visitaaponce.com

Mahasiswa UI Kolaborasi dengan Empat Warga Laos Membawakan Tarian Betawi di Laos

Mahasiswa UI Kolaborasi dengan Empat Warga Laos Membawakan Tarian Betawi di Laos
Mahasiswa UI berkolaborasi dengan empat warga Laos membawakan tarian Betawi di Laos saat peringatan HUT Kemerdekaan ke 77 RI di KBRI Laos(dok.KBRI Laos)

KOMITMEN Kenalkan Budaya Nusantara, Mahasiswa UI berkolaborasi dengan empat warga Laos membawakan tarian Betawi di Laos. Hal itu digelar terkait dengan Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 77 RI dan bertepatan dengan 65 tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Laos.

Pada perayaan ini, seorang mahasiswa Prodi Komunikasi Universitas Indonesia (UI), Aisya Jenina Albayroni, bersama empat warga setempat berhasil memukau pengunjung acara dengan membawakan tarian Sirih Kuning asal Betawi di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), Vientiane, Laos.

Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI), DR Rachma Fitriati, M.Si mengatakan, sejalan dengan Program Kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM).

"Menurut Dirjen Dikti Kemendikbud, sebaiknya para mahasiswa yang saat ini belajar di Perguruan Tinggi, harus disiapkan menjadi pembelajar sejati yang terampil, lentur, dan ulet (agile learner). Kreativitas dan inovasi menjadi kata kunci penting untuk memastikan pembangunan Indonesia yang berkelanjutan," ujar Rachma, di Jakarta, Jumat (19/8).

Rachma menambahkan, Mahasiswa UI yang sedang melaksanakan Program Magang Mandiri tersebut, sesungguhnya melaksanakan Kebijakan MBKM dalam arti yang sesungguhnya.

Dia berani ke luar dari zona nyaman dengan belajar survive untuk melakukan Magang Mandiri di luar negeri. Berkali-kali, Mas Menteri menyampaikan, pembelajaran dapat terjadi di mana pun.

“Semesta belajar tidak terbatas, tidak hanya di ruang kelas, perpustakaan, dan laboratorium, tetapi juga bisa di desa, industri, tempat-tempat kerja, tempat-tempat pengabdian, pusat riset, maupun di tengah masyarakat, termasuk di KBRI Vientiane Laos ini,” lanjutnya.

Kebijakan ini merupakan kerangka untuk menyiapkan mahasiswa menjadi sarjana yang tangguh, relevan dengan kebutuhan zaman, dan siap menjadi pemimpin dengan semangat kebangsaan yang tinggi.

Karena itu, pihaknya menyambut baik kesediaan Duta Besar RI untuk Republik Demokratik Rakyat Laos, HE Pratito Soeharyo, untuk memberikan kesempatan pada Mahasiswa UI Magang Mandiri di KBRI Vientiane, Laos.

“Seperti yang kita tahu bahwa Laos merupakan salah satu negara di ASEAN yang kita kenal sebagai negara landlocked, ya, karena memang dikelilingi daratan, tidak punya lautan. Mahasiswa Magang UI ini akan mempelajari bagaimana Laos membangun daya saing negaranya sekalipun termasuk landlocked country,” ujarnya.

Magang Mandiri di KBRI Vientinne, Laos

“Betul, Aisya merupakan mahasiswa UI pertama yang memperoleh kesempatan program magang mandiri di KBRI Vientiane, Laos, " ujar HE Pratito Soeharyo.

Menurut dia, KBRI di Laos beserta diaspora Indonesia yang sedang berada di Laos, selalu mendukung seluruh program Pemerintah Indonesia (termasuk kebijakan Program Kampus Merdeka Merdeka Belajar).

“Begitu kami menerima surat permohonan untuk Program Magang Mandiri dari FISIP UI atas nama Aisya, kami menilai bahwa inilah saatnya, mahasiswa mendapatkan gambaran nyata dunia kerja bagaimana praktik terbaik dalam menjalin hubungan diplomatik di KBRI, sekalipun Aisya berasal dari Prodi Ilmu Komunikasi,” tambah Pratito.

Sementara itu, Aisya mengaku bangga lantaran dirinya menjadi mahasiswa prodi komunikasi UI pertama yang berhasil magang di luar negeri. Karena selama ini, yang biasanya magang di kantor Pemerintahan Indonesia seperti KBRI, didominasi mahasiswa Prodi Hubungan Internasional.

Ternyata, selama melaksanakan Magang Mandiri, Aisya menilai banyak hal yang tidak akan didapatkan jika hanya mengambil magang di Indonesia.

“Pada awal saya datang ke Vientiane, Pak Dubes menjelaskan, bahwa Indonesia menjalin berbagai hubungan diplomatik dengan Republik Demokratik Rakyat Laos. Dalam bidang pendidikan, misalnya, dari tahun ke tahun, minat pelajar Laos untuk mengikuti berbagai program pendidikan yang ditawarkan Pemerintah Indonesia semakin meningkat," kata Aisya.

Seperti Kelas Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA), beasiswa budaya seperti Darmasiswa, Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI), Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB) juga mendapatkan antusiasme yang cukup tinggi.

“Pak Dubes menjelaskan, bahwa kini salah satu tugas utama KBRI adalah meningkatkan neraca perdagangan RI dengan memperkenalkan produk-produk Indonesia di Laos, khususnya mendukung program Indonesia Go Global, baik dalam berinvestasi maupun produk-produk, UMKM, BUMN, dan Swast," jelas Aisya.

“Dengan magang di KBRI, saya semakin menyadari betapa pentingnya Program Magang Mandiri yang sejalan dengan Program MBKM Kemendikbud," lanjutnya.

Selama magang, Aisya disupervisi langsung Sekretaris Penerangan, Sosial dan Budaya, Inke Hilarie Dinesia, sehingga Aisya belajar mandiri tentang bagaimana menggabungkan ilmu komunikasi kosentrasi humas dengan ilmu hubungan internasional.

Untuk itu, pengalaman Magang Mandiri ini, adalah pengalaman baru berharga yang Aisya terima, setelah sebelumnya, selama enam bulan, dia baru saja menjadi Mahasiswa Pertukaran Pelajar Luar Negeri, sebagai dari Program Kerjasama International Office UI dengan Seoul Tech University, Korea Selatan.

Tarian Sirih Kuning Diplomasi Budaya

Tarian Sirih Kuning yang ditampilkan empat warga Lokal Laos dan Mahasiswa UI pada Perayaan Kemerdekaan ke-77 Indonesia di KBRI Vientiane, Laos, merupakan bagian dari pelestarian dan pengenalan budaya Indonesia kepada dunia internasional, sejalan dengan kebijakan luar negeri Indonesia.

Pengajar BIPA yang ditugasi Kemdikbudristek di KBRI Vientiane yang menjadi pengajar tari, Mustika Ayu Rakhadiyanti, mengatakan, istimewanya Aisya dan empat orang warga Laos yakni Alounny Sulivongsa, Alisa Boupha, Buakham Manasing, Toria Ninthavong, bukanlah penari, namun mampu menguasai tarian Sirih Kuning ini dalam jangka waktu belajarnya empat hari.

Bahkan, ini kali pertamanya, mereka tampil menari di hadapan publik karena mereka terpanggil ingin mempelajari tarian pergaulan Betawi ini kemudian tampil di depan umum.

"Luar biasa sekali karena mereka bukan penari profesional, tidak pernah sekalipun menari daerah, tapi dalam waktu sekitar empat hari, mereka mampu menguasai tarian ini dan tampil secara sempurna, durasinya lumayan lama juga sampai lima menit," kata Tika, panggilan akrab Mustika Ayu.

Pengajar BIPA lainnya, Hanifia Arlinda menambahkan, proses latihan dilakukan dalam empat hari berturut-turut selama dua jam. Latihan dimulai dengan pemanasan, gerakan dasar tari Betawi, lalu masuk ke bagian musik dan gerakan.

Setelah selesai mempelajari semua gerakan dari awal hingga akhir, para penari mempelajari formasi atau pola lantai dalam tarian. Hal ini agar posisi penari terlihat bervariasi.

“Sebetulnya ini semacam gebrakan baru, karena tarian Sirih Kuning ini mulanya harus berpasangan tetapi sekarang sudah boleh ditarikan perorangan. Kemudian ada dengan kolaborasi antara Indonesia dan Laos untuk mempererat hubungan antara dua negara," sebut Hanifia.

“Kesulitan dalam mengajarkan tarian ini hanya tentang bagaimana warga Laos kesulitan dalam memahami berbagai istilah tarian Betawi, seperti ukel, sembah, mendak. Namun, setelah diperagakan langsung, mereka jadi mudah untuk melakukannya,” ujar Tika.

Disinggung soal tarian Kuning Sirih yang ditampilkan bersama empat orang warga Laos, Aisya menyatakan, bahwa ini kali pertama dirinya menari tradisional di depan umum.

“Sebagai mahasiswa magang, saya melihat ada banyak potensi untuk mengenalkan budaya Indonesia ke luar negeri. Ke depannya, mahasiswa Indonesia, terutama kalangan milenial, ya coba cari opportunity untuk magang di luar negeri, karena banyak banget yang dapat kita pelajari, terutama bagaimana kita bisa survive saat berada di negara orang,” ujar Aisya.

Lomba Agustusan

Masih dalam rangkaian peringatan kemerdekaan RI ke-77, warga lokal Laos yang merupakan pelajar BIPA di KBRI Vientiane, Laos, mengikuti kegiatan lomba ‘Agustusan’ bertempat di lapangan Atase Pertahanan, KBRI Vientiane.

Tujuannya untuk memperkenalkan budaya dan tradisi masyarakat Indonesia dalam memperingati hari kemerdekaan. Kegiatan ini dipandu dua pengajar BIPA di Laos yang dibantu staf KBRI Vientiane, Laos.

Peserta lebih dari dua puluh pelajar berkesempatan mengikuti lomba-lomba unik khas 17 Agustusan, seperti balap sarung, injak kardus, memasukan pensil ke dalam botol, dan joget kursi.

Para pelajar antusias mengikuti kegiatan ini karena selain dapat mempelajari budaya, mereka juga bisa mempelajari bahasa Indonesia sederhana seperti berhitung, menunjukkan arah ketika memberikan instruksi, dan berinteraksi dengan pengajar dalam bahasa Indonesia. (OL-13)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat