visitaaponce.com

Leptospirosis Demam Tikus Menyebar lewat Darah, Apa Penyebab dan Cara Menularnya

Leptospirosis Demam Tikus Menyebar lewat Darah, Apa Penyebab dan Cara Menularnya?
Ilustrasi(AFP/ANNA MONEYMAKER)

PENYAKIT leptospirosis atau demam tikus mewabah dan menjangkiti ratusan warga di Kabupaten Pacitan, dan tersebar hingga di 9 kecamatan. Tingginya curah hujan serta banyaknya populasi tikus diduga menjadi penyebab bakteri Leptospira menyebar kemana-mana.

Berbagai upaya pencegahan agar tidak terus meluas dilakukan, diantaranya memberikan sosialisasi kepada masyarakat serta pengurangan populasi tikus di persawahan.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi dari Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre, Erni Juwita Nelwan dalam wawancara dengan Media Indonesia, beberapa waktu lalu, menjelaskan, leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia, seperti tikus.

Baca juga : Awas Leptospirosis, 5 Warga Semarang Meninggal Dunia

Mematikan

Bakteri leptospirosis tinggal di dalam ginjal hewan, keluar dari air seni hewan dan masuk ke tubuh manusia lewat pori-pori dan selaput lendir yang terbuka karena luka.

"Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, tergantung apa yang di kerjakan. Paling tinggi faktor risiko pada petani dan pekerja yang berhubungan langsung dengan sawah ataupun selokan," kata Erni.

Baca juga : Waduh! Wabah Leptospirosis di Pacitan Bertambah Sampai 126 Kasus, 6 Meninggal Dunia

Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dirinya terjangkit leptospirosis. Pasalnya, masa inkubasi bakteri leptospirosis hingga menimbulkan gejala berlangsung selama 2 minggu hingga satu bulan.

"Padahal, penyakit ini sangat bisa mematikan. Bisa juga seperti serangan jantung. Gejalanya ada di seluruh organ karena saat masuk bakterinya menyebar lewat darah. Kalau kena banjir makanya harus selalu bilang ke dokter," kata Erni.

Untuk mencegah terjadinya leptospirosis, Erni mengimbau masyarakat agar membiasakan pola hidup bersih dan sehat. Selain itu, harus membiasakan diri untuk memakai alat pelindung saat kontak langsung dengan banjir maupun selokan.

"Kalau orang yang benar-benar harus kontak langsung, bisa melakukan pencegahan dengan minum antibiotik doksisiklin. Pencegahan dengan alat pelindung, baju tertutup, dan pakai bot lebih baik," jelas dokter Erni Juwita Nelwan. (Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat