visitaaponce.com

Pakar Iklim Cuaca Musim Kemarau Picu Tingginya Polusi Udara

Pakar Iklim: Cuaca Musim Kemarau Picu Tingginya Polusi Udara
Ilustrasi: polusi udara di Jakarta(Antara)

PENGAMAT iklim dan lingkungan dari Universitas Gadjah Mada Emilya Nurjani mengungkapkan bahwa musim kemarau bisa berpengaruh pada tingkat pencemaran udara. Ia menerangkan, curah hujan dan kecepatan angin yang rendah di musim kemarau bisa memperburuk tingkat kualitas udara di musim kemarau.

“Secara teori memang benar, karena jika ada hujan maka gas hasil pembakaran akan larut dengan air dan diturunkan ke permukaan sehingga udara kembali bersih. Dengan kondisi sekarang di mana sudah lama tidak hujan dan kelembaban juga cukup rendah, keberadaan gas tadi jadi banyak,” terangnya, Jumat (11/8).

Meski demikian, ia menekankan bahwa cuaca dan iklim bukan menjadi satu-satunya penyebab tingginya angka pencemaran udara. Ada faktor lain seperti sarana transportasi, industri, hingga permasalahan sampah ikut berkontribusi pada persoalan ini.

Baca juga: Pemerintah Perlu Susun Kebijakan Strategis untuk Pengendalian Pencemaran Udara

“Kecenderungannya di musim penghujan kualitas udara lebih bagus dibanding musim kemarau, tapi pada saat pandemi kita melihat bahwa kualitas udara juga cukup baik bahkan saat musim kemarau. Jadi itu bukan satu-satunya variabel, meskipun musim penghujan tetap jika sumber pencemaran cukup tinggi maka kualitas udara bisa buruk juga,” imbuhnya.

Emilya menuturkan, untuk melakukan antisipasi dari dampak udara buruk, masyarakat dapat memantau kualitas udara melalui Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang diperbarui setidaknya satu kali dalam sehari.

Baca juga: KLHK Dukung Tilang Bagi Kendaraan Belum Uji Emisi

ISPU digunakan untuk menggambarkan kondisi mutu udara ambien di lokasi tertentu dan didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika, dan makhluk hidup lainnya. 

Perhitungan ISPU dilakukan pada 7 parameter yakni PM10, PM2.5, NO2, SO2, CO, O3, dan HC. PM2.5 yang merupakan penambahan baru, menurut Emilya, penting untuk dipantau karena berbahaya bagi kesehatan.

“Baru ditambahkan karena ternyata disinyalir akan berpengaruh pada kesehatan manusia. PM2,5 bisa masuk ke dalam saluran hidung, kalau sudah sampai paru-paru akan susah untuk keluar,” terangnya.  

Selain itu, perubahan pada gaya hidup menurutnya tetap menjadi solusi yang baik untuk mengatasi masalah pencemaran udara. Menggunakan transportasi umum dan menghindari pengolahan sampah dengan cara membakar menjadi langkah penting yang perlu diambil di kalangan masyarakat. 

“Menanam pohon juga menjadi salah satu cara yang baik. Selain berfungsi sebagai peneduh, pohon yang ditanam di tepi jalanan sebisa mungkin dapat mengikat gas-gas berbahaya yang mengancam kesehatan,” pungkas dia. (Ata/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat