Menkes Ungkap Kualitas Udara Terbaik bukan Pagi Hari
![Menkes Ungkap Kualitas Udara Terbaik bukan Pagi Hari](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/08/733c1aaed5b0912e33c236391b90e31c.jpg)
MENTERI Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan kualitas udara terbaik tidak pada pagi hari. Menurutnya, kadar polusi udara di Jabodetabek dan sekitarnya membaik di rentang waktu sore hari mulai pukul 16.00 hingga 17.00 WIB.
"Saya juga baru tahu, kalau kita pikir pagi itu udaranya yang paling bersih, itu salah besar. Ternyata yang paling bersih PM2,5 itu jam 16.00 hingga 17.00 WIB," kata Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI diikuti secara daring di Jakarta.
Particulate Matter (PM2.5) adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer) sebagai komponen pembentuk polusi.
Baca juga: Gunakan Water Mist, Dinas LH Harap Mampu Kendalikan Polusi sebelum KTT Asean
Budi mengatakan udara yang relatif bersih pada sore hari disebabkan oleh pengaruh fluktuasi suhu.
"Pada malam hari, stratosfer menekan ke bawah, sehingga PM2,5-nya ada di bawah pada malam hari karena dingin. Justru kalau kita lari pagi PM2,5-nya tinggi, begitu memanas dia berkembang dan naik ke atas," katanya.
Baca juga: Indonesia Ikuti Langkah Tiongkok untuk Penanganan Polusi
Kondisi itu diketahui Budi dari pemanfaatan alat pemantau kualitas udara yang juga digunakan China untuk memitigasi polusi udara. Saat ini Indonesia sudah memiliki 674 alat tersebut yang harganya berkisar Rp3-4 juta per alat. Budi menyarankan agar penggunaan alat tersebut diperluas di kawasan rawan polusi agar pemerintah memiliki data yang akurat terkait kondisi kualitas udara di daerah tersebut.
Budi juga mengusulkan agar pemasangan alat tersebut dipaketkan dengan teknologi gas chromatography-mass spectrometry (GCMS) yang selama ini digunakan untuk mendeteksi kandungan senyawa kimia etilen glikol/dietilen glikol (EG/DEG) pada obat sirop.
Kemenkes berencana mendesain alat tersebut secara mobile untuk memperluas cakupan layanan hingga menjangkau sejumlah daerah dengan tingkat polusi udara yang tinggi.
"Itu alat-alat yang bisa mendeteksi berat molekul, bisa mendeteksi bentuk molekul, dan kimianya molekul," katanya.
Terkini Lainnya
Jumat Pagi, Kualitas Udara Jakarta tidak Sehat
Kamis (4/7), Kualitas Udara Jakarta Peringkat Tiga Terburuk di Dunia
Paparan Polusi Jangka Panjang Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung
Jumat Pagi, Kualitas Udara Jakarta Terburuk Keempat di Dunia
Atasi Pencemaran Udara, DLH DKI Lakukan Pemeriksaan 68 Cerobong Asap Pabrik
Berulang Tahun ke-497, DKI Dibayangi Buruknya Kualitas Udara, Ini Pendapat Ahli
Menkes Bantah Terlibat Pemecatan Dekan FK Unair
Tidak Setuju RUU POM, Menkes Nilai Pengawasan Obat sudah Komprehensif
Presiden Jokowi Minta Menkes Bikin Harga Obat Lebih Murah
Tenda Pengungsi WNA di Kuningan Ganggu Estetika, Heru Budi Akan Datangi UNHCR
Menyelami Sepak Terjang Pak Menkes
Peningkatan Kualitas untuk Tingkatkan Ketahanan Keluarga dan Menurunkan Stunting
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap