan kering, hutan mangrove atau gambut.

“Restorasi lahan-lahan ini ditentukan oleh mana yang menjadi prioritas dan sesuaikan dengan tujuan, perubahannya cepat, dinamikanya cepat. Misalnya lahan gambut tidak terlalu urgen untuk direstorasi karena dinamikanya cenderung lambat,” ungkapnya.

Menurutnya, peran konservasi dan restorasi membuktikan bahwa keragaman hayati berhubungan erat dengan cadangan karbon yang tinggi.

“Contoh areal rehabilitasi di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPWG) IPB University yang cadangan karbon semakin meningkat sejak adanya upaya rehabilitasi".(OL-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat