visitaaponce.com

Cerita Panglima Abdullah bin Hudzafah dengan Kaisar Heraklius

Cerita Panglima Abdullah bin Hudzafah dengan Kaisar Heraklius
Ilustrasi.(DOK MI.)

Alkisah dalam peristiwa pembebasan Negeri Syam, tersebutlah seorang panglima perang yang bernama Abdullah bin Hudzafah RA. Misi penting yang harus diemban olehnya yaitu memerangi penduduk Kaisariah, kota benteng pertahanan di Palestina, tepatnya di tepi Laut Tengah. Sayangnya dalam misi ini Abdullah bin Hudzafah mengalami kegagalan, sehingga kalah dalam peperangan, kemudian tertangkap dan dijadikan tawanan perang oleh tentara Romawi.

Abdullah bin Hudzafah lalu dihadapkan kepada Heraklius, sang kaisar Romawi yang menjabat waktu itu. Heraklius ingin menguji seberapa kuat kepercayaan dan keyakinan sang panglima perang dengan memberikan bujuk rayu dan tawaran agar ia melepaskan akidah dan keimanannya terhadap Allah SWT.

Heraklius berkata kepada Abdullah bin Hudzafah, "Masuklah ke dalam agama Nasrani, maka engkau akan memperoleh harta yang engkau inginkan." Namun dengan tegas Abdullah bin Hudzafah menolak tawaran tersebut. 

Baca juga: Ide Abu Bakar Al-Miski Lepas dari Rayuan Perempuan Nakal

Kemudian Heraklius memberikan penawaran yang kedua. "Masuklah engkau ke dalam agama Nasrani, maka aku akan menikahkah putriku denganmu." Dan dengan hati yang teguh, Abdullah bin Hudzafah pun kembali menolak. 

Heraklius kembali memberikan penawaran yang ketiga dengan tawaran lebih menggiurkan. "Masuklah ke dalam 
agama Nasrani, aku akan memberimu jabatan penting di negeri ini." Tetap dengan pendiriannya Abdullah bin Hudzafah menolak tawaran kembali tawaran kaisar Heraklius.

Baca juga: Saat Nabi Sulaiman Ingin Beri Makan Semua Makhluk Hidup

Tampaknya Heraklius menyadari bahwa ia sedang berhadapan dengan bukan sembarang orang. Ia pun memberikan penawaran 
keempat. "Masuklah ke dalam agama Nasrani, aku akan memberikan separuh kerajaanku dan separuh hartaku." 

Pada tawaran keempat ini Abdullah bin Hudzafah pun memberikan jawaban yang telak. "Meskipun engkau memberikan semua harta yang engkau miliki dan semua harta orang Arab, aku tidak akan pernah meninggalkan agama yang diajarkan 
oleh Muhammad SAW."

Merasa gagal melakukan negosiasi dan penawaran kepada tawanannya, Heraklius marah dan semakin menekan Abdullah bin Hudzafah dengan cara menambah siksaan, ancaman, dan menganiayanya. Heraklius mengancam dengan mengatakan, "Kalau demikian, saya akan membunuhmu." 

Abdullah bin Hudzafah menjawab, "Silakan, aku tidak takut." Lalu ia pun dijebloskan ke penjara dengan siksaan 
yang begitu menyakitkan. Ia tidak diberi makan dan minum selama 3 hari 3 malam. Pada hari keempat, ia disuguhi arak dan daging babi. Namun ia tetap berpendirian kokoh, enggan memakan makanan dan minuman tersebut sampai berhari-hari hingga ia hampir mati, sampai tiba saatnya ia hendak dieksekusi.
 
Heraklius bertanya kepada Abdullah bin Hudzafah. "Apa yang membuatmu menolak memakan daging babi dan meminum arak, sedangkan engkau hampir mati kelaparan?" 

"Ketahuilah Kaisar, dalam kondisi darurat memang diperbolehkan saya memakan dan meminum barang yang haram. Tetapi saya tetap menolak melakukannya, karena saya tidak ingin engkau dan pengikutmu bersorak melihat kemalangan Islam 
agama saya."

Dalam hal ini tampaknya Heraklius tidak menyadari bahwa orang yang tidak tergiur dengan bujukan dan tawaran duniawi, tidak pernah takut menghadapi ancaman apapun. Orang yang menginjak dunia dengan kedua kakinya, tidak akan kikir untuk melepaskan nyawa demi agamanya.

Heraklius lalu memerintahkan anak buahnya untuk mengikat dan menyalib Abdullah bin Hudzafah. Regu pemanah bersiap-siap untuk mengeksekusinya. Namun ia tetap bertahan dengan prinsipnya. 

Sekali lagi Heraklius menawarkan agar ia masuk Nasrani, tetapi kesekian kali juga ditolak oleh Abdullah bin Hudzafah. Akhirnya ia diturunkan dari tiang salib. Sebagai ganti hukuman panah, Heraklius memerintahkan agar disiapkan kuali besar dengan air yang mendidih. Lalu di depan Abdullah bin Hudzafah, terlebih dahulu dilemparkanlah seorang tahanan muslim lain ke dalam kuali tersebut. Seketika dagingnya meleleh hingga tinggal tulang belulang. 

Selanjutnya Heraklius memerintahkan agar berikutnya yang dilemparkan adalah Abdullah bin Hudzafah. Pada saat tubuhnya sudah dipegang oleh anak buah Heraklius itulah Abdullah bin Hudzafah menangis. Heraklius mengira bahwa ia 
menangis karena takut dengan kematian serta mundur dari keteguhannya dan akan bersedia meninggalkan keyakinannya kepada Allah. 

Heraklius menawarkan sekali lagi kepada Abdullah bin Hudzafah untuk masuk ke agama Nasrani, tetapi ternyata masih ditolak juga olehnya. Heraklius pun penasaran dan menanyakan, "Lalu kenapa engkau menangis?" 

Abdullah bin Hudzafah pun memberikan jawaban yang menakjubkan sehingga menetapkan kegagalan, kelemahan, dan kekalahan Heraklius. "Saya menangis karena saya hanya memiliki jiwa sebanyak rambut saya, sehingga tidak banyak yang bisa saya korbankan untuk menebus agama saya, meskipun semua mati di jalan Allah SWT."

Akhirnya Heraklius pun menyerah dan mengakui kekalahannya terhadap Abdullah bin Hudzafah. Lantas ia pun memberikan penawaran terakhir sebagai bentuk kekalahannya. Demi menjaga martabatnya Heraklius berkata, "Abdullah, maukah engkau mengecup kepalaku? Aku akan melepaskan dan membebaskanmu." 

Abdullah bin Hudzafah menyetujuinya. Syaratnya, Heraklius membebaskan 300 tawanan perang yang lain yang ditahan bersamanya. Mendengar hal tersebut, lantas Heraklius pun berdiri dan mengecup kepala Abdullah bin Hudzafah, sehingga sahabat-sahabat yang lain pun mengikutinya. 

Itulah manisnya kisah dan hikmah seorang panglima perang yang dengan tegas berani menolak tawaran apapun yang bersifat duniawi, demi menjaga iman dan takwanya kepada Allah. Kisah hikmah ini diambil dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas X yang ditulis Ahmad Taufik dan Nurwastuti Setyowati. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat