visitaaponce.com

Pentingnya Bermain sebagai Bagian dari Belajar pada Anak Usia Dini

Pentingnya Bermain sebagai Bagian dari Belajar pada Anak Usia Dini
Webinar atau seminar online ‘Playing is Learning’ diselenggarakan SEAMEO CECCEP bekerja sama dengan UPI dan Tanoto Foundation.(Ist/Tanoto Foundation)

BERMIAN merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan anak, terutama pada anak usia dini. Bermain dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan, tanpa dipaksa, dan dapat membantu perkembangan anak. Lantas, bermain pada usia dini merupakan bagian dari belajar itu sendiri.

Senior ECED Specialist, Tanoto Foundation, Fitriana Herarti, M.Psi., Psikolog mengungkapkan bahwa bermain merupakan implementasi dari stimulasi perkembangan. Anak dapat meningkatkan fungsi kognitif, melatih pengendalian diri dan emosi, membantu pertumbuhan fisik, melatih keterampilan motorik, merangsang kreativitas, dan mengembangkan sportivitas.

“Bermain dan belajar berjalan bersamaan. Keduanya bukan aktivitas terpisah, keduanya justru aktivitas yang saling terkait,” ujarnya dalam Webinar Palying is Learning, Kamis (29/9).

Fitriana memberikan contoh atau praktik baik bagaimana permainan kecil seperti ciluk-ba dapat mengubah cara pandang anak kecil dalam memahami dunia. Sebab, bermain, khususnya di usia lima tahun pertama bukan saja menyenangkan bagi anak, tetapi juga mendorong stimulasi yang penting bagi pertumbuhan otak.

“Kesempatan ini harus dimanfaatkan untuk merangsang anak mencapai potensi maksimalnya. Interaksi antara orang tua dan anak harus kita jaga karena kegiatan ini dapat menentukan masa depan anak. Dan perspektif yang sederhana ini dapat mengubah dunia,” jelasnya.

Lebih lanjut, dia menerangkan bahwa 90% otak anak terbentuk di 5 tahun pertama. Hanya 10% otak terbentuk setelah usia 5 tahun. Stimulasi dapat membuat jaringan otak saling terkait.

“Stimulasi adalah kegiatan mendorong aspek tumbuh kembang anak di luar diri anak. Cara menstimulasi perkembangan yang paling menyenangkan untuk anak adalah melalui bermain,” kata dia.

Untuk bermain yang disebut sebagai belajar itu, kata Fitriana, orang tua bisa membiarkan anak memimpin kegiatan bermain dengan orang tua tetap terlibat aktif.

Pastikan pula permainan maupun alat sesuai usia anak. Selain itu dalam bermain, orang tua bisa memberi pertanyaan terbuka dari pada koreksi atau kritikan dan masih banyak strategi lain yang membuat anak nyaman dan terus mengeksplorasi diri dengan orang tua sebagai contoh atau model.

Kepala Program Magister PAUD, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Euis Kurniati menerangkan pentingnya bermain dalam upaya pengembangan karakter anak usia dini. Sebab, banyak kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak.

Menurutnya, bermain dapat mengasah dan meningkatkan kecerdasan yang dimiliki anak. Pengalaman anak lewat aktivitas bermain dapat memberikan dasar yang kuat bagi pencapaian macam-macam keterampilan yang sangat diperlukan. Hal ini penting untuk pemecahan masalah dalam kehidupan di kemudian hari.

“Anak yang banyak menggunakan waktu untuk bermain cenderung lebih dapat menyelesaikan masalah di kehidupan selanjutnya,” ucapnya.

Euis Kurniati menekankan bahwa metode bermain penting untuk diterapkan di TK. Pasalnya, melalui bermain anak akan belajar bekerjasama, berbagi, dan bersikap toleransi.

Sementara itu, Head of Knowledge Management Division, SEAMEO CECCEP, Iwan Aries Setyawan mengaskan bahwa bermain merupakan hak anak. Setiap anak mempunyai hak untuk beristirahat, relaksasi, bermain dan mengambil bagian dalam aktivitas budaya dan seni.

Iwan lebih menekankan pada bagaimana orang tua membimbing anak bermain, atau lebih baik lagi, bermain bersama dengan anak. Dia menyarankan agar orang tua lebih santai dan menikmati suasana saat mendorong anak-anak melakukan lebih banyak aktivitas di rumah, serta membiarkan anak-anak menggiring permainan.

“Orang tua hanya perlu mengikuti permainan anak-anak mereka dan membiarkan anak-anak mengeksplorasi sensasi dan lingkungan mereka. Orang tua juga perlu memberikan respon atas sikap dan perilaku anak-anak mereka dengan penguatan positif,” terangnya.

Dikatakan Iwan, bermain bisa dilakukan dalam dua jenis, yakni bermain aktif dan pasif. Bermain aktif biasanya dikaitkan dengan adanya aktivitas fisik yang dilakukan anak, diantaranya menyusun balok, bermain peran, loncat tali, dan berbagai jenis permainan olahraga seperti bola, lari dan sebagainya.

“Bermain pasif, permainan yang bersifat hiburan semata, artinya anak tidak ikut secara aktif dalam proses permainan,” imbuhnya.

Adapun, Ketua Departemen PAUD UPI, Dr. Heny Djoehani mengapresiasi kegiatan kolaborasi ini sebagai wahana untuk saling bertukar pikiran, gagasan, wawasan dan praktik baik pada pendidikan anak usia dini.

Sementara, Direktur SEAMEO CECCEP, Prof. Vina Adriany, PhD mengemukakan bahwa masih diperlukan media dan ruang diskusi untuk meningkatkan kesadaran bermain sebagai bagian dari belajar.

“Perlu ruang yang dapat mengingatkan kita bagaimana konsep bermain memiliki peranan yang sangat fundamental dalam memastikan pendidikan anak usia dini memberikan kualitas terbaik. Bermain dalam pendidikan anak usia dini bukanlah sesuatu yang perlu dikontradiksikan dengan konsep belajar,” ungkap Prof. Vina.

Webinar atau seminar online ‘Playing is Learning’ diselenggarakan oleh SEAMEO CECCEP bekerja sama dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Tanoto Foundation

. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya bermain pada anak usia dini. Webinar ini diikuti oleh tidak kurang dari 350 peserta.(RO/Ol-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat