visitaaponce.com

Stunting Bisa Dicegah Sejak Kehamilan dan MPASI

Stunting Bisa Dicegah Sejak Kehamilan dan MPASI
Petugas kesehatan Puskesmas Ulee Kareng mengecek pertubuhan fisik balita saat kegiatan pelayanan imunisasi(Antara)

BADAN Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan terdapat 6 provinsi yang mengalami kenaikan prevalensi stunting di tahun 2022 berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yaitu Sulawesi Barat, Papua, Nusa Tenggara Barat, Papua Barat, Sumatra Barat, dan Kalimantan Timur.

Menanggapi hal tersebut, Dokter dan ahli gizi masyarakat Tan Shot Yen mengatakan bahwa saat ini masyarakat perlu lebih aware terhadap potensi stunting terhadap anak. Setidaknya terdapat 5 hal yang perlu diperhatikan terkait hal ini.

“Tutup semua celah stunting. Ada 5 pintu menuju stunting yaitu pertama saat ibu hamil mengalami anemia, kurang energi kronik dan lingkar lengan atas kecil berisiko membuat anak terlahir berat badannya rendah,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Sabtu (26/8).

Baca juga : Polusi Udara Bisa Picu Anak Stunting, Perlu Pencegahan

Kedua, lanjut Tan, saat kelahiran inisiasi menyusu dini biasanya tidak dilakukan karena ibu tidak paham perlekatan. Ketiga, ASI eksklusif gagal yang membuat anak sering sakit, gonta-ganti susu formula, alergi susu formula dan intoleransi laktosa.

Baca juga : Tekan Stunting, Lions Club Edukasi Stunting dan Pemberian MPASI

Keempat, MPASI tidak dilakukan dengan benar baik dari sisi kuantitas dan kualitas. Kelima, anak sering sakit seperti sering tertular batuk pilek, diare, TBC, dan imunisasi yang amburadul.

“Kelima hal ini perlu diperhatikan. Ini untuk pencegahan dan dapat dilakukan di semua daerah,” kata Tan.

Menurut dia, menyusui merupakan hal yang paling penting untuk dilakukan oleh seorang ibu. Menyusu sendiri merupakan proses alamiah seorang anak memperoleh nutrisi pertama kalinya setelah dilahirkan.

Sayangnya, tidak semua orang paham bahwa proses ini harus dilindungi, dijaga keberlangsungannya, dan dipahami secara komprehensif tanpa dibenturkan dengan kondisi apa pun.

“Jendela stunting juga terbuka lebar lagi saat anak sudah mulai mendapat makanan padat. Anjuran berlebihan tentang tertakar dan terukurnya produk kemasan semakin membuat minder para ibu. Padahal, produk-produk tersebut banyak kastanya,” tuturnya.

Tan menegaskan bahwa di beberapa daerah pemberian makanan tambahan ini sering tidak berhasil, karena anak menolak makan. Begitu pula pemberdayaan masyarakat tidak berjalan.

“Anak banyak yang jajan warungan dan giginya karies, diare, batuk pilek, karena pola asuh yang salah. Sementara sang ayah serta kakeknya masih asyik merokok. Jamban keluarga masih amburadul. Sarana air bersih amat memprihatinkan. Literasi gizi keluarga harus dimulai di segala lini. Termasuk kelompok masyarakat yang telah mapan,” ujar Tan.

“Dengan demikian, semua stake holders maupun para pengusaha yang ingin berkontribusi, tidak menggunakan isu stunting justru sebagai sarana promosi dagangannya. Tapi, sungguh-sungguh mencabut masalah dari akar-akarnya,” tandasnya. (Z-8)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat