visitaaponce.com

Bukan Cuma Tikus, Leptospirosis Juga Bisa Disebabkan dari Kotoran Kucing hingga Kelinci

Bukan Cuma Tikus, Leptospirosis Juga Bisa Disebabkan dari Kotoran Kucing hingga Kelinci
Seorang warga menyemprot cairan kaporit di dalam rumahnya yang terdampak banjir untuk pencegahan penyakit Leptospirosis(ANTARA FOTO/Aji Styawan)

KASUS leptospirosis tengah merebak di beberapa daerah. Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Tri Yunis Miko Wahyono menjelaskan penyakit bakteri yang berasal dari air seni hewan ini tidak hanya berasal dari tikus got saja, tapi juga dapat disebabkan oleh hewan lain seperti kucing, kelinci, anjing dan lainnya.

"Leptospirosis ini disebabkan oleh bakteri leptospira dan biasanya ada di selokan atau dikenal penyakit selokan. Penyakit ini sebenarnya bukan hanya ada di tikus tapi juga di kotoran kucing, anjing, kelinci dan sebagainya," kata Miko kepada Media Indonesia, Senin (13/3).

Miko menambahkan untuk mengantisipasi penyakit ini, masyarakat yang berada di kawasan rawan banjir diminta untuk menggunakan sepatu yang tidak akan bersentuhan langsung dengan air selokan. Pasalnya, menurut dia, bakteri leptospira dapat bergerak dan masuk ke dalam kulit.

"Pada kondisi normal sebaiknya kalau ke daerah yang banyak air atau banjir menggunakan sepatu yang tidak kena air. Kemudian kontak terhadap air kotor seperti nyebur ke comberan pakai sepatu bot yang tinggi dan jangan sampai bersentuhan dengan air. Karena bakteri ini bisa bergerak dan masuk ke dalam kulit pada kita. Kalau gatal dan kita garuk sedikit aja bakterinya bisa masuk," ungkapnya.

Selain itu, dia melanjutkan bakteri leptospira juga dapat mengontaminasi makanan yang berasal dari percikan air comberan atau bekas banjir yang mengering, tapi bakterinya masih hidup lalu tertiup oleh angin sehingga menempel ke makanan.

"Jadi orang yang terkena penyakit ini juga bisa karena makanan yang terkontaminasi bakteri ini. Jadi makanannya tercemar dari macam-macam, bisa percikan air comberan, mungkin air ini mengering dan bakterinya masih hidup dan ketiup angin lalu mengontaminasi makanan," tuturnya.

Baca juga: Persentase Kematian Leptospirosis di Indonesia lebih tinggi dari Covid-19

Miko menegaskan, saat ini pemerintah harus segera melakukan program penanganan leptospirosis. Dia menyarankan penanganan terhadap leptospirosis dapat digabungkan dengan penyakit hepatitis dan diare.

"Sebenarnya surveilans leptospira masih diuji coba di kabupaten dan provinsi. Jadi memang masih dilihat penyakitnya seperti apa. Tapi saya rasa pemerintah harus mengadakan program (penanganan), entah itu disatukan dengan diare atau hepatitis," tukas Miko.

"Karena salah satu gejalanya sama dengan hepatitis dan penularannya sama dengan diare melalui makanan yang terkontaminasi atau kontak dengan air yang kotor. Jadi menurut saya programnya harus dilaksanakan. Sekarang memang masih belum karena baru diuji coba," pungkasnya.(M-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat