visitaaponce.com

Kehadiran ChatGPT Disebut akan Ciptakan Siswa yang Tak Jujur

Kehadiran ChatGPT Disebut akan Ciptakan Siswa yang Tak Jujur
Lambang ChatGPT(AFP/olivier)

Guru Besar Hukum Pidana Universitas Indonesia, Harkristuti Harkrisnowo mengungkapkan, chatGPT menjadi fenomena baru yang meresahkan di dunia pendidikan. ChatGPT dinilai dapat menimbulkan ancaman yang membentuk karakter pelajar dan mahasiswa Indonesia sebagai akademik yang tidak jujur.

ChatGPT sebagai chat boot berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah menjadi isu yang di lingkungan pendidikan khususnya. Kemampuan chatGPT untuk memenuhi keingintahuan manusia memang mengagumkan dan bisa menjawab apa saja, termasuk soal ujian dari semua bidang ilmu, hingga meminta nasihat yang bersifat personal.

"AI ini juga bisa terancam melakukan pelanggaran cybersecurity termasuk berpotensi melakukan cyberattack. Khusus terjadi di lingkungan akademi karena chatGPT melebih AI lainnya membuka kemungkinan membuka peluang akademik yang tidak jujur dalam pekerjaan akademik," kata Harkristuti dalam Webinar: Etika Penggunaan chatGPT di Lingkungan Akademik, Sabtu (25/3).

Bahkan bisa menjadi kekhawatiran terjadinya kesalahan penulisan artikel yang menggunakan chatGPT. Akademisi dari seluruh dunia sedang mempertimbangkan eksistensi dari penggunaan dan penyalahgunaan chatGPT.

"Para dosen di George Washington University misalnya berhenti memberikan pekerjaan rumah, tugas tertulis, atau take home exam. Mereka kembali ke mekanis tradisional dengan membuat makalah dan ujian menggunakan pen and paper," ujarnya.

Beberapa universitas dikabarkan mengajukan chatGPT zero yakni yang merupakan program yang bisa mendeteksi teks yang digenerate oleh AI.

Ancaman Besar

Guru Besar Teknik Komputer Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Prof Riri Sari mengatakan pengaruh chatGPT terhadap pendidikan memang sangat peluang ancaman yang sangat besar.

"Kita perlu membuat cara-cara baru untuk evaluasi bagaimana capaian pembelajaran tetap dirasakan bahwa bukan jawabannya yang sangat penting tapi bagaimana cara kita untuk mencapai profil lulusan yang dihasilkan," ungkapnya.

Pada dasarnya chatGPT juga memiliki sisi positif seperti mampu untuk menghasilkan teks berkualitas dan masuk akal namun setelah dievaluasi mendapatkan nilai hanya sebatas 50 sampai 80 jarang yang sampai 100. Kemudian memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan dengan akurasi yang tinggi dan mengambil informasi dari sumber daya eksternal seperti Wikipedia.

Sementara dampak buruk dari chatGPT antara lain teks yang dihasilkan memiliki keterbatasan akurasi atau tidak 100% akurat karena datanya diambil dari internet Kurangnya konteks karena chatGPT memiliki kecerdasan tetapi dapat salah memahami konteks menghasilkan output yang tidak benar.

Kemudian salah satu hal paling berharga yang dapat dikembangkan oleh siswa adalah pemikiran kritis. Jika jawabannya selalu tersedia di ujung jari mereka maka mereka merasa tidak perlu berpikir sendiri,

"Kurangnya pemikiran asli jika siswa meminta chatGPT untuk menulis essai untuk mereka bukan hanya kurangnya pemikiran asli itu juga merupakan plagiat. Kemudian kemungkinan bias yakni chatGPT dilatih dengan data dan jika data tersebut bias mesin juga akan bias," pungkasnya.

(Z-9)


 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat