visitaaponce.com

Mengenal Ritual Pencucian Pusaka di Malam 1 Suro

Mengenal Ritual Pencucian Pusaka di Malam 1 Suro  
Ritual pejamasan atau pencucian benda pusaka di malam 1 Suro atau Muharram(Antara)

MEMASUKI Bulan Suro atau 1 Muharram di Tahun Islam sering digunakan para kolektor pusaka atau pegiat budaya untuk melakukan penjamasan atau pencucian benda pusaka milik mereka. Jamas pusaka ini juga sebagai refleksi membersihkan diri dari dosa-dosa yang dilakukan setiap individu manusia.

Kegiatan penjamasan benda pusaka ini juga rutin dilakukan Muhammad Wildan,52,setiap bulan Suro. Pegiat seni budaya yang juga cucu abdi dalem Keraton Yogyakarta ini memiliki sekitar 40-an benda pusaka, mulai keris, tombak hingga pedang.

Koleksi kerisnya seperti Jalak Budho, Megantoro, Sengkelat, Jalak, Sangu Tumpeng, Bethok Tuban, Dapur Sepang dan lain-lain. Bahkan ada senjata Katga yang konon ada sebelum kerajaan-kerajaan besar di Indonesia muncul.

Baca juga: Penjamasan Makam Amangkurat I di Tegal Digelar Sederhana

Senjata Katga ini berlapiskan emas pada gagangnya. Namun lapisan emas tersebut juga sudah terlihat mengelupas atau rontok karena dimakan usia.

Demikian pula pada bilah senjata banyak yang keropos atau rompak bagian pinggirnya. Senjata tersebut pernah ditaksir kolektor, harganya sekitar Rp100 juta.

Baca juga: Golok Banten, Pusaka Andalan sejak Zaman Dahulu

"Senjata Katga ini pernah diteliti Badan Tenaga Atom Nasional, usianya diperkirakan dibuat tahun 280 Masehi. Artinya senjata ini berusia 1.700 an tahun," kata Wildan, Selasa (18/7).

Selain keris juga ada pedang Suduk Maru serta sejumlah senjata tombak. Seperti tombak Dapur Plered, Banyak Angrem dan Panggang Lele.

Di rumahnya di Perumahan Gebang Raya Sidoarjo tersebut, Wildan menjadikannya seperti museum untuk koleksi pusakanya. Sebab koleksi pusaka miliknya, rata-rata peninggalan Kerajaan Mataram atau Majapahit.

Wildan biasanya mencuci dengan aneka bunga seperti Melati, Mawar dan Kenanga. Airnya pun dia ambil khusus dari lokasi makam Sunan Giri di Kabupaten Gresik. Selain itu dia menggunakan jeruk nipis untuk menghilangkan karat di pusaka.

“Kalau menggunakan jeruk nipis, saya hanya usap pelan tanpa perlu ditekan. Bisa juga menggunakan buah mengkudu," kata Wildan.

Bagi Wildan, ritual jamasan pusaka ini merupakan tradisi yang dilakukan di bulan Suro atau 1 Muharram Tahun Islam. Kegiatan ini bentuk nguri-nguri budaya bangsa, sekaligus refleksi diri atau upaya pembersihan dosa pada setiap pribadi manusia.

Jamasan sendiri memiliki arti memandikan, mensucikan, membersihkan, merawat dan memelihara. Ini juga wujud syukur atau terima kasih, dan menghargai peninggalan seni budaya yang adiluhung para generasi pendahulu, kepada para generasi selanjutnya.

Para penggiat seni budaya seperti Wildan ini berharap, anak cucu dan cicitnya kelak akan terus melestarikan peninggalan leluhur ini. Wildan sendiri sudah mulai mengoleksi pusaka tahun 1990 saat masih kuliah di Universitas Gajah Mada Yogyakarta.  (Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat