visitaaponce.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi President University Bahas Soal Kesehatan Mental

Mahasiswa Ilmu Komunikasi President University Bahas Soal Kesehatan Mental
Talkshow dalam acara Kampanye kesehatan mental “Who Am I?: Kenali Potensi Dirimu” yang digelar President University.(MI/HO)

MENURUT survei yang dilakukan Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), satu dari tiga remaja Indonesia mengalami kesehatan mental. Sementara itu, satu dari 20 remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.

Disebutkan juga, hanya 2,6% remaja memilih berkonsultasi dengan tenaga ahli untuk membantu mereka mengatasi masalah kesehatan mental dan selebihnya memilih menyelesaikannya sendiri. 

Salah satu masalah kesehatan mental tersebut adalah krisis identitas yang dialami oleh generasi muda karena pengaruh globalisasi dan teknologi. 

Baca juga: Peringati Hari Keluarga Internasional, BKKBN Imbau Tingkatkan Kualitas Kesehatan Mental Keluarga

Untuk mengatasi hal tersebut, mahasiswa Ilmu Komunikasi President University mengadakan kegiatan talk show bertajuk, “Who Am I: Kenali Potensimu” yang merupakan bagian dari CommStride di Living Plaza, Jababeka, Cikarang, Sabtu (13/5). Acara tersebut dihadiri generasi muda usia 18-25 tahun yang sedang bingung menentukan potensi dan emosi yang mereka miliki. 

CommStride atau Communication Stride 2023 kembali digelar offline untuk dihadiri oleh publik. Membawa tema #GenerasiEKSPRESI (Energik, Sehat Pikiran & Raga, dan Siap Kerja!), kegiatan yang digelar mahasiswa President University prodi Ilmu Komunikasi ini terdiri dari tiga kegiatan utama, yaitu Car Free Day (CFD), Kampanye kesehatan mental “Who Am I?: Kenali Potensi Dirimu”, dan Festival Karier.

Dalam acara ini terdapat sesi art therapy, sebuah terapi dengan menggunakan karya seni untuk melepaskan konflik batin dan emosi yang terpendam di dalam dirinya. 

Baca juga: Satu dari Empat Anak Tinggal Bersama Orangtua yang Memiliki Masalah Mental Serius

Pada sesi ini, mereka menggambar sesuatu di sebuah kertas kosong untuk  mengekspresikan keadaan yang sedang dialaminya. Melalui sesi ini, secara tidak sadar mereka menunjukkan emosi terpendam yang sedang dirasakannya. 

Psikolog klinis Sabrina Maidah, dalam sesi talk show, mengatakan art therapy dapat dilakukan dalam berbagai media, baik secara interaksi langsung maupun interaksi online. Esensi dari kegiatan ini adalah sebagai sarana untuk menuangkan ekspresi yang sedang kita rasakan. 

“Dengan kita menuliskan, sebelum kita menggambar, kita melakukan sesuatu, kita jadi lebih memahami apa yang aku rasain gitu. Oh ternyata mungkin, aku lagi butuh di dengerin ya. Oh ternyata mungkin aku lagi butuh punya temen deket ya, kaya gitu,” ujar Sabrina. 

Sabrina menambahkan cara memandang krisis identitas agar tidak menjurus ke hal negatif, yaitu dengan mencari teman untuk berbicara, baik sahabat, orang terdekat, dan psikolog. 

“Kalau memang dirasa sahabat gak bisa, temen curhat gak ada solusi, datang ke psikolog. Karena bisa jadi yang kamu butuhkan adalah teman untuk memahami diri kamu secara utuh dan brainstorming diri kamu,” tutup Sabrina.

Sementara itu, peralihan usia remaja ke dewasa, yaitu umur 18-25 tahun membuat generasi muda kebingungan untuk menentukan emosi, perilaku, keinginan, dan potensi yang ada di dalam diri mereka.

Bila permasalahan tersebut dibiarkan, hal itu dapat berdampak pada kesehatan mental mereka karena selalu memandang dirinya lemah dibanding orang lain. Mereka akan mengalami gangguan jiwa berupa depresi, bipolar, dan beberapa gangguan jiwa lainnya.

Selain itu, masyarakat Indonesia masih menganggap gangguan jiwa sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan. Perlu adanya kesadaran mengenai gangguan jiwa yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri. 

Melalui talk show bertajuk “Who am I: Kenali Potensimu”, yang merupakan bagian dari kegiatan CommStride, mahasiswa Ilmu Komunikasi President University berusaha untuk membantu mengatasi permasalahan krisis identitas. 

Talk show tersebut menghadirkan Hamdani, perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, dan Irwantja, influencer yang bergerak dalam kesehatan mental.

Hamdani mengatakan lingkungan dan dukungan dari luar merupakan salah satu faktor penting dalam membangun kesehatan mental yang baik.

“Perubahan semua itu tergantung kita dan lingkungan sekitar. Jadi, pastikan bahwa memang kita berada di lingkungan orang-orang yang benar-benar mendukung kita,” ujar Hamdani. 

Untuk menghindari hal tersebut, perlu adanya pengenalan faktor-faktor yang menyebabkan krisis identitas pada generasi muda. Irwantja, konten kreator di bidang kesehatan mental menyampaikan bahwa self awareness yang baik sangat penting dalam membentuk branding diri sendiri.

Sementara Irwantja menjelaskan bagaimana kita bisa survive dalam menghadapi masalah yang bisa muncul dalam membentuk branding yang baik. Di antaranya adalah refleksi ke dalam diri sendiri dan komunikasi yang baik ke pihak eksternal yang dapat mendukung dari sisi emosional kita.

“Sebenarnya kembali lagi ketika kita sudah mulai membangun self awareness yang terus berjalan dan bahkan bisa berubah. Jadi, jangan takut terhadap perubahan itu karena perubahan itu kan pasti ya. Satu hal yang istilahnya fix gitu, tetapi kita mencoba komunikasikan perubahan itu ke diri kita sendiri,” tutup Irwantja. (Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat