Ini Beda Gempa di Jepang dan Indonesia Menurut Profesor Universitas Kagawa
![Ini Beda Gempa di Jepang dan Indonesia Menurut Profesor Universitas Kagawa](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/01/68d5dd7782daf1582d3e8cb86eeff6ff.jpg)
GEMPA bumi mengguncang Sumedang, Jawa Barat, pada penghujung tahun 2023. Tiga kali goncangan gempa mengakibatkan puluhan rumah rusak dan ratusan warga dilarikan ke rumah sakit.
Tak hanya di Sumedang, gempa dahsyat berkekuatan magnitudo 7,5 juga terjadi di Jepang pada awal 2024 hingga memicu peringatan tsunami. Meski kekuatan magnitudo lebih besar, negara Jepang masih lebih baik dalam persiapan menghadapi bencana dibanding Indonesia.
Dalam beberapa video yang beredar di media sosial, masyarakat Jepang terkesan lebih tenang saat merasakan gempa. Bahkan beberapa bangunan gedung tetap berdiri kokoh meski terguncang kuat.
Peneliti Universitas Kagawa Jepang, Profesor Yoshiyuki Kaneda menjelaskan, struktur bangunan di Jepang sudah kuat untuk menghadapi gempa. Berbeda dengan di Indonesia yang dinilainya masih buruk dan lemah.
Baca juga: 8 Januari, Sumedang mulai Lakukan Rehabilitasi Rumah Rusak Akibat Gempa
"Kalau di Jepang, pemerintahnya mengeluarkan budget besar untuk membangun struktur kontruksi bangunan agar tahan gempa," kata Kaneda ditemui di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, belum lama ini.
Disamping itu, masyarakat Jepang sudah dibekali pengetahuan tentang rumah aman terhadap gempa. Seperti penggunaan bahan atap rumah yang tidak akan mencederai warga ketika bangunan runtuh akibat guncangan gempa.
Hal yang tidak kalah penting adalah penyiapan tas siaga bencana untuk menyimpan obat-obatan, makanan, serta dokumen penting. Karena jika menunggu dievakuasi bisa memakan waktu sangat lama.
"Jepang sudah dilengkapi early warning system canggih, tetapi dengan lokasi sekitar ini di Lembang, mau early warning system kaya gimana pun pasti bahaya," bebernya.
Baca juga: BMKG Pastikan Tsunami Jepang Tidak Berpengaruh Pada Indonesia
Menurutnya, Indonesia dan Jepang memiliki kesamaan dalam hal bencana gempa karena berada di kawasan cincin api (ring of fire). Salah satunya keberadaan sesar aktif Lembang yang membentang 29 kilometer dari kawasan Padalarang, Bandung Barat, hingga daerah Jatinangor, Sumedang.
Bencana Lanjutan Pascagempa
Jika dilihat kontur geografis wilayah yang dilewati Sesar Lembang, ia melanjutkan, potensi besar bencana lanjutan jika terjadi gempa, yakni longsor. Pasalnya, daerah Padalarang hingga Jatinangor rata-rata terdiri dari perbukitan dan lembah.
"Bahayanya sesar Lembang bukan saja dari gempa bumi, tapi juga bencana terusan setelahnya. Kalau di Kumamoto Jepang misalnya, setelah gempa biasanya ada longsor, kebakaran, likuifaksi. Nah kalau di Lembang yang berpotensi besar adalah longsor," terang Kaneda.
Ia menjelaskan, risiko bencana tersebut bisa ditekan dengan cara sosialisasi lebih masif tentang pemilihan lokasi pemukiman. Rumah-rumah warga disarankan tidak dibangun dekat lereng dan garis sesar. Kalau pun terpaksa sudah dibangun, pemilik harus memastikan bangunan dibuat tahan gempa.
"Setiap daerah itu harus punya skenario kalau misalnya gempanya sebesar ini, kejadiannya siang, malam atau sore karena kita enggak tahu waktu gempa itu kapan terjadi. Sebagai contoh ketika gempa di Bantul terjadi malam hari, dampak, dan risikonya parah sekali," lanjutnya.
Selain skema mitigasi, ia menyarankan penguatan kesadaran tanggap bencana berbasis komunitas. Salah satunya lembaga pendidikan sekolah dengan mengajari siswa dalam penyelamatan diri tatkala gempa terjadi serta serangkaian risiko yang mungkin bisa muncul.
"Yang bisa dilakukan untuk mencegah bencana ini dengan cara membangun dan memperkuat Community disaster risk management. Salah satunya di sekolah-sekolah," tandasnya.
(Z-9)
Terkini Lainnya
Bencana Lanjutan Pascagempa
Diawali Dua Guncangan Kecil, Gempa Hampiri Simeulue Aceh
36.285 Rumah Rusak Terdampak Gempa Cianjur Peroleh Bantuan Stimulan Tahap Keempat
Waspada ! Aktivitas Gempa di Gunung Ibu Masih Tinggi
Tidak Keluarkan Asap, Gunung Merapi Diguncang 41 Kali Gempa dan 9 Kali Guguran Lava
Waspada! Lava Gunung Lewotolok Mengalir 1,2 Kilometer Menuju Desa Amakaka
BMKG: Gempa Tektonik di Bali tidak Picu Tsunami
BMKG: Gempa di Pangandaran Jabar Dipicu Aktivitas Lempeng Indo-Australia
Rehabilitasi Pascabencana Likuefaksi Sulawesi Tengah Terbangun 12 Ribu Hunian
Novotel Suites Yogyakarta Malioboro Tingkatkan Kesiapsiagaan Hadapi Bencana saat Musim Liburan
Gempa Tektonik Magnitudo 4.6 Guncang Lamno Aceh Jaya
BNPB Perkirakan Bulan Depan Kemarau Terjadi Merata
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap