visitaaponce.com

Tebarkan Inspirasi, Tanoto Foundation Bukukan Kisah Sukses Alumni TELADAN

Tebarkan Inspirasi, Tanoto Foundation Bukukan Kisah Sukses Alumni TELADAN
Ilustrasi program TELADAN Tanoto Foundation(Dok. Tanoto Foundation)

MISI utama pendidikan berkualitas di perguruan tinggi, sesungguhnya tak hanya untuk membukakan pintu sukses bagi mahasiswa usai lulus kuliah. Namun lebih dari itu, mampu menebar manfaat lebih luas untuk masyarakat.

Hal ini tergambar jelas dalam buku 'INSPIRE, Mozaik Kisah Para Teladan'. Buku tersebut memuat kisah 28 alumni berbagai perguruan tinggi yang juga penerima beasiswa TELADAN dari Tanoto Foundation.

CEO Global Tanoto Foundation J. Satrijo Tanudjojo mengatakan, pihaknya aktif mendorong terwujudnya kesetaraan peluang melalui pendidikan berkualitas. Hal itu termasuk akses perguruan tinggi melalui program kepemimpinan dan beasiswa melalui program TELADAN. 

Baca juga : Fakultas Ekonomi UNJ Buka Tiga Kelas Internasional

"Komitmen tersebut terus dilakukan sejak 2006. Selama hampir dua dekade, para penerima beasiswa TELADAN telah lulus, berkarier, dan berkontribusi nyata bagi masyarakat, komunitas, dan lingkungan,” kata Satrijo dalam keterangannya, Jumat (19/5).

Dijelaskannya, Tanoto Foundation adalah organisasi filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto sejak 1981. Selama periode 2006 hingga 2022, Tanoto Foundation telah memberikan beasiswa kepada 8.167 mahasiswa di 9 universitas mitra program TELADAN di Indonesia.

Baca juga : Usung Tema 'Baca Itu Keren', BBW Hadirkan Petualangan Baca Buku Seru

Salah satu aluminya, Nur Agis Aulia, lulusan Jurusan Kesejahteraan Sosial, FISIPOL Universitas Gadjah Mada (UGM) membeberkan pengalamannya. Pria asal Kampung Asam Gede, Serang, Banten, ini jiwa wirausaha dan kepekaan sosialnya mulai terbentuk saat menjadi Ketua Pengawas Koperasi Mahasiswa (Kopma) UGM. 

“Pengalaman berorganisasi ini menjadi kian lengkap dengan program pengembangan diri dari beasiswa TELADAN Tanoto Foundation,” sebutnya.

Kepekaan sosial membuat Agis mampu menangkap masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, terutama kelompok petani dan peternak yang secara ekonomi belum sejahtera, bahkan banyak yang terlilit utang. 

“Karena itu, saya mendirikan Jawara Farm. Konsepnya adalah agropreneur untuk memberdayakan petani dan peternak di desa-desa, sekaligus mengoptimalkan potensi pertanian dan peternakan,” terangnya.

Model bisnis yang fokus pada pemberdayaan ini mendapat sambutan hangat dari kelompok petani dan peternak. Sehingga, sejak 2017, Jawara Farm mampu tumbuh pesat hingga menjangkau ratusan petani dan peternak, tidak hanya di Banten, tapi juga merambah ke wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan jumlah ternak sapi dan kambing sampai ribuan ekor. 

“Dari situ, orang-orang mengenal saya sebagai juragan kambing,” ucapnya.

Interaksi intens dengan masyarakat, khususnya petani dan peternak, membuat Agis mampu menangkap berbagai permasalahan mendasar yang dihadapi masyarakat. Berangkat dari pemahaman itu, Agis pun terjun ke dunia politik dengan menjadi Anggota DPRD Kota Serang, Banten, untuk mendorong kebijakan yang berpihak pada petani dan peternak. 

“Kalau mau bermanfaat, jadilah pemimpin. Karena semua keputusan politik akan jadi signifikan dalam proses perubahan,” kata dia

Alumni lainnya, Gracia Josaphat Jobel Mambrasar atau yang biasa dikenal sebagai Billy Mambrasar juga mengisahkan pengalamannya. Pria yang lahir di Kepulauan Yapen, Provinsi Papua, ini menjadi bukti bagaimana pendidikan mampu mengentaskan kemiskinan.

Berasal dari keluarga sederhana dan lingkungan yang serba kekurangan di Pulau Yapen, Billy berhasil melalui jalan berliku. Merantau dari Papua, menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB), hingga melanjutkan pendidikan di universitas bergensi dunia seperti Oxford University dan Harvard University. 

“Kami percaya, cara jitu untuk keluar dari kemiskinan adalah dengan pendidikan,” ujarnya.

Semasa kuliah di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB, Billy sempat mengajukan Beasiswa TELADAN Tanoto Foundation, namun belum lolos karena nilainya belum memenuhi standar. 

Barulah pada saat menempuh pendidikan pascasarjana di bidang pembangunan manusia dan psikologi di Harvard University, Billy meraih beasiswa program TELADAN Tanoto Faoundation.

“Tuhan selalu tahu waktu yang tepat. Dulu mungkin saya gagal dapat beasiswa dari Tanoto, tapi ketika saya akan kuliah di Harvard, saya berhasil,” ujar orang Papua pertama yang berhasil lulus dari Harvard University tersebut.

Pengalaman hidup penuh liku membuat Billy mampu menangkap berbagai permasalahan sosial di masyarakat, khususnya yang dihadapi anak-anak Papua, terutama terbatasnya akses pendidikan dan kendala ekonomi. 

Hal itulah yang melatarbelakangi inisiatifnya mendirikan Yayasan Kitongbisa yang fokus pada pendidikan anak kurang mampu dan pengembangan kewirausahaan. 

“Di sini, ketimpangan dan kesenjangan ekonomi adalah masalah utamanya,” jelasnya.

Berbagai prestasi dan terobosan dalam kegiatan sosial di Papua membuat Billy dipercaya  Presiden Joko Widodo menjadi Staf Khusus Presiden bidang Pendidikan dan Inovasi. 

Dengan posisi tersebut, Billy memperluas perannya dengan mendirikan pusat belajar non-formal, pusat kewirausahaan, hingga pemberdayaan petani milenial yang menjangkau jutaan orang.

“Satu orang saja bisa membawa dampak begitu besar, apalagi jika sesama alumni beasiswa Tanoto Foundation bekerja sama, maka akan bisa membuat efek berganda yang lebih besar,” pungkas Billy. (RO/Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat