visitaaponce.com

Siapakah yang Tergolong Ahlussunnah wal Jamaah

Siapakah yang Tergolong Ahlussunnah wal Jamaah?
Ilustrasi.(Antara/Ujang Zaelani.)

ISTILAH ahlussunnah wal jamaah (aswaja) sering dikumandangkan banyak orang Islam. Namun masih ada yang belum paham atau salah paham tentang ahlussunnah wal jamaah

Dalam kitabnya Risalah Ahlussunnah wal Jamaah, KH Hasyim Asyari menerangkan sekilas tentang pemahaman tersebut. Ini dituliskan pada Pasal Menjelaskan Penduduk Jawa Berpegang kepada Madzhab Ahlusunnah wal Jama'ah dan Awal Kemunculan Bid'ah dan Meluasnya di Jawa serta Macam-macam Ahli Bid'ah di Zaman Ini.

"Umat Islam yang mendiami wilayah Jawa sejak zaman dahulu telah bersepakat dan menyatu dalam pandangan keagamaannya. Di bidang fikih, mereka berpegang kepada mazhab Imam Syafi'i, di bidang ushuluddin berpegang kepada mazhab Abu al-Hasan al-Asy'ari, dan di bidang tasawuf berpegang kepada mazhab Abu Hamid al-Ghazali dan Abu al-Hasan asy-Syadzili, semoga Allah meridhai mereka semua." Demikian tulis ulama yang digelari sebagai Hadratusysyaikh itu.

Lebih detail lagi, KH Bisri Musthofa menerangkan bahwa definisi aswaja, yaitu paham yang menganut pola mazhab fikih yang empat yaitu Imam Syafi'i, Imam Hanafi, Imam Hambali, dan Imam Maliki. Selain itu, aswaja juga disebut paham yang mengikuti Al-Asy'ari dan Al-Maturidi dalam bidang akidah. Dalam bidang tasawuf mengikuti Al-Junaid Al-Baghdadi dan Al-Ghazali. KH Bisri Musthofa merupakan ayahanda dari KH Musthofa Bisri atau biasa dipanggil Gus Mus.

Baca juga: Hubungan Ahlussunnah wal Jamaah dengan Assawadul A'zham

Sejatinya pemahaman tentang rincian ahlussunnah wal jamaah seperti itu bukanlah pandangan Hasyim Asy'ari dan Bisri Musthofa saja, tetapi memang demikianlah kesepakatan para ulama terdahulu di dunia sepanjang masa. Pendapat itu juga disuarakan oleh Universitas Al Azhar Mesir. 

Karena itu, mari kita detailkan tentang paham-paham yang membangun ahlussunnah wal jamaah. Setidaknya ada tiga bagian besar mazhab yaitu akidah, fikih, dan tasawuf.

Mazhab akidah ahlussunnah waljamaah

Ahlussunnah wal jamaah memiliki keyakinan akidah yang bermazhab kepada Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi. Mazhab mereka ialah mazhab salaf yang mengikuti pemahaman Al-Qur'an dan Sunnah Nabi serta para sahabat. 

Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari lahir di Bashrah pada 260 H/873 M. Ia wafat di Baghdad 323 H/935 M. nama lengkapnya ialah Abu al-Hasan Ali bin Ismail bin Abu Bisyr Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdullah bin Musa bin Bilal bin Abu Burdah bin Abu Musa Al-Asy'ari Abdullah bin Qais bin Hadhar. Ia adalah salah seorang keturunan dari sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, Abu Musa Al-Asy'ari. 

Baca juga: Ahlussunnah wal Jamaah, Dalil Keutamaan dan Maknanya

Imam Abu Manshur al-Maturidi diperkirakan lahir di Samarkand (sekarang Uzbekistan) sekitar sebelum 238 H. Ia wafat di daerah kelahirannya pada 333 H/944 M sekitar usia 100 tahun. Nama lengkapnya Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi As-Samarqandi Al-Hanafi.

Mazhab fikih ahlussunnah waljamaah

Para ulama menetapkan bahwa empat mazhab utama dalam umat Islam sebagai paham yang dianut ahlussunnah wal jamaah. Paham itu ialah mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.

Mazhab Hanafi dibawa oleh Abu Hanifah an-Nu'man bin Tsabit bin Zuta bin Marzuban. Ia dikenal sebagai Imam Abu Hanifah. Ia lahir di Kufah, Irak, pada 80 H/699 M dan meninggal di Baghdad, Irak, 150 H/767 M.

Mazhab Maliki didirikan oleh Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin 'Amr bin Al-Harith bin Ghayman bin Khuthayn bin Amr bin Al-Harith al-Asbaḥi al-Madani. Ia dikenal sebagai Imam Malik. Ia lahir pada 93 H/711 M dan wafat pada 179 H/795 M. Beliau lahir dan wafat di kota Madinah.

Baca juga: Siapakah Assawadul A'zham? Dalil dan Penjelasan Ulama

Mazhab Syafii dibentuk oleh Abu Abdullah Muhammad bin Idris As Syafi'i atau Imam Syafii. Ia lahir di Gaza pada 150 H/767 M. Ia wafat pada 204 H/820 M di Fustat.

Mazhab Hambali diusung oleh Ahmad ibn Hanbal al-Dhuhli atau Imam Ahmad. Ia lahir 164 H/780 M dan wafat 241 H/855 M. Beliau lahir dan wafat di Baghdad.

Mazhab tasawuf ahlussunnah waljamaah

Ahlussunnah wal jamaah juga mengikuti paham tasawuf. Dalam hal ini, aswaja mengikuti mazhab Al-Junaid Al-Baghdadi dan Al-Ghazali.

Al-Junaid bin Muhammad bin al-Junaid Abu Qasim al-Qawariri al-Khazzaz al-Nahawandî al-Baghdadi al-Syafi'i merupakan nama lengkap Imam Al-Junaid al-Baghdadî. Ia lahir di Nihawand, Persia, tetapi keluarganya bermukim di Baghdad. Ia lahir diperkirakan antara 210-215 H/825-830 M. Ia meninggal diperkirakan antara 296-298 H/908-910 M. Ia merupakan murid langsung Imam Syafii.

Baca juga: Ketika Imam Al-Ghazali Menyerang Filsafat yang Menyalahi Akidah

Imam Al-Ghazali memiliki nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i. Ia lahir di Thus pada 450 H/1058 M. Ia pun meninggal di Thus pada 505 H/1111 M. Ia seorang filsuf dan teolog muslim Persia yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad pertengahan.

Ciri-ciri ahlussunnah wal jamaah

Syekh Ali Jum'ah dalam NU Online menjelaskan sejumlah ciri-ciri dalam mazhab ahlussunnah wal jamaah. Berikut ciri-ciri atau prinsip ahlussunnah wal jamaah.

1. Ahlussunnah wal jamaah (aswaja) membedakan antara teks wahyu (Al-Qur'an dan Sunnah), penafsiran, dan penerapannya dalam tahqīq manāth (memastikan kecocokan sebab hukum pada kejadian) dan takhrīj manāth (memahami sebab hukum). Metodologi inilah yang melahirkan aswaja.

Baca juga: Mengenal Imam Al-Asyari Pejuang Mazhab Ahlussunnah wal Jamaah 

2. Ahlussunnah wal jamaah merupakan mayoritas umat Islam sepanjang masa dan zaman, sehingga golongan lain menyebut mereka dengan sebutan, "Al-'ammah (orang-orang umum) atau al-jumhūr. Ini karena lebih dari 90% umat Islam berpaham aswaja. Mereka mentransmisikan teks wahyu dengan sangat baik, mereka menafsirkannya, menjabarkan yang mujmal (global), kemudian memanifestasikannya dalam kehidupan dunia ini, sehingga mereka memakmurkan bumi dan semua yang berada di atasnya. 

3. Setiap imam dari para imam ahlussunnah wal jamaah bukan hanya memahami teks wahyu, tetapi mereka juga menekankan pentingnya memahami realitas kehidupan. "Kita harus memahami realitas kehidupan kita. Karena jika kita mengambil hukum yang ada dalam kitab-kitab dan serta-merta menerapkannya kepada realitas apa pun, tanpa kita pastikan kesesuaian antara sebab hukum dan realitas kejadian, berarti kita telah menyesatkan manusia," tulis Al-Qarāfī dalam kitab Tamyīz Al-Ahkām.

Baca juga: Ahlussunnah wal Jamaah, Mengenal Imam Maturidi dan Perbedaan dengan Asyariyah

4. Di samping memahami teks wahyu dan memahami realitas, ahlussunnah wal jamaah juga menambahkan unsur penting ketiga, yaitu tata cara memanifestasikan atau menerapkan teks wahyu yang absolut kepada realitas kejadian yang bersifat relatif. Semua ini ditulis dengan jelas oleh mereka dan ini juga yang dijalankan hingga saat ini. Inilah yang tidak dimiliki oleh kelompok-kelompak radikal. Mereka tidak memahami teks wahyu. Mereka meyakini bahwa semua dalam benak mereka merupakan kebenaran yang wajib mereka ikuti dengan patuh. Mereka tidak memahami realitas kehidupan. Mereka juga tidak memiliki metode dalam menerapkan teks wahyu pada tataran realitas. Karena itu mereka sesat dan menyesatkan. 

5. Ahlussunnah wal jamaah tidak mengafirkan siapa pun, kecuali orang yang mengakui bahwa ia telah keluar dari Islam, juga orang yang keluar dari barisan umat Islam. Aswaja tidak pernah mengafirkan orang yang salat menghadap kiblat. Aswaja tidak pernah menggiring manusia untuk mencari kekuasaan, menumpahkan darah, dan tidak pula mengikuti syahwat birahi (yang haram). 

6. Aswaja menerima perbedaan dan menjelaskan dalil-dalil setiap permasalahan serta menerima kemajemukan dan keragaman dalam akidah, fikih, atau tasawuf. 

Demikianlah penjelasan tentang paham ahlussunnah wal jamaah dan mazhab yang membangunnya. Semoga bermanfaat. (OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat