visitaaponce.com

Pergerakan Lempeng Indo-Australia jadi Penyebab Rentetan Gempa di Awal 2023

Pergerakan Lempeng Indo-Australia jadi Penyebab Rentetan Gempa di Awal 2023
Model Lempeng Tektonik Tumbukan lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia(Dok. MI)

Beberapa waktu belakangan atau sepanjang awal 2023 Indonesia dilanda rentetan bencana gempa bumi. Di antaranya di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat dan Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). BMKG mengatakan rentetan gempa tersebut disebabkan oleh pergerakan lempeng Indo-Australia.

"Gempa di Indonesia baru-baru ini ada keterkaitan dengan pergerakan lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia," ujar Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, kepada Media Indonesia, Senin (1/5).

Diketahui, Indonesia merupakan daerah rawan gempa bumi karena dilalui oleh jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke arah utara dan menyusup ke dalam lempeng Eurasia, sementara lempeng Pasifik bergerak relatif ke arah barat.

Baca juga: BNPB: Warga Kota Bima Rasakan Guncangan Gempa Magnitudo 5,7

"Aktivitas suatu gempa akan berkurang seiring dengan penambahan energi gempa yang terlepas. Jika masih berlangsung aktivitas gempa artinya masih ada energi yang belum terlepas. Namun untuk memprediksi kapan terlepasnya dalam manifestasi gempa sangat sulit. Sampai saat ini belum ada yang benar-benar bisa memprediksi kapan akan terjadi gempa pada lokasi tertentu," kata Koordinator Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Iman Fatchurochman.

Selain itu, menurutnya jalur pertemuan lempeng berada di laut. Hal itu menyebabkan Indonesia juga sangat beresiko terkena tsunami akibat gempa bumi besar dengan kedalaman dangkal.

Baca juga: Kepulauan Mentawai Kembali Diguncang Gempa Bumi Tektonik Magnitudo 5,2

"Jika energinya (gempa bumi) cukup besar dan mampu menyebakan deformasi di lantai samudera, akan menyebabkan tsunami, seperti yang terjadi di Aceh tahun 2004," tegasnya.

Gempa Mentawai dan Bima

Iman menekankan gempa bumi di Kepulauan Mentawai dan Bima berpotensi menimbulkan tsunami jika energi gempa tersebut cukup besar. Terlebih posisi Kepulauan Mentawai dan Kota Bima juga dikatakan berbahaya.

Menurutnya, kepulauan Mentawai dekat dengan sumber gempa Megathrust dan juga sesar aktif Mentawai. Sehingga ancaman untuk Kepulauan Mentawai selain dari guncangan gempa-gempa dangkal juga dari potensi tsunami yang diakibatkan oleh gempa tersebut.

"Selain itu di Kepulauan Mentawai ada karakter gempa Slow Earthquake/Tsunami Earthquake di mana tsunami yang di generate gempa lebih besar dari biasanya. Kejadian tahun 25 Oktober 2010 tsunami di Mentawai sebagai bukti bahwa Kepulauan Mentawai adalah area rawan tsunami," ujar Iman.

Sementara itu di Wilayah Bima, potensi tsunami dikatakan berasal dari Flores Back Arc Thrust di sebelah utara Nusa Tenggara. Sumber gempa ini juga menyebabkan banyak kerusakan di Pulau Lombok tahun 2018.

"Kota Bima berbatasan dengan celah laut yang sempit atau teluk yang dapat menyebabkan amplifikasi ketinggian gelombang tsunami. Posisi seperti ini yang membahayakan jika terjadi tsunami," tandasnya.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat