visitaaponce.com

Serangan Epilepsi yang Lama Ganggu Perkembangan Otak Anak

Serangan Epilepsi yang Lama Ganggu Perkembangan Otak Anak
Ilustrasi.(MI/Caksono.)

SERANGAN kejang atau epilepsi yang berlangsung lama dapat mengganggu perkembangan otak dan motorik kasar pada
anak. Sebagian besar epilepsi tidak menyebabkan kematian. 

"Hanya serangan kejang yang berlangsung lama atau sering itu dapat mengganggu perkembangan otaknya dan terutama mengganggu perkembangan motorik kasarnya. Bahaya kematian biasanya karena faktor lain. Biasanya dia kejang lalu
tersedak jadi meninggal," ucap konsultan neurologi anak Prof. Dr. dr. Irawan Mangunatmaja Sp.A(K) dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa (28/3).

Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu, secara klinis, epilepsi juga bisa menyebabkan menurunnya fungsi kognitif karena kejang yang berlangsung lama. Namun tidak jarang juga ada pasien yang mengidap epilepsi bisa hidup normal, meskipun dalam beberapa keadaan tertentu ia bisa terserang kejang mendadak. Dari pengertian yang ia sampaikan, epilepsi merupakan suatu gejala permulaan tanpa penyebab awal. Eilepsi bisa terjadi jika anak ada gejala demam atau gangguan elektrolit yang menyebabkan kejang berulang dengan interval lebih dari 24 jam. 

Baca juga: Kenali Ciri-Ciri Epilepsi Pada Anak

Anak bisa dikatakan menderita epilepsi jika mengalami kejang berulang dari hari ke hari tanpa penyebab pasti dan terdapat suatu sindrom yang bisa diketahui jika melakukan pemeriksaan Elektroensefalogram (EEG). EEG adalah salah satu tes yang dilakukan untuk mengukur aktivitas kelistrikan dari otak untuk mendeteksi kelainan dari otak. Dari tes ini dapat membantu dokter untuk menentukan gejala epilepsi yang dialami anak dan menentukan diagnosis yang tepat.

"Pada anak-anak yang epilepsi dengan EEG normal itu bukan berarti diagnosisnya tidak ada, tetapi itu menyatakan bahwa anak itu punya harapan besar untuk lebih terkontrol dibandingkan kalau EEG-nya ada kelainan," jelasnya. Dokter yang menamatkan pendidikan S3 nya di Universitas Indonesia (UI) ini mengatakan epilepsi bukan termasuk penyakit keturunan. Namun jika dalam anggota keluarga atau saudara kandung ada yang pernah menderita epilepsi, kemungkinan besar anak juga bisa menderita epilepsi meskipun kemungkinannya masih sedikit.

Orangtua bisa mengenali tanda-tanda epilepsi kepada anak dengan melihat dua gejala khas dari epilepsi yaitu gejala fokal dan gejala umum. Gejala fokal terdapat kekhasan tersendiri yaitu jika terjadi kejang hanya satu sisi tubuh yang bergerak berulang. Sementara gejala umum adalah jika anak menderita kejang yang ditandai kaku seluruh tubuh, tersentak seperti kaget, atau melamun sambil mengucap kata yang tidak jelas. 

Terdapat juga beberapa perbedaan yang termasuk kejang karena epilepsi atau kejang biasa. Kejang epilepsi serangannya selalu mendadak dan tiba-tiba. Kejang epilepsi akan berulang dan dengan gerakan yang sama. Selain itu, kejang epilepsi juga bisa dilihat dari arah mata pasien, umumnya mata akan membelalak ke atas. Ini berbeda dengan kejang fokal mata bergerak ke samping kiri atau kanan. Jika sudah terjadi serangan, epilepsi hanya berlangsung beberapa menit, jika sudah lebih dari 10 menit kemungkinan bukan kejang.

"Dan terpenting adalah dilakukan pengamatan atau perekaman semalaman. Jadi pada waktu serangan nanti dilihat pada gelombang EEG dan sesuai dengan lokasinya maka itu kejang. Kalau kejang itu oleh karena kemungkinan lain, biasanya pada EEG-nya tidak muncul gelombang, mungkin yang muncul hanya perlambatan pada suatu daerah," ucapnya. 

Irawan juga menganjurkan untuk segera dilakukan pemeriksaan otak jika anak pertama kali mengalami kejang sehingga bisa diketahui dengan cepat terkait ada gangguan di otaknya melalui pemeriksaan EEG paling lambat 2x24 jam setelah serangan terjadi. (Ant/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat