visitaaponce.com

Mengenal Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Mengenal Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Ilustrasi(Pexels )

PENYAKIT Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah kumpulan penyakit yang menyerang saluran pernapasan, berlangsung secara jangka panjang hingga menyebabkan penyempitan di saluran napas.

Saat ini, PPOK menduduki peringkat keempat sebagai penyebab kematian di dunia. 

Asap menjadi penyebab utama PPOK, termasuk asap rokok, knalpot, serta polusi lain termasuk di lingkungan kerja.

Baca juga: Yuk, Kenali Penyebab dan Gejala Pneumonia

"Gejala awal, biasanya batuk disertai produksi lendir yang cenderung produktif. Jika lendir semakin kental, penyempitan akan semakin hebat dan dapat mencetuskan sesak napas," kata Medical General Manager Kalbe, Dedyanto Henky Saputra, Rabu (23/11), dalam siaran pers bertepatan dengan Hari PPOK sedunia 2022.

Penting untuk melakukan upaya pencegahan PPOK, kata Dedy, salah satunya dengan menggaungkan tema PPOK 2022 ini yaitu Lungs for Your Life.

"PPOK adalah penyakit yang bersifat irreversible. Dalam hal ini, apabila saluran pernapasan rusak, sulit untuk kembali seperti pada kondisi normal," lanjutnya.

Salah satu manifestasi yang sering dialami pengidap PPOK adalah gangguan gizi, atau dikenal dengan istilah malnutrisi.

"Penyebab utama penurunan berat badan pada PPOK adalah hilangnya nafsu makan dan penurunan asupan makanan khususnya pada pasien dengan PPOK eksaserbasi akut. Otot pernapasan melemah karena penurunan asupan makanan dan peningkatan konsumsi energi," ungkap Dedy.

Sering kali terapi PPOK hanya berfokus pada terapi obat, sedangkan perbaikan gizi kadang dilupakan. Padahal, nutrisi adalah faktor yang sangat mendukung keberhasilan terapi pasien PPOK, karena dengan status gizi yang baik imun tubuh menjadi kuat dan proses pemulihan juga akan lebih cepat.

Pemenuhan gizi bagi pengidap PPOK harus bersumber dari konsumsi keragaman makanan atau zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Namun, bagi pengidap PPOK dengan serangan akut sesak napas, kebutuhan nutrisinya sebaiknya dimodifikasi.

"Pada kondisi sesak, terlebih pada pasien yang menggunakan alat bantu pernapasan (ventilator), disarankan untuk mengurangi porsi asupan. Sebab, karbohidrat saat kita makan dan diolah di dalam tubuh, akan menghasilkan atau memproduksi CO2 dan karbon dioksida lebih besar, sehingga dapat semakin memperburuk kondisi sesak napas," katanya. (Ant/OL-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat