Faktor Alamiah Hingga Manusia Jadi Sumber Ancaman Ekosistem Penyu
![Faktor Alamiah Hingga Manusia Jadi Sumber Ancaman Ekosistem Penyu](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/04/8a487d1bd130707fcbb29003b3c2e4b4.jpg)
AHLI Utama Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir Kementerian kelautan dan Perikanan, Agus Dermawan mengatakan, selain faktor alamiah, manusia juga menjadi salah satu sumber ancaman ekosistem penyu.
"Intervensi manusia baik secara pemburuan dan pembangunan tepi pantai yang mengancam ekosistem penyu," kata Agus dalam peluncuran buku "Penyu dan Paloh", dikutip dari Antara, Kamis (6/4)
Agus mengatakan selain manusia, abrasi dan perubahan iklim menjadi faktor alami yang mengancam ekosistem penyu.
Baca juga : Penaikan Suhu Air Laut Ancam Reproduksi Penyu
Suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan penyu di dalam telur. Semakin panas suhunya, maka telur penyu akan tumbuh menjadi penyu betina, tambah Agus.
"Dengan demikian keseimbangan penyu jantan dan betina menjadi tidak adil, penyu betina akan mendominasi dan akan menghambat proses pengembangbiakan penyu," kata Agus.
Baca juga : Ribuan Bayi Penyu Dilepasliarkan di Danau Amazon Peru
Agus mengatakan sejak 1980 pemerintah telah berupaya untuk melindungi ekosistem penyu dengan menerbitkan aturan terkait perlindungan penyu.
Namun, seiring berkembangnya zaman populasi penyu terus menurun maka pemerintah kembali menerbitkan Undang-Undang (UU) no. 7 tahun 1999 dan UU no. 60 tahun 2007 tentang konservasi satwa.
"Indonesia sebetulnya memiliki enam dari tujuh spesies penyu di dunia, namun sayang kini hanya empat spesies yang rutin terlihat di perairan Indonesia," tambah Agus.
Keenam jenis penyu yang ditemukan di wilayah perairan Indonesia tersebut adalah Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu Tempayan (Caretta-caretta) dan Penyu Pipih (Natator depressa).
Demi memperkuat perlindungan ekosistem penyu, pemerintah juga menerapkan Rencana Aksi Nasional (RAN) yang dimulai sejak tahun 2016 hingga 2020 dan dilanjutkan sejak 2022 hingga 2024.
KKP berharap dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, seluruh komponen dari pemerintah, mitra swasta, serta masyarakat dapat menjaga dan melestarikan ekosistem penyu yang lebih baik. (Ant/Z-5)
Terkini Lainnya
Wapres Inginkan Industri Asuransi Syariah Terus Bertumbuh
Musim Penghujan, Ular Marak Masuk Area Rumah Warga di Palangka Raya
Nana Sudjana Berkomitmen Selesaikan Dampak Krisis Iklim di Jateng
Dorong Ekosistem Kewirausahaan untuk Bangun Bisnis Berkelanjutan
Jalan Kebudayaan, Perayaan Tujuh Tahun UU Pemajuan Kebudayaan
Penanaman Mangrove Beri Manfaat Ekologis Sekaligus Ekonomi
KKP-BUMN Targetkan Penyaluran 3,4 Juta KL Solar ke Nelayan
Komisi IV DPR Dukung Mitigasi Penyakit Ikan dan Penguatan BPKIL Serang
Harga BBM Naik, KKP Ungkap 2,2 Juta Nelayan Merugi
Aruna Indonesia dan KKP Bahas Blue Economy Demi Ekosistem Kelautan
Pemerintah Diminta Bongkar Perekrutan ABK Ilegal dan di Bawah Umur
KKP akan Bangun Kampung Bandeng di Gresik
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap