Kesabaran di Tengah Kemarau
![Kesabaran di Tengah Kemarau](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/10/3f7835d8c3992bb265f4ac0df81fc41d.jpg)
RESA Tallo bersama tiga kerabatnya turun dari pikap di sisi Mata Air Uiasa, Pulau Semau, Nusa Tenggara Timur (NTT). Beberapa ember berisi pakaian diturunkan. "Kami dari Hansisi, mau cuci pakaian kotor di sini," ujarnya menjawab Media Indonesia.
Di puncak kemarau akhir Oktober 2023 ini, air menjadi barang langka di Hansisi, desa berjarak tiga kilometer dari Uiasa. Itulah yang membuat perempuan berdarah Rote-Semau ini, saban minggu datang ke Uiasa untuk cuci dan mandi.
Saat pulang, ia membawa air yang diisi dalam jeriken yang diletakan di bak pikap untuk kebutuhan anggota keluarganya. Bila berhalangan, Resa dan tetangganya membeli air lewat pedagang air keliling seharga Rp10.000 per 20 liter. Air yang diperdagangkan itu, juga diambil dari Uiasa.
Baca juga: Masyarakat Adat Lewonama Gelar Ritual Sakral Sambut Air
Hansisi memang ada dua sumur bor yang dibangun pada 2021, tetapi hanya mampu melayani kebutuhan dua dusun. Dua dusun lagi, termasuk tempat Resa dan keluarga bermukim tidak kebagian air.
Warga di sana bukan tidak ada usaha. Mereka pernah mengebor air, tetapi intrusi air laut di daerah pesisir tersebut menyebabkan air tanah menjadi payau. Air Uiasa pun menjadi satu-satunya harapan bagi ratusan warga yang tinggal di Dusun 1 dan Dusun 2. "Kalau tidak ada air Uiasa, mungkin kami minum air payau itu," tambahnya.
Baca juga: Kebakaran Lahan Gambut di Kecamatan Lewolema Meluas
Pakar pertambangan dari Universitas Nusa Cendana Kupang Noni Banunaek menyebutkan lapisan bantuan kedap air di wilayah tersebut tidak setebal yang ada di Uiasa. Ketebalannya hanya 10-30 meter sehingga tidak menampung banyak air hujan. "Hujan turun banyak dan air yang masuk ke dalam tanah banyak pun, tampungan sedikit saja," ujarnya.
Kepala Desa Uiasa Egel Laiskodat menjelaskan sebab-musabab banyaknya warga desa tetangga cuci dan mengambil air minum langsung ke mata air.
Berawal 2021, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Kupang membangun fasilitas di area kolam Uiasa untuk mengalirkan air ke warga, termasuk ke Hansisi dan tetangganya Desa Huilelok, dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Belakangan, distribusi air ke rumah penduduk tidak maksimal karena mengandalkan sistem gravitasi.
"Desa tetangga lumayan jauh dengan pengguna air cukup banyak," kata Egel Laiskodat. Warga pun harus bersabar, kemarau panjang di Nusa Tenggara Timur selalu diikuti berkurangnya air di bendungan, embung hingga air tanah yang memicu krisis air bersih selama berbulan-bulan. (Z-3)
Terkini Lainnya
7 Tips Jitu Antisipasi DBD di Musim Kemarau yang Harus Anda Tahu
Warga Desa Megale Bojonegoro Dapat Bantuan Akses Air Bersih
Jokowi: 70 Ribu Pompa Air Dibagikan untuk Atasi Kekeringan
Sebagian Besar Daerah di Jawa Tengah Memasuki Kemarau, Masyarakat Diminta Waspada
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca di IKN
BMKG: Musim Kemarau 2024 akan Dihantui Kekeringan Parah Seperti 2023
79% Wilayah Indonesia Sudah Masuk Musim Kemarau
Kalimantan Selatan Gelar Salat Minta Hujan
Krisis Air Meluas, Warga Tasikmalaya Mengeluh belum Ada Bantuan Pemerintah
Hadapi Karhutla 2023, Ini Strategi Pemerintah
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap