visitaaponce.com

Indonesia Berpotensi alami Tsunami Penyakit Akbat Gangguan Metabolisme

Indonesia Berpotensi alami Tsunami Penyakit Akbat Gangguan Metabolisme
Ilustrasi: metabolisme tak bagus bisa mengganggu tidur nyenyak(dok.thinstock)

PREVALENSI sindrom metabolik di Indonesia sebesar 23%, pada perempuan 26,6% dan pada laki-laki 18,3%. Konsumsi makanan manis lebih dari satu kali per hari sebanyak 43,5% dan kurang dari satu kali per hari 10,5% dengan peluang mengalami sindrom metabolik sebesar 6,567 kali.

Gangguan metabolisme terjadi ketika reaksi kimia abnormal dalam tubuh mengganggu proses fungsi tubuh dan menyebabkan tubuh menerima terlalu banyak atau terlalu sedikit zat yang penting agar tetap sehat. Gangguan metabolik berhubungan erat dengan pergeseran gaya hidup masyarakat.

Prevalensi sindrom metabolik secara global semakin meningkat, bervariasi dari 12.5% hingga 31.4%, prevalensi secara signifikan lebih tinggi di wilayah Mediterania Timur dan Amerika dan meningkat dengan tingkat pendapatan negara.

Demikian analisa dari Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada dr. Yodi Mahendradhata, MSc., PhD., FRSPH. Menurut dia, Indonesia harus bersiap-siap menghadapi 'tsunami' penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gangguan metabolic. Sebab, selama masa pandemi covid-19, hal lain yang terjadi adalah banyak warga yang takut mendatangi pusat-pusat layanan kesehatan.

Di sisi lain, sumber daya yang ada lebih diarahkan dan dikonsenrasikan untuk penanganan covid-19. "Terutama di tahun-tahun pertama pandemi," katanya.

Hal itu, ujarnya, menyebabkan banyak pasien yang mengalami gangguan-gangguan metabolis menjadi tidak terlayani dengan baik dan menjadi tidak terkendali. "Akhirnya yang dikhawatirkan bahwa ke depan akan istilahnya tanda petik tsunami penyakit-penyakit tidak menular terutama gangguan metabolik ini karena menumpuk pada saat satu tahun pertama covid itu yang kemudian tidak tertangani dengan baik," ujarnya.

Setelah pademi mereda, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FK-KMK UGM dr. Ahmad Hamim
Sadewa, Ph.D., menambahkan, gangguan metabolisme saat ini sudah menjadi pandemi. "Karena tidak hanya di Indonesia, sudah terjadi di banyak negara di dunia," katanya.

Ia mengungkapkan, penanganannya, tidak bisa hanya dilakukan oleh kalangan kedonteran saja tetapi harus interprofesi. Guna memberikan pemahaman yang kuat terhadap metabolic disorder ini, FK-KMK UGM menggelar Winter Course 2023.

Melalui kegiatan Winter Course 2023 dengan tema Healthy Lifestyle for the Prevention and Management of Metabolic Disorder, FK-KMK UGM berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Farmasi UGM berupaya memberikan advokasi sekaligus implementasi, serta pembekalan
pengetahuan terkait kampanye dan gerakan penurunan risiko gangguan metabolisme pada masyarakat dan generasi muda.

"Harapannya program ini dapat membuka wawasan peserta tentang berbagai strategi untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan, sehingga lebih tanggap dan adaptif untuk melaksanakan pencegahan, promosi, dan rehabilitasi terkait gangguan metabolisme di masyarakat," katanya.

Kegiatan Winter Course 2023 menghadirkan narasumber pakar metabolic disorders dalam negeri, serta mengundang Wakil Menteri Kesehatan RI. Datang pula pembicara pakar dari luar negeri yang berasal dari Erasmus University Rotterdam, University of Malaya, dan Universiti Putra
Malaysia. Kegiatan diikuti oleh 63 mahasiswa dari jenjang Sarjana, Pascasarjana yang terdiri dari 52 mahasiswa UGM dan non-UGM, serta 11 mahasiswa asing yang berasal dari Medical University of Innsbruck, Austria; International Medical University Malaysia; Univerity Putera
Malaysia; dan Ramathibodi School of Nursing, Mahidol University. (OL-13)

Baca Juga: Ingin Usir Tikus? Ini Sejumlah Aroma yang tidak Mereka Suka 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat