visitaaponce.com

Imunisasi Kunci Memutus Rantai Penularang Penyakit Berbahaya

Imunisasi Kunci Memutus Rantai Penularang Penyakit Berbahaya
Petugas kesehatan menunjukan vaksin polio saat melaksanakan program Bulan Imuniasi Anak Nasional (BIAN) 2023 di Posyandu Cibinong.(ANTARA/Muhammad Adimaja)

DOKTER spesialis anak Universitas Indonesia Anton Dharma Saputra mengatakan, dengan melakukan imunisasi, masyarakat bisa memutus rantai penularan penyakit berbahaya dan menciptakan herd immunity atau kekebalan kelompok.

"Dengan melakukan imunisasi bagi kita dan anak, kita bisa melindungi orang lain karena ada herd immunity dengan kita memutuskan penularan suatu penyakit dengan cara meningkatkan cakupan imunisasi," ucap Anton, dikutip Kamis (10/8).

Namun, realitanya, kata Anton, menurut data WHO, masih ada satu dari lima anak di dunia belum mendapatkan vaksin dan setiap 20 detik satu anak di dunia meninggal karena penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi.

Baca juga: Vaksin HPV Baru Bio Farma Sasar 2,9 Juta Anak untuk Cegah Kanker Serviks

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi mulai dari kanker hati, TBC paru, tetanus, difteri, polio dengan kelumpuhan hingga kematian, campak, pertussis atau batuk rejan, rubela, dan radang selaput otak.

Dokter yang praktik di RS PELNI itu mengatakan di Indonesia sendiri secara keseluruhan ada 506 kasus anak dan dewasa yang terkena penyakit tetanus dan sebesar 5% atau 25 kasus penyakit ini terjadi pada bayi baru lahir, menurut WHO pada 2017.

"Namun angka mortalitas tetanus menurun jauh sejak dilakukan vaksinasi tetanus toksoid pada ibu hamil," ungkapnya.

Baca juga: Target Imunisasi Dasar 100% terhadap Anak Harus Segera Direalisasikan

Selain itu, pertusis atau batuk rejan secara global juga masih menjadi ancaman bagi anak. Data WHO mencatat pada 2015, di luar negeri, ada 24 juta kasus pertusis dengan 142 ribu di antaranya meninggal. 

Sementara penyakit kulit kuning akibat virus hepatitis B masih ada sekitar 7,1% atau 18 juta kasus di dunia.

Hepatitis B ditularkan dari ibu kepada anak pada saat melahirkan. Bayi yang ibunya mengidap hepatitis B sekitar 60%-90% bisa menyebabkan hepartitis kronik menahun hingga kanker hati.

Anton menjelaskan cara kerja imunisasi adalah memberikan tubuh vaksinasi dengan memasukkan bakteri maupun virus hidup yang dilemahkan ke dalam tubuh. Tujuannya agar anak mengenal bakteri tersebut sehingga tubuh membentuk system imun atau antibodi.

"Antibodi ini yang nantinya mengenali kuman atau virus dan melindungi tubuh suatu saat terpapar," ucap Anton.

Pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) terbaru pada 2023, ada penambahan imunisasi wajib dari pemerintah yakni di usia dua bulan imuninsasi PCV pertama untuk cegah pneumonia, usia tiga bulan tambahan PCV kedua, dan imunisasi campak rubella pada usai sembilan bulan, dan rotavirus.

Penyakit lain yang juga bisa dicegah dengan imunisasi adalah polio. Penyakit yang bisa menyebabkan kelumpuhan ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi polio tetes dan suntik.

Anton mengatakan, penyakit polio 72% tidak bergejala, namun tiap kali anak dengan polio buang air besar sembarangan, mereka bisa menjadi agen penularan dengan 24% gejalanya hanya selesma atau common cold biasa dan tidak bergejala lain.

Sedangkan 1% lainnya dapat mengalami kelumpuhan yang sifatnya permanen baik di lengan atau tungkai. Dan 2% sampai 10% di antara yang lumpuh akan meninggal karena menyerang ke otot pernapasan. Sampai saat ini tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan polio.

"Pencegahannya diberikan vaksin tetes sebanyak 4 dosis, 2 dosis vaksin polio yang suntik, di 4 dan 9 bulan diberikan. Cuci tangan yang benar saat menggunakan toilet, pastikan makanan dimasak dengan baik dan airnya harus bersih," kata dokter anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu.

Program imunisasi ini tidak hanya diberikan saat bayi namun terus berlanjut hingga anak menginjak usia sekolah dasar dengan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang digelar pada Agustus untuk imunisasi MR dan November untuk imunisasi difteri. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat