visitaaponce.com

Ada Arcturus, Kasus Covid-19 di Indonesia Masih Didominsi Omicron BA.4

Ada Arcturus, Kasus Covid-19 di Indonesia Masih Didominsi Omicron BA.4
Petugas kesehatan mengambil sampel tes PCR untuk memeriksa kasus covid-19.(Antara Foto/Raisan)

Angka kasus positif covid-19 kembali mengalami peningkatan dalam dua pekan terakhir di berbagai wilayah Indonesia. Peningkatan dicurigai akibat kemunculan subvarian baru covid-19, yakni Arcturus atau Omicron XBB 1.16. Namun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan hingga saat ini kasus positif covid-19 di Indonesia masih didominasi oleh varian Omicron BA.4.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan meningkatnya kasus konfirmasi covid-19 beberapa hari kebelakang masih dominasi subvarian omicron BA.4.

"Dari kita sendiri hasil genomik kebanyakan orang yang terpapar covid-19 masih didominasi varian BA.4 karena polanya sama yakni cepat menyebar," kata Nadia, Sabtu (15/4).

Baca juga: Vaksin Covid-19 yang Ada Masih Ampuh Lawan Varian Anyar Arcturus

Berdasarkan laporan Satgas covid-19 per tanggal 14 April 2023 kasus konfirmasi covid-19 mencapai 1.017 kasus dan angka kematian ada 14 kasus. Menanggapi hal tersebut Kementerian kesehatan mengakut terus melakukan surveilans genomik dan melakukan upaya untuk menekan kasus konfirmasi.

"Kita terus melakukan surveilans genomik untuk mendeteksi terjadinya peningkatan kasus yang beberapa Minggu ini cukup signifikan. Karena biasanya kan kita kasusnya 200-300 per hari dan sekarang sempat 900 kasus," ujarnya.

Baca juga: 7 Fakta Arcturus, Asal Nama, Bahaya, Gejala dan Pencegahannya

Meski begitu jika melihat polanya meski terjadi peningkatan kasus yang cukup signifikan, angka kematian dan orang yang dirawat di rumah sakit itu masih kurang lebih sama.

"Angka kematian masih di bawah 15 kasus dan angka keterisian rumah sakit masih di bawah 5 persen. Artinya meski polanya sama seperti di India tapi fatalitasnya rendah," ungkapnya.

Ia mengimbau kepada masyarakat untuk segera melakukan vaksinnasi primer hingga booster kedua. Ia mengatakan vaksin yang ada saat ini bisa melindungi orang sekitar terutama kelompok rentan dan komorbid. Hingga Kemarin vaksinasi booster kedua masih diangka 3,1 juta orang dan hanya bertambah 1.602 orang.

Sementara itu, pimpinan teknis WHO untuk COVID-19, Maria Van Kerkhove, mengatakan subvarian Arcturus sebenarnya telah muncul dalam beberapa bulan terakhir. Namun, eksistensinya semakin santer terdengar dalam beberapa minggu terakhir setelah terjadi peningkatan kasus covid-19 dengan subvarian Arcturus.

Kerkhove menyebut varian tersebut memiliki kemampuan penularan lebih tinggi. Namun, pihaknya tidak menemukan kenaikan tingkat keparahan gejala pada pasien covid-19 dengan infeksi Arcturus.

"Ini memiliki satu mutasi tambahan pada protein lonjakan yang dalam penelitian laboratorium menunjukkan peningkatan infektivitas serta potensi peningkatan patogenisitas," ungkap Kerkhove, dilansir dari Daily Express, Kamis, (13/4).

Ia mengatakan gejala yang muncul pada kasus covid-19 Arcturus hampir sama dengan yang terjadi pada gelombang covid-19 Omicron. Penderita akan mengalami gejala seperti flu, mulai dari hidung tersumbat, batuk, sakit kepala, hingga rasa sakit dan pegal di persendian. Meski begitu tingkat kefatalan tidak lebih tinggi dibandingkan varian covid-19 lainnya.

(Z-9)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat