visitaaponce.com

Ini Tanda-Tanda Anak Anda Jadi Korban Perundungan di Sekolah

Ini Tanda-Tanda Anak Anda Jadi Korban Perundungan di Sekolah
Ilustrasi(Medcom)

PSIKOLOG Assosiate Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) Rosana Dewi Yunita mengatakan ada beberapa tanda yang harus diketahui orangtua saat anak mengalami perundungan di sekolah.

"Ada beberapa tanda saat anak mengalami perundungan di sekolah, antara lain anak tidak mau pergi ke sekolah, kesulitan tidur (insomnia), dan terlihat tegang atau cemas," ujar Rosana, dikutip Selasa (9/5).

Selain itu muncul perilaku yang berbeda dari biasanya.

Baca juga: Arifin Putra Mengaku Pernah Dirundung Saat Sekolah

Saat anak menunjukkan tanda-tanda tersebut, orangtua harus tanggap dan membantu anak untuk mengatasinya.

Rosana menambahkan, bagi remaja, pertemanan merupakan salah satu hal yang penting. Saat mengalami masalah dalam pertemanan, anak dapat mengalami demotivasi belajar atau penurunan motivasi dalam belajar, sehingga prestasi anak di sekolah pun dapat menurun.

"Ketika dia mau berangkat, yang dulunya semangat ternyata kok sekarang nggak semangat. Ternyata dia tidak diajak dalam suatu lingkungan," kata Rosana.

Baca juga: Pasal Anti Bullying Nakes Tercantum dalam RUU Kesehatan

Selain tidak diajaknya anak dalam suatu lingkungan atau kelompok pertemanan, permasalahan lain dapat terjadi saat anak didiamkan atau tidak dihiraukan oleh teman-temannya, hingga perkataan yang menyinggung dari teman-temannya.

Kenali tahapan

Ada beberapa tahapan untuk memastikan apakah anak mengalami perundungan di sekolah atau tidak. Pertama, orangtua dapat mengonfirmasi, baik dari anak maupun teman yang disinyalir melakukan perundungan apakah tindakannya hanya lelucon tanpa unsur kesengajaan atau memang sengaja untuk perundungan.

Pada anak-anak, khususnya anak usia sekolah dasar, kontrol diri mereka terkadang masih kurang baik. Tindakan-tindakan mereka kadang sudah disimpulkan merundung, misalnya saat ingin meminjam sesuatu dari temannya, tetapi terkesan merebut atau memaksa mengambilnya, sehingga terlihat seperti perundungan yang sebenarnya tidaklah demikian.

Pada dasarnya, perundungan dilakukan secara konsisten oleh satu individu atau kelompok ke individu lainnya. 

Jika anak tidak mengalami hal tersebut, dan kejadian hanya sekali saja, kemungkinan besar mereka ada masalah dalam berkomunikasi belum sampai tindakan perundungan. Jadi orangtua atau lingkungan perlu bijak dalam mengatasi hal ini.

Kedua, orangtua dapat memberikan penguatan pada anak dan kemampuan pertahanan diri agar anak dapat mengatasi perundungan yang dialaminya.

Ketiga, orangtua dapat memastikan apakah permasalahan perundungan pada anak dapat diselesaikan melalui pihak sekolah dulu atau tidak.

Jika cara kedua tidak berhasil, orangtua dapat mendiskusikan tindakan perundungan yang terjadi pada anak agar sekolah dapat mengambil tindakan tepat untuk mengatasinya.

Apabila ada kejadian perundungan, pihak sekolah dan orangtua bekerja sama untuk melakukan tindakan pada semua anak, baik anak yang merundung, anak yang dirundung, maupun anak yang hanya melihat tindakan perundungan tersebut. Bisa juga kerja sama dengan profesional seperti psikolog.

Oleh karena itu, Rosana berpesan agar orangtua dapat ikut serta menjadi teman bagi anak. Saat anak mengalami masalah, seperti perundungan, orangtua dapat menjadi tempat mereka berkeluh kesah dan membantu mereka mengatasi permasalahannya.

"Dalam berdiskusi, orangtua perlu memperhatikan tahap perkembangan anak. Jadi, memperlakukan anak harus disesuaikan dengan usianya dan zamannya," ujar Rosana

Kemudian, Rosana menyarankan agar orangtua memberikan kebebasan terbatas pada anak dengan tetap mengasah kemandiriannya. Orangtua memberi kepercayaan dan memberikan kesempatan pada mereka untuk mencoba hal baru atau hal lain yang mereka inginkan, dengan standar aturan yang jelas.

"Namun, saat ada hal-hal yang perlu diluruskan, orangtua tetap harus menyampaikannya dengan baik. Hal ini dilakukan agar anak tidak mengalami mispersepsi dan dapat menentukan hal mana yang benar dan yang salah," kata Rosana.

Selain itu, Rosana juga menekankan pentingnya unsur agama juga untuk ditanamkan sejak dini pada anak agar mereka paham sesuatu yang dilarang dan yang tidak dilarang.

Karena dengan begitu, kontrol diri mereka akan lebih baik karena sejatinya orangtua tidak dapat mengawasi anak selama 24 jam. Orangtua dikatakan Rosana juga perlu memberikan rasa nyaman pada anak agar mereka merasa dapat berdiskusi dan terbuka pada orangtuanya. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat