visitaaponce.com

Anak Seorang Perokok Berisiko Empat Kali Lebih Besar Alami Gangguan Pernafasan

Anak Seorang Perokok Berisiko Empat Kali Lebih Besar Alami Gangguan Pernafasan
Ilustrasi--Warga berkonsultasi untuk berhenti merokok melalui Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung di Bandung, Jawa Barat.(ANTARA/Novrian Arbi)

ANAK yang hidup dengan orangtua atau keluarga perokok memiliki risiko empat kali lebih besar mengalami gangguan pernapasan dibanding yang tidak tinggal dengan perokok. Hal itu diungkapkan dokter spesialis anak RSCM Jakarta Pusat Nastiti Kaswandani. 

"Anak yang hidup dengan perokok itu empat kali lebih tinggi kemungkinan untuk masuk ke rumah sakit karena gangguan pernapasan dibandingkan dengan anak yang tidak tinggal dengan perokok. Jadi itu patut menjadi perhatian," ucapnya dalam pesan singkat, dikutip Rabu (10/5).

Nastiti mengatakan, anak yang tinggal dengan orangtua perokok bisa disebut dengan Third Hand Smoker. 

Baca juga: Perhatian Pelajar DKI! Ketahuan Merokok KJP Langsung Dicabut

Meskipun orangtua mengaku tidak pernah merokok di depan anak, nyatanya penelitian menunjukkan partikel-partikel dari asap rokok dapat menempel di meja, sofa, atau menempel di tembok.

Hal ini juga termasuk pada rokok elektrik atau yang sering dikenal dengan vape. Menurutnya, paparan asap rokok elektrik sama bahayanya dengan asap rokok biasa.

Tidak hanya asap rokok, paparan alergen udara lainnya seperti debu, udara dingin, dan paparan asap lainnya juga bisa menjadi pencetus asma pada anak kambuh atau tambah parah.

Baca juga: Pemerintah Diminta Lebih Serius Tekan Prevalensi Perokok Anak

"Sebetulnya masih banyak asap-asap yang lain yang juga bisa mencetuskan serangan. Seperti asap kendaraan bermotor ketika memanaskan mobil atau motor asapnya masuk ke dalam rumah itu bisa menjadi pencetus, Kemudian asap masakan yang bisa sangat iritatif. Misalnya membuat masakan yang sangat tajam aromanya dan menusuk hidung Misalnya menumis sambal," ucap dokter dengan bidang spesialis Pulmonologi Respirologi anak itu.

Dokter tamatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) ini mengatakan anak dengan penyakit asma harus bisa ditangani dengan benar.

Serangan asma yang berat dengan kondisi sesak napas hingga penurunan kesadaran, akan bisa mengancam jiwanya, meskipun angka kematian asma pada anak masih lebih rendah dibanding dengan penyebab kematian lainnya seperti pneumonia dan infeksi pernapasan lainnya.

Selain itu, penanganan yang tidak benar juga dapat memengaruhi kualitas hidupnya sehingga tidak sebaik anak-anak normal lainnya.

"Karena kalau misalnya asmanya tidak tertangani anak asma jadi takut berolahraga karena berolahraga bisa menyebabkan serangan misalnya. Dia takut beraktifitas dengan leluasa, kemudian dia juga sering mengalami gangguan tidur ketika serangan asma terjadi pada malam hari. Itu adalah hal-hal yang sering kali membuat kualitas hidup anak dengan asma terganggu," ucapnya.

Orangtua juga perlu berperan pada penanganan dan pengobatan anak dengan asma. Nastiti mengatakan orangtua bisa mengenali faktor-faktor yang sering mencetuskan asma pada anak agar terhindar dari faktor-faktor serangan asma.

Jika dokter sudah memberikan pengobatan asma, orangtua perlu memastikan bahwa anak menggunakan obat pengendali asma atau asma reliever dengan teratur .

"Obat itu harus digunakan biasanya dalam bentuk inhaler harus digunakan setiap hari, maka orangtua tentu berperan untuk memastikan bahwa anak menggunakan obat pengendali dengan teratur. Ketika anak yang seharusnya mendapat obat pengendali atau kontroler ini tidak menggunakan obat dengan teratur maka akan terjadi serangan asma yang sering," ucap Nastiti.

Ia juga mengatakan pengobatan asma bisa dilakukan mandiri di rumah dengan obat dari dokter berupa inhaler atau nebulizer yang bisa digunakan di rumah. Alat ini bisa digunakan untuk meredakan serangan asma saat anak mulai batuk, nafas berbunyi dan tampak sesak.

Orangtua juga perlu mengamati apakah terjadi respon membaik dengan obat-obatan pereda asma. Jika tidak ada respon membaik, sebaiknya segera bawa anak ke rumah sakit terdekat untuk penanganan lebih lanjut. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat