visitaaponce.com

Di Balik Ginjal yang Sehat, Terdapat Tubuh yang Kuat

HEALTH Talk yang bertajuk "Ginjal Sehat Bebas Batu dan Tubuh Kuat" dengan menghadirkan narasumber dr.Pebrian Jauhari,Sp.U. yang diselenggarakan oleh Siloam Hospitals Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Jumat (16/12). 

"Tubuh yang kuat memiliki ekosistem yang sehat. Terjadi beberapa gangguan metabolisme pada tubuh dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat pada metabolisme tubuh yang juga mendukung proses ekskresi pada tubuh," tutur dr.Pebrian. 

Sebagai dokter spesialis urologi, dr,Pebrian menjelaskan bahwa IIkatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) mendefinisikan batu saluran kemih sebagai pembentukan batu di saluran kemih yang dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab dan gejalanya.

"Batu saluran kemih atau dalam bahasa ilmiahnya urolithiasis menghambat peredaran yang berasal dari ginjal hingga uretra." jelasnya. 

Terdapat etiologi pada batu saluran kemih, antara lain gangguan saluran Urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi. dan idiopatik.

Menurut dr Pebrian. etiologinya pun memiliki faktor resiko herediter yang dapat terdiagnosis pada rentan usia 30 - 50 tahun dan dengan perbandingan resiko 3:1 antara laki-laki dan perempuan.

Baca juga: Gejala Batu Ginjal, Nyeri di Perut Bagian Bawah

dr Pebrian Jauhari menjelaskan bahwa etiologinya pun memiliki faktor risiko herediter yang dapat terdiagnosis pada rentan usia 30 - 50 tahun dan dengan perbandingan resiko 3:1 antara laki-laki dan perempuan.

"Berbeda dengan teori inhibitor yang mengatakan bahwa terbentuk atau tidaknya batu yang ada di dalam batu kemih ditentukan oleh keseimbangan antara zat pembentuk batu dan inhibitor yang dapat terhambat dan mengganggu turun laju reaksi. Teori Inhibitor antara lain batu ginjal, batu ureter, dan batu buli," tuturnya.

Adapun tata laksana medis dilakukan untuk menghilangkan nyeri dengan melakukan pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi, tindakan ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) dan PCNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy).

dr Pebrian menegaskan bahwa tata laksana yang dilakukan untuk menurunkan rasa nyeri dengan melakukan terapi konservatif ataupun ekspulsif medikamentosa, ESWL, Endourologi dan Pembedahan. 

Data angka menunjukan angka rata rata kekambuhan adalah 7% atau kurang lebih 50% pada kurun waktu 10 tahun terakhir.

Adapun untuk pencegahannya dengan menghindari dehidrasi dan memenuhi kebutuhan air putih harian 2-3 Liter, melakukan diet rendah protein, oksalat, garam dan purin.

"Serta medikamentosa pada pengidapnya yaitu dengan terapi sebagai pengobatan atau minum obat secara oral, pil, kapsul, suntik hingga infus," ucap dr.Pebrian.

Menutup sesi sosialisasi keselamatan dan kesehatan kerja kali ini, dr Pebrian dari Siloam Hospital Mataram yang jadwal prakteknya dapat dilihat di aplikasi My Siloam. (RO/OL-09)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat