visitaaponce.com

Kemenkes Atur Strategi Tekan Angka Kematian Jemaah Haji

Kemenkes Atur Strategi Tekan Angka Kematian Jemaah Haji
Kepala Pusat Kebijakan Kesehatan Haji, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan, Liliek Marhaendro Susilo memberi arahan, Selasa (11/4)(MI/Windy Dyah Indriantari)

KEMENTERIAN Kesehatan RI akan membuka pos kesehatan di tiap hotel, pemondokan, hingga tenda tempat jemaah haji asal Tanah Air menginap. Langkah itu dilakukan untuk mencegah kematian jemaah yang diprediksi mencapai puncaknya pasca-Mina.

Kepala Pusat Kebijakan Kesehatan Haji, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan, Liliek Marhaendro Susilo, mengatakan akan ada satu kamar di tiap hotel yang dijadikan ruangan untuk klinik Kesehatan. Tiap klinik itu akan memiliki empat tempat tidur.

"Tempatnya di dekat lobi agar mudah diakses dari luar hotel, ketika jemaah pulang dan dari dalam hotel. Jemaah bisa berkonsultasi sebelum pergi beribadah supaya tidak kelelahan," tutur Liliek saat memberi arahan dalam Bimbingan Teknis Terintegrasi Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Tahun 1444 H/2023 M, di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Selasa (11/4) malam.

Baca juga: Kematian Jemaah Haji Melonjak setelah Mina

Liliek mengatakan kegiatan ibadah pra-Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) banyak berkontribusi pada kondisi kelelahan jemaah. Mereka melakukan umrah sunah berkali-kali tanpa menyesuaikan dengan kondisi kesehatan.

Bahkan, sambungnya, ada peran pembimbing ibadah yang membuat jemaah memaksakan diri. "Ketika di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), ada pasien yang sudah boleh pulang setelah dirawat tapi ingin tetap tinggal di KKHI. Dia takut dipaksa pembimbing umrah untuk sunah berkali-kali, padahal dia merasa kecapekan," tutur Liliek.

Baca juga: Jumlah Peserta Ibadah Haji 2023 Didominasi oleh Jemaah Lansia Tanpa Pendamping

Kondisi jemaah semakin lemah ketika di Armuzna yang juga menuntut kegiatan ibadah fisik. Liliek mengatakan periode kritis jemaah adalah pasca-Armuzna. Terjadi peningkatan angka kematian harian mulai dari hari ke-28 hingga ke-40. Puncaknya pada akhir Armuzna hingga hari ke-5 pasca-Armuzna.

"Angka kematian terendah di 2022. Tapi kalau kita bandingkan dengan beberapa negara pengirim jemaah terbanyak, Pakistan, Bangladesh, India, angka kematian kita masih sangat tinggi. Dibandingkan dengan Malaysia juga sama," papar Liliek.

Menurut data Kemenkes, indeks kematian per 1.000 jemaah Indonesia sebesar 2,02 pada 2016; 2,98 (2017), 1,75 (2018), 1,96 (2019), dan 0,89 (2022).

Liliek mengatakan tim kesehatan akan mendirikan lima pos kesehatan satelit di Arafah. Pihak Arab Saudi juga menerjunkan 70 dokter.

"Kita dirikan pos kesehatan yang lokasinya dekat dengan tenda jemaah. Kita menyiapkan dua ambulans statis di mulut terowongan Mina. Ada tiga pos ditempati teman-teman dari EMT, mereka akan berpatroli secara bergantian, dengan cara mereka sweeping," tandas Liliek. (Z-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat