visitaaponce.com

Pendidikan Tinggi Harus Optimistis Bangun Indonesia Maju

Pendidikan Tinggi Harus Optimistis Bangun Indonesia Maju
Media Gathering Diktiristek(DOK HUMAS DIKTIRISTEK)

BANYAK tantangan yang dihadapi pemerintah dalam membangun pendidikan tinggi Indonesia yang unggul dan berdaya saing. Dalam hal pendanaan pendidikan tinggi, Indonesia memang masih terbatas jika dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lain seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia.

Demikian pula dalam pendanaan untuk riset dan pengembangan, berdasarkan data Bank Dunia 2019, anggaran riset di Indonesia sekitar 0,08% dari GDP. Angka tersebut juga masih didominasi dari anggaran pemerintah. Hal tersebut diungkapkan Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) Nizam, pada acara Media Gathering Diktiristek, Jumat (14/7). "Saat ini kita sedang bermimpi menjadi negara maju. Menjadi negara maju kuncinya ada dua, SDM berkualitas dan ekonomi berbasis pada inovasi," kata Nizam.

Meski banyak tantangan bagi pendidikan tinggi sebagai salah satu garda terdepan dalam mewujudkan Indonesia maju, pemerintah tidak boleh pesimis. "Dengan keterbatasan anggaran yang ada, institusi pendidikan tinggi harus tetap optimis dalam membangun dan membawa Indonesia menuju negara maju," ujar Nizam

Optimisme tersebut dibuktikan dengan keseriusan Direktorat Jenderal Diktiristek dalam mendanai pendidikan tinggi. Ditjen Diktiristek telah mengalokasikan anggaran untuk mendukung peningkatan kualitas SDM perguruan tinggi baik bagi perguruan tinggi negeri (PTN) maupun perguruan tinggi swasta (PTS).

Nizam menekankan tidak ada lagi dikotomi terhadap PTN dan PTS. Meski anggaran biaya operasional perguruan tinggi hanya diberikan kepada PTN, namun alokasi anggaran yang dikelola Diktitristek juga diberikan untuk PTS dalam jumlah besar. "Separuh dari anggaran pendidikan tinggi yang dikelola kementerian, 45% diberikan kepada perguruan tinggi swasta untuk penelitian, program pelatihan dosen, program kemahasiswaan, dan sebagainya," tutur Nizam.

Ditjen Diktiristek juga mendorong kolaborasi riset perguruan tinggi Indonesia dengan luar negeri melalui berbagai skema kerja sama seperti Newton Fund, e-Asia Joint Research, Kolaborasi Pengetahuan dan Inovasi Australia Indonesia (KONEKSI), dan lainnya. "Kolaborasi ini kami dorong agar perguruan tinggi Indonesia menjadi perguruan tinggi berkelas dunia melalui riset-riset dengan perguruan tinggi berkelas dunia," tutur Nizam.

Plt. Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Sri Gunani Partiwi menambahkan adanya upaya yang dilakukan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi melalui bantuan fasilitasi akreditasi internasional. "Salah satu caranya adalah kami akan memberikan sejumlah dana untuk mereka para perguruan tinggi yang sudah sangat bagus untuk bisa berbagi dengan melakukan pembinaan ke perguruan tinggi lainnya yang akreditasinya masih rendah, dengan tujuan mengakselerasi peningkatan kualitas prodi-prodi di indonesia," tutur Sri.

Sedangkan Direktur Sumber Daya Ditjen Diktirisek Sofwan Effendi menyatakan kebijakan untuk meminimalisir beban kerja dosen dengan memberikan keleluasaan dalam menjalankan tridarma perguruan tinggi di mana dengan mengedepankan minat dosen. "Dosen bisa lebih fokus pada tridarma perguruan tinggi. Perguruan tinggi sekarang bisa bebas sesuai dengan minat dosen, misalnya lebih fokus ke pengabdian atau pembelajaran. Itu tergantung dosen dan pihak universitas,” ucap Sofwan.

Untuk meminimalisir beban kerja dosen, Sofwan juga menuturkan adanya inovasi pengelolaan berbagai hal teknis dan administratif, yaitu aplikasi SISTER berbasis cloud yang memungkinkan penyatuan informasi seluruh hal terkait administratif dosen. Sistem ini akan mulai diberlakukan sejak 1 Agustus mendatang. "Mulai 1 Agustus kita sudah mulai beralih ke cloud sistem sehingga nanti hal-hal yang bersifat sangat hectic menggunakan server akan berkurang dan seluruh sistem tentang dosen akan disatukan, baik kinerja maupun hal lainnya,” tutur Sofwan. (R-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat