visitaaponce.com

Protein Hewani Zat Makanan Terpenting Cegah Tengkes

Protein Hewani Zat Makanan Terpenting Cegah Tengkes
Zat makanan terpenting untuk mencegah stunting adalah protein seperti susu, telur, ikan, ayam dan lainnya.(Dok Ist )

STUNTING masih menjadi masalah bagi bayi dan anak Indonesia. Kondisi tersebut harus segera dituntaskan karena menghambat momentum generasi emas Indonesia 2045. Presiden RI Joko Widodo meminta setiap kepala daerah agar bisa menekan angka stunting di daerah masing-masing, demi menuju Indonesia Zero Stunting pada 2030.

Pemerintah menargetkan prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14%. Adapun angka stunting di tahun 2021 sebesar 24,4%, sehingga untuk mencapai target tersebut diperlukan penurunan 2,7% setiap tahun.

Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sekaligus Ketua Satgas Stunting Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), Prof. dr. Damayanti Rusli Sjarif PhD SpA (K) mengaku optimistis Indonesia mampu mencapai target selama konsisten menjalankan konsep yang terbukti secara ilmiah (scientifically proven).

"Hasil penelitian membuktikan zat makanan terpenting untuk mencegah stunting adalah protein. Kunci menurunkan stunting adalah mengonsumsi asam amino esensial lengkap dan cukup yang bersumber dari protein hewani. Penelitian lebih jauh mengungkap bahwa pangan sumber protein hewani mengandung asam amino esensial yang lengkap dan bisa didapatkan dari susu, telur, ikan, ayam dan lainnya," kata Prof Damayanti dalam keterangan tertulis, Jumat (3/2).

Menurutnya tidak semua balita pendek itu diklasifikasikan sebagai stunting, melainkan hanya mengalami kekurangan gizi berulang atau kronis. Banyak hal akan dialami anak jika mengalami kekurangan gizi terus menerus. Dimulai dari anak mengalami kenaikan berat badan yang tidak adekuat (memadai) atau dikenal dengan weight faltering.

Contohnya pada bayi berusia 0-3 bulan mengalami kenaikan berat badan kurang 750 gram/bulan. Jika tidak dilakukan intervensi segera, lama-kelamaan berat badannya akan berkurang atau underweight, yang berakibat penurunan imunitas, mudah terinfeksi penyakit, dan akhirnya
mengalami gizi kurang dan gizi buruk.

Sehingga memengaruhi pembentukan hormon pertumbuhan. Ketika hormon pertumbuhan berkurang, penambahan tinggi badan juga terhambat. Jika tidak segera diatasi, maka akan sampai pada titik -2 (minus dua) standar deviasi (SD) atau yang kita sebut dengan stunting.

"Ada dua hal yang bisa menyebabkan anak kekurangan gizi. Pertama, asupan tidak memadai, dan ini bisa terjadi karena kemiskinan, penelantaran atau ketidaktahuan. Kedua, misalnya anak sering sakit, sehingga memiliki gangguan makan, atau memang memiliki masalah bayi
berat lahir rendah (BBLR), prematuritas, dan kelainan metabolisme bawaan yang harus ditangani dengan pemberian nutrisi khusus atau disebut pangan olahan untuk keperluan medis khusus (PKMK)," jelas Prof. Damayanti.

Prof Damayanti menambahkan bahwa masalah tinggi badan pada keadaan stunting hanya penanda atau marker dari masalah lebih besar.

Hal yang paling ditakuti adalah pertumbuhan otak juga terhambat, sehingga kecerdasan menurun. Anak yang mengalami weight faltering pada usia kurang dari 2 bulan, bisa mengalami penurunan IQ sekitar 3-4 poin. Namun jika tidak segera diatasi, dampaknya akan lebih buruk.

"Penelitian mengungkap bahwa 65% anak yang pernah mengalami gizi kurang atau gizi buruk pada 1 tahun pertama kehidupan memiliki IQ di bawah 90. Jika kekurangan gizi terjadi dalam jangka panjang, maka penurunan IQ bisa mencapai 15-20 poin," ungkapnya.

Untuk itu orang tua memiliki peran penting dalam pencegahan dan penanganan stunting dengan pemenuhan nutrisi berkualitas pada anak. Jika anak telanjur mengalami stunting, bukan berarti tidak ada harapan.

baca juga: Semua Anak Berbagai Level Ekonomi Berpotensi Mengalami Stunting

Penelitian Graham McGregor di Jamaica memperlihatkan bahwa pangan lokal ditambah terapi nutrisi susu 1 kilogram setiap minggu dilengkapi terapi stimulasi bermain selama 18 bulan pada anak yang mengalami stunting masih dapat mengejar hingga 90% potensi kecerdasan yang seharusnya.

Adapun anak yang sudah mencapai usia dua tahun, jika terus didukung dan diperbaiki nutrisinya hingga usia lima tahun, penurunan IQ bisa
tidak terlalu banyak, bahkan bisa mengejar hingga minus 5 dari potensi seharusnya, jika tidak hingga anak mencapai usia 9 tahun.

Dari segi makanan, kunci menurunkan stunting adalah mengonsumsi asam amino esensial yang bersumber dari protein hewani. Hal ini dikarenakan kelengkapan, kecukupan dan bioavailabilitas asam amino esensial pada protein hewani lebih tinggi jika dibandingkan dengan protein nabati.

Selain itu pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan pemberian MPASI paling lambat dimulai pada usia 6 bulan sambil meneruskan pemberian ASI.

ASI memiliki komponen bioaktif yang tidak dimiliki susu formula manapun. Adapun pemberian MPASI harus dilakukan harus tepat waktu, kandungan nutrisi yang cukup dan seimbang, baik makro maupun mikro, aman, serta diberikan secara responsif. (N-1)

 

 

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat